tidak menyukai pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar pelaku dalam jaringan yang bersangkutan sehingga memudahkan lahirnya nilai
dan norma yang mengembangkan kontiuitas pola-pola jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan tipe ini akan menghasilkan suatu rasa solidaritas. Artinya para pelaku
cenderung mengurangi kepentingan – kepentingan pribadinya, dan biasanya mereka saling memberi dan menerima antara pelaku satu dan pelaku lainnya berdasarkan saling keterhubungan
Resiprokal di antara mereka Ruddy, 2007 : 38.
3. Jaringan Sosial Power
Jaringan sosial ini terjadi apabila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan konfigurasi saling keterhubungan antara pelaku biasanya
dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelaku. Jaringan sosial jenis ini
harus memiliki pusat power yang secara terus-menerus mengkaji-ulang kinerja performance unit-unit sosialnya dan menguatkan kembali strukturnya untuk peningkatan efektivitasnya.
Dengan demikian jaringan sosial ini tidak dapat menyandarkan diri pada kesadaran para anggotanya untuk memenuhi kewajibannya masing-masing seacara sukarela, tanpa intensif.
Dibutuhkan suatu distribusi penghargaan dan sanksi reward and sanction yang terstruktur secara formal guna menyokong timbulnya kerelaan dengan peraturan dan perintah oleh pusat-
pusat power mereka Ruddy, 2007 : 36.
Jaringan sosial power dalam hubungan nya dengan perjalanan lembaga bimbingan belajar dapat di lihat dari gabungan siswa dari berbagai kelas yang berbeda baik dari sekolah dasar
sampai sekolah menengah atas yang sudah terkonstruksi sosial akibat secara kolektif bernaung
Universitas Sumatera Utara
dalam lembaga tersebut yang dapat memberikan penilaian terhadap beberapa unsur-unsur yang berada di lembaga tersebut. Karena dalam hal ini, siswa menganggap dirinya dapat
memaksimalkan keuntungan dengan bergabung di lembaga bimbingan belajar tersebut dengan ekspektasi yang sangat tinggi. Artinya siswa memandang bimbingan belajar tempatnya bernaung
sebagai “pusat power” yang bertanggung jawab atas kapasitas dirinya Hal ini dapat di tunjukkan melauli skema berikut :
Skema 1.2 Jaringan Sosial Siswa dalam naungan Primagama sebagai pusat power.
Siswa 6 SD Siswa VII –
IX SMP Siswa X –
XII SMA
Jaringan Sosial Siswa
Primagama Pusat Power
Universitas Sumatera Utara
1.5 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep,
peneliti diharapkan dapat menyedrhanakan pemikiannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
1. Efektivitas adalah menyangkut keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik yang dilaksanakan secara individu, kelompok, organisasi,
lembaga sosial, ekonomi maupun pemerintah. 2. Efektivitas lembaga bimbingan belajar adalah melihat tinggi rendahnya tingkat keberhasilan
bimbingan belajar dalam mencapai tujuan seperti, menigkatkanintelegensi, bakat, sikap, minta, dan motivasi siswa potensi individual,maupun meningkatkan kemampuan sosial
siswa nya untuk memperoleh prestasi terbaik di sekolah nya. 3. Fungsi Manifes adalah Fungsi yang langsung dan nyata terjadi dalam masyarakat atau
fungsi yang diharapkan oleh masyarakat. 4. Lembaga Pendidikan Non Formal adalah lembaga pendidikan diluar sekolah umum yang
memberikan ilmu, pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi peserta didik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat.
5. Lembaga bimbingan belajar adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang
memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara