Lembaga Bimbingan Belajar juga bisa dininai dan dievaluai sesuai dengan kebutuhan siswa Webisite Primagama, 2012.
1.5.6 Kapasitas Siswa
Kapasitas diartikan sebagai segala sesuatu hal yang di miliki, di muat, di simpan dan di dapat oleh sebuah benda baik hidup maupun mati yang dapat dilihat dari segi kuantitas dan
kualitas. Kapasitas siswa bukan dilihat dari segi kuantitas dimana melihat siswa dari banyak nya jumlah, melainkan lebih mengacu pada sesuatu yg bisa dijelaskan secara kualitatif yaitu tingkat
kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat atau keterampilan, minat dan motivasi yang dimiliki seorang siswa.
Ada beberapa faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kapasitas siswa dalam perolehan pembelajaran , yaitu sebagai berikut :
1. Intelegensi Siswa
Menurut Reber dalam Muhibbin 2003:147, intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiok-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak
saja melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol karena otak
merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Selanjutnya, di antara siswa – siswa yang yang mayoritas
Universitas Sumatera Utara
berintelegensi normal, mungkit terdapat satu dua orang yang tergolong anak cerdas IQ di atas 130 dan beberapa ada pula siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata IQ 70 ke
bawah.
Setiap guru atau pendidik profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif borderline lazimnya
menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Untuk membantu siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata tindakan yang paling bijaksana adalah dengan cara memindahkan
siswa penyandang intelegensi rendah tersebut ke lembaga pendidikan belajar atau kursus yang perlahan-lahan dapat meningkatkan intelegensinya. Sayangnya, lembaga pendidikan belajar di
negara Indonesia saat ini baru berada di kota-kota besar tertentu saja.
2. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, pelajaran,
dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada mata pelajaran yang disajikan pendidik merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar
siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap pendidik dan mata pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk mengantisipasi munculnya
sikap negatif , pendidik dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran yang
diajarkannya. Pendidik yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat bidang studi itu
bagi kehidupan mereka Muhibbin, 2003 : 149.
Universitas Sumatera Utara
3. Bakat Siswa
Menurut Chaplin dalam Muhibbin 2003 : 150, bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seorang siswa untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara
umum, bakat itu mirip intelegensi. Itulah sebabnya seorang siswa yang berintelegensi sangat cerdas superior di sebut juga talented child atau anak berbakat. Dalam perkembangan
selanjutnya, bakat siswa kemudian diartikan sebagai kemampuan seorang siswa untuk melakukan tugas tertentu yang banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Misalnya,
seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan ketereampilan yang berhubungan dengan bidang kelistrikan. Sehubungan
dengan itu, bakat siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan
kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki oleh anaknya. Pemaksaaan kehendak terhadap seorang siswa,
dan juga ketidaksadaran siswa terhdap bakatnya sendiri sehingga dia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruh terhadap kinerja akademik
academic performance dan prestasi belajarnya.
4. Minat Siswa
Menurut Reber dalam Muhibbin 2003 : 151, minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami
dan dipakai siswa selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
Universitas Sumatera Utara
bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian,
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akan mencapai prestasi yang diinginkan.
5. Motivasi Siswa
Gleitman dalam Muhibbin 2003 : 152, mengemukakan bahwa motivasi berarti daya untuk bertingkahlaku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrisik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrisik siswa adalah perasaan menyenangi materi pelajaran dan kebutuhannya terhadap pelajaran tersebut, misalnya untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar misalnya, pujian dan hadiah dari teman, peraturan dan tata tertib sekolah dan nasehat orang tua. Motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah intrinsik karena dorongan
mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan lebih memberi pengaruh kuat dibandingkan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua.
Motivasi juga merupakan hasrat seseorang yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut sasaran, membantu individu untuk mengambil inisisatif dan bertidak secara efektif,
serta untuk bertahan menghadapi kegagalan. Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran itu meliputi :
a. Dorongan Prestasi Achievement drive yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
Universitas Sumatera Utara
memenuhi standard keberhasilan b. Komitmen commitment yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sesama kelompok atau
lembaga c. Inisiatif initiative yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
d. Optimisme optimism yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran dan tujuan kendati ada halangan dan kegagalan Asril, 2009 : 70.
1.5.7 Jaringan Sosial