BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Jenis Mekanisme Koping Individu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan terhadap 100 orang responden didapatkan bahwa sebagian besar responden
menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada situasi dengan kategori adaptif yaitu sebanyak 67 responden 67 dan minoritas responden dengan
menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada restrukturisasi dengan kategori adaptif yaitu sebanyak 31 responden 31.
Menurut Keliat 1999 mekanis koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon
terhadap situasi yang mengancam. Menurut Friedman 1998 dalam mendiskripsikan mekanisme koping individu yang diterapkan kepada individu,
telah disesuaikan dengan keluarga. Individu yang tidak mampu menggunakan sumber dan strategi koping yang adaptif dalam menghadapi kecemasan, akan
berada pada suatu kondisi krisis. Krisis individu merujuk pada suatu keadaan atau masa kacau dalam kehidupan sebuah keluarga ketika suatu kejadian yang penuh
dengan stress atau rentetan kejadian yang sangat menuntut sumber-sumber keluarga dan kemampuan koping, tanpa adanya penyelesaian masalah.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Roy, penggunaan koping atau pertahanan diri adalah berespon melakukan peran fungsi secara optimal untuk
memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya. Bahwa setiap manusia selalu menggunakan koping yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat adaptif maupun maladaptif, kemampuan seseorang beradaptasi dipengaruhi oleh tiga komponen penyebab utama terjadinya perubahan, dan
pengalaman beradaptasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden menggunakan koping berorientasi pada situasi dengan kategori adaptif, hal
tersebut tampak dari kepatuhan responden sehingga menyebabkan tingkat kepatuhan pada penatalaksanaan diabetetes melitus pada kategori patuh.
Berdasarkan hasil penelitian O’Donohue 2009 bahwa penderita DM yang mendapatkan dukungan penuh dari keluarga memiliki tingkat kepatuhan terhadap
pengobatan yang lebih baik daripada penderita DM yang kurang mendapatkan dukungan keluarga. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan usaha
penderita DM dalam menghadapi penyakit diabetes melitus. Melalui dukungan keluarga penderita DM dapat melakukan managemen diabetes melitus dengan
lebih baik sehingga kualitas hidup penderita DM baik. Kualitas hidup yang baik dapat menurunkan stres dari penderita diabetes melitus. Selain itu Dukungan
sosial juga dapat meningkatkan motivasi, adaptasi terhadap penyakit, dan kepatuhan terhadap gaya hidup yang mendukung penanganan DM. Dukungan
sosial juga merupakan salah satu hal yang penting, karena melalui dukungan sosial penderita merasa diterima.
5.2. Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus