Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Definisi Konsep

menjadi tantangan peneliti agar dapat menjawab semua pertanyaan yang timbul dalam benak peneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut Suyanto dan Sutinah 2007 didalam buku yang berjudul metode penelitian sosial karya M.Arif Nasution dkk 2008 menyatakan bahwa dalam merumuskan pertanyaan penelitian yang baik, syarat terpenting pertanyaan itu harus benar-benar jelas,terfokus dan memuat terminologi akademik dalam bidang ilmu yang diteliti dan dapat dikaji di lapangan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam mengembangkan kapasitas siswa ? 2. Bagaimana efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam mengembangkan jaringan sosial siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam pengembangan kapasitas siswa. 2. Untuk mengetahui efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam pengembangan jaringan sosial siswa. Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mampu memberikan manfaat yang baik untuk diri sendiri, orang lain maupun ilmu pengetahuan. Ada dua manfaat dari penelitian ini, antara lain :

1.4.1 Manfaat Teorities

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah sosiologi pendidikan bagi mahasiswa khusunya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam Membuat karya tulis ilmiah. Melalui penelitian ini juga akan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti juga pembaca tentang tingkat kefektifan Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar dalam pengembangan kapasitas dan jaringan sosial siswa serta memperat hubungan profesi peneliti sebagai tentor dengan lembaga pendidikan bimbingan belajar tersebut. Universitas Sumatera Utara

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Pertukaran Sosial Social Exchange Theory

Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley Ritzer, 2008 : 359, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi reciprocal. Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang- orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan reward, pengorbanan cost dan keuntungan profit. Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, Universitas Sumatera Utara akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer: orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahawa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal yang nyata dan tidak nyata Poloma, 2000 : 52. Hal ini yang menciptakan asumsi dari peneliti bahwa hubungan yang terjadi diantara lembaga pendidikan bimbingan belajar Primagama dengan berbagai siswanya dari berbagai kelas terjalin atas dasar perhitungan untung rugi dan dengan prinsip transaksi ekonomi elementer dimana lembaga bimbingan belajar Primagama berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswa tersebut dengan harapan siswa dapat memperoleh hasil belajar nya dengan maksimal untuk memperoleh prestasi disekolahnya. Tentu saja siswa yang masuk dan belajar di bimbingan belajar yang menerima pelayanan pendidikan harus memenuhi kewajibannya untuk membayar “uang les” sebagai imbalan atas pengorbanan yang sudah dilakukan bimbingan belajar Primagama. Ini menunjukkan bahwa hubungan sosial yang terjadi diantara lembaga pendidikan dan anggota nya saling mempengaruhi satu sama lain Reciprocal dan terjalin secara ekonomis, di satu sisi siswa akhirnya dapat meningkatkan kapasitas nya dalam menjalankan pendidikan, dan di sisi lain “uang les” yang diterima oleh Primagama dijadikan sebagai biaya operasional lembaga tersebut seperti pemberian gaji pada pendidik dan karyawan, mencetak berbagai buku pelajaran sesuai kelas, peningkatan mutu sarana dan tentu saja meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal ini tidak lain untuk mempertahankan keberlangsungan eksistensi lembaga pendidikan bimbingan belajar sebagai pemberi jasa layanan pendidikan. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.2. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor dipandang mempunyai pilihan, nilai dan keperluan. Meski teori pilihan rasional berawal dari tujuan dan maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurang-kurang dua pemaksa tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar, pencapaian tujuan akan relatif mudah. Tetapi, bagi aktor yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan akan sulit di lakukan. Menurut Friedman Ritzer, 2008 : 357, seorang aktor akan memilih untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai sangat tinggi bila sumber dayanya tidak memadai dan aktor dipandang berupaya mencapai keuntungan dan tujuan maksimal apabila memiliki sumberdaya yang memadai. Dalam teori ini, peneliti berasumsi bahwa untuk memperoleh pelayanan pendidikan dari Primagama, seorang siswa aktor terlebih dahulu harus memiliki dan menyediakan modal atau dana untuk masuk dan belajar di Primagama ketersediaan sumber daya dan siswa sebagai aktor berhak menilai kinerja Primagama apakah memberikan pelayanan yang terbaik atau tidak bagi dirinya sebagai bahan pertimbangan siswa untuk melanjutkan kegiatan belajar kursus di Primagama tersebut. Berikut ini adalah skema yang menunjukkan terjadinya Rational Choice di antara hubungan Primagama dan siswa : Universitas Sumatera Utara 1.1. Skema Hubungan Primagama dan Siswa berdasarkan Rational Choice Theory.

1.5.2 Efektivitas

Efektif adalah berhasil guna dan tepat guna. Efektivitas adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan terbaik mengenai suasana dan kemungkinan untuk membuat manfaat dan keuntungan. Chester Bernard Gibson, 1994 : 30, memberi definisi bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran menunjukkan tingkat efektivitas. Pada dasarnya efektivitas menyangkut pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak yang terlibat didalam suatu organisasi atau lembaga. Menurut Chester Bernard Gibson, 1994 : 34 dalam memahami konsep efektivitas terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan dari segi tujuan dan pendekatan dari segi teori sistem. Pendekatan tujuan the goal approach untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa lembaga diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendekatan tujuan menunjukkan bahwa lembaga dibentuk dengan tujuan tertentu, bekerja secara rasional dan berusaha mencapai tujuan tertentu. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan dari segi teori sistem. Melalui teori sistem dapat ditentukan efektivitas dari segi yang bermanfaat bagi lembaga atau organisasi baik berupa perusahaan bisnis, rumah sakit, badan pemerintah, lembaga PRIMAGAMA Siswa Aktor Sumber Daya Layanan Pendidikan Penialaian Siswa terhadap layanan Rational Choices : “Tetap Bergabung” Atau “Tidak” Universitas Sumatera Utara pendidikan ataupun lembaga yang lainnya. Dalam hubungannya dengan teori sistem, lembaga dipandang sebagai satu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain. Lembaga mengambil sumber input dari lingkungan sebagai sistem yang lebih luas, memproses sumber dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah diubah yaiut output. Dari teori sistem diketahui suatu kriteria efektivitas yang menggambarkan siklus input- proses-output dan hubungan timbal balik antara lembaga dan lingkungan yang lebih luas tempat hidupnya lembaga. Selain dari teori sistem, terdapat dimensi waktu sebagai satu elemen dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan yang melalui waktu mengambil sumber-sumber, memprosesnya dan mengembalikannya kepada lingkungan. Selain proses, mengenai efektivitivitas lembaga atau organisasi adalah apakah lembaga itu mampu bertahan dan hidup terus dalam lingkungan itu. Maka kelangsungan hidup lembaga merupakan ukuran terakhir atau ukuran jangka panjang dari efektivitas lembaga. Namun terdapat indikator jangka pendek dan menengah. Jangka pendek berupa produksi productive, efisiensi efficiency dan kepuasan satisfaction. Jangka menengah berupa penyesuaian diri dan perkembangan Gibson, 1994 : 31-32.

1.5.2.1. Efektivitas Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar

Sebagaimana telah diketahui bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi dan lembaga. Lembaga pendidikan bimbingan belajar juga memiliki fokus pencapaian keberhasilan yang bukan hanya dilihat dari pengaruh proses belajar terhadap pengetahuan siswa melainkan lebih memahami bagaimana untuk menaikkan kapasitas seorang siswa melalui peningkatan intelegensi, keterampilan, bakat, sikap dan motivasi siswa dengan metode-metode khusus yang nantinya akan menciptakan siswa Universitas Sumatera Utara yang memperoleh prestasi terbaiknya di sekolah dan tentu saja pencapaian dalam memaksimalkan angka kelulusan siswa dalam mengikuti ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional. Di sisi lain,lembaga pendidikan belajar dalam pendekatan tujuan goal approach melakukan evaluasi pada setiap proses belajar mengajar siswa dan menciptakan adanya penilaian yang muncul bahwa siswa tidak hanya cukup menguasai kemampuan individualnya dalam menjalankan kehidupan pendidikannya, melainkan siswa juga harus ditekankan pada kemampuanya dalam beradaptasi dengan lingkungan atau hubungan sosialnya dengan metode khusus baik dalam sistem pengajaran interaktif dan konsultasi belajar bersama. Website Primagama, 2012.

1.5.3 Fungsi Manifes Lembaga Pendidikan

Fungsi manifes lembaga pendidikan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat menuai manfaat dan kegunaan jangka panjang dari aktivitas yang dilakukan lembaga pendidikan. Fungsi lembaga pendidikan terkait juga dengan proses lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan ideal bagi peningkatan kemampuan baik secara individual maupun sosial bagi masyarakat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun beberapa fungsi manifes Amin, 2009 : 71-74 dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perubahan Sosial

Pendidikan yang dengan usaha sadar, sengaja dan sistematis bertujuan untuk membina manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab terhadap pengembangan dirinya dan pembangunan masyarakat, tentunya mempunyai andil yang besar untuk menyiapkan tenaga-tenaga pembangunan. Dengan adanya program-program dari Universitas Sumatera Utara berbagai lembaga pendidikan maka akan terbina tenaga-tenaga ahli yang dapat merencenakan dan melaksanakan pembangunan disegala bidang kehidupan yang secara terus menerus akan berkembang dan meningkat. Dampak dari semua itu adalah terjadinya perubahan yang semakin baik dalam masyarakat, dari masyarakat yang terampil dan ahli, dan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan sosial adalah berakar dan disebabkan oleh hasil pendidikan. Berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, memiliki fungsi seperti ini. Khususnya dalam hal ini lembaga bimbingan belajar sebagai pendidikan non formal yang ikut memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran beberapa bidang pelajaran baik eksakta maupun ilmu sosial yang nantinya juga akan meningkatkan intelegensi dan bakat siswa yang akhirnya akan mengembangkan kualitas nya dengan memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk masa yang akan datang.

2. Fungsi Pembinaan Sumber Daya Manusia

Setiap jenis lembaga pendidikan tentu saja mengembangkan potensi yang ada pada setiap siswa sehingga potenssi itu menjadi suatu kenyataan atau realitas tertentu. Setiap siswa membawa beberapa potensi yang telah ada sejak dilahirkan. Pendidikan hanya mampu membantu potensi yang ada pada siswa agar dapat berkembang seoptimal mungkin dengan bantuan pembelajaran yang diterima dari lembaga pendidikan lainnya. Semua hal tersebut adalah usaha lembaga pendidikan membantu siswa supaya menjadi warga negara yang baik, dan berguna dan berkemauan untuk bekerja keras, dan juga membantu siswa untuk menjadi sumber daya manusia dalam menghadapi pembangunan. Universitas Sumatera Utara Artinya lembaga bimbingan belajar sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas siswa berupaya keras untuk mengidentifikasi dan memfokuskan potensi para siswanya sesuai dengan keinginan dan kecerdasan yang mereka miliki dengan berbagai program-program yang inovatif yang tentu nya akan mengantarkan siswanya mencapai kualitas SDM yang baik pada masa yg akan datang.

3. Fungsi Pembangunan Sarana Kehidupan

Sarana kehidupan adalah sejalan dengan kebutuhan kehidupan yang bersifat relatif, dari kebutuhan yang sederhana, menengah dan kebutuhan yang tingkat tinggi sejalan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Keseluruhan sarana kehidupan diciptakan dan dihasilkan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia. Untuk menciptakan sarana kehidupan tersebut maka masyarakat harus menggali ilmu dan pengetahuan di berbagai lembaga pendidikan sebagai modalnya dengan berbagai keahlian, skill dan keterampilan. Semuanya adalah proses pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat berperan besar dalam pembangunan sarana kehidupan.

1.5.4 Fungsi Lembaga Pendidikan Berbasis Metode

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan atau metode. Metode tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Metode pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Universitas Sumatera Utara

1.5.4.1. Metode Pendidikan Berbasis Psikologis

Landasan psikologis mengajarkan betapa pentingnya mengetahui tentang kondisi fisik dan psikis dari peserta didik. Pendidikan pada dasarnya membantu peserta didik untuk dapat menumbuhkembangkan potensi secara optimal yang mana kegiatan itu lebih bertumpu pada psikologis pesera didik. Pendidikan sebagai suatu tempat tumbuh dan berkembangnya peserta didik, dan pendidik, guru atau tentor sewajibnya mengetahui tentang kejiwaan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya. Menurut Zulkifili Amin 2009 : 30, lembaga pendidikan dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Menentukan dan mencocokkan materi pelajaran siswa berdasarkan kurikulum nasional. b. Membentuk pola atau metode pengajaran yang dapat bersifat satu arah Tertutup dan metode pengajaran interaktif Terbuka yang menekankan cara pengajaran yang menarik dan menyenangkan yang menuntut keterbukaan pengetahuan peserta didik dalam proses mengajar dan belajar. c. Menargetkan tujuan yang akan dicapai d. Melakukan Evaluasi terhadap setiap perkembangan hasil pembelajaran siswa. e. Menyelenggarakan Remedial Pengulangan bagi siswa yang tidak dapat mencapai nilai kelulusan suatu mata pelajaran. f. Menyelenggarakan program yang dapat mengidentifikasi segala potensi yang dimiliki masing- masing siswa. Pemahaman peserta didik, utamanya berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satukunci keberhasilan pendidikan. Metode pendidikan berbasis psikologis menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan minat, bakat, kemampuan otak, kekuatan serta tempo perkembangan setiap peserta didik, dengan kata lain lembaga pendidikan harus dapat memandang perbedaan setiap peserta didik, juga penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan kondisi dari setiap tingkatan jenjang pendidikan.

1.5.4.2. Metode Pendidikan Berbasis Sosial dan Budaya

Pendidikan berbasis sosial budaya menerangkan pertama pada skala mikro, pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama subjek yang masing-masing bernilai setara. Sedangkan skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota dan masyarakat antar suku. Hal ini lah yang biasa terjadi di berbagai bentuk lembaga pendidikan baik formal maupun non formal seperti sekolah dan bimbingan belajar. Dalam skala makro, masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai sosial dari suatu generasi ke generasi muda dalam kehidupan masyarakat Pada skala makro ini lembaga pendidikan sebagai jaringan sosial yang sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah yang meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kelompok kemandirian oleh peserta didik Amin, 2009 : 31.

1.5.5 Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Kursus

Menurut UU No 202003 tentang sistem pendidikan nasional ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional terdiri dari 3 tiga jalur pendidikan; yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Lembaga Bimbingan Belajar masuk dalam jalur Pendidikan Non Formal PNF Universitas Sumatera Utara sedangkan pembinaannya masuk pada tanggungjawab Ditjen Diklusepora dalam Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Sedangkan aturan lebih rinci untuk pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kepmendikbud Nomor 0151U1977 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan Program Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan masyarakat. Pengertian kursus dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga Kepdirjen Diklusepora Nomor: KEP-105EL1990 sebagai berikut: Kursus atau lembaga bimbingan belajar adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat dengan swadaya dan swadana masyarakat Website Primagama, 2012.

1.5.5.1. Produk Bimbingan Belajar

Ada dua macam produk bimbingan belajar, yaitu modul sebagai sarana belajar dan instruktur sebagai tenaga pengajar. Penyelenggara lembaga kursus termasuk Lembaga Bimbingan Belajar adalah orang-orang yang pernah kuliah, bahkan sebagian besar pernah kuliah di PTN ternama di Indonesia. Lembaga Bimbingan Belajar adalah kumpulan dari para alumni dari ilmu keguruan dan sekaligus alumni dari universitas ternama, sehingga reltif lebih dinamis dan berkualitas. Secara akademis keilmuannya tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Jadi kebanyakan mereka yang menjadi tenaga pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar adalah anak-anak bangsa yang berprestasi. Modul sebagai sarana belajar yang dikeluarkan oleh Universitas Sumatera Utara Lembaga Bimbingan Belajar juga bisa dininai dan dievaluai sesuai dengan kebutuhan siswa Webisite Primagama, 2012.

1.5.6 Kapasitas Siswa

Kapasitas diartikan sebagai segala sesuatu hal yang di miliki, di muat, di simpan dan di dapat oleh sebuah benda baik hidup maupun mati yang dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas. Kapasitas siswa bukan dilihat dari segi kuantitas dimana melihat siswa dari banyak nya jumlah, melainkan lebih mengacu pada sesuatu yg bisa dijelaskan secara kualitatif yaitu tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat atau keterampilan, minat dan motivasi yang dimiliki seorang siswa. Ada beberapa faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kapasitas siswa dalam perolehan pembelajaran , yaitu sebagai berikut :

1. Intelegensi Siswa

Menurut Reber dalam Muhibbin 2003:147, intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiok-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol karena otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Selanjutnya, di antara siswa – siswa yang yang mayoritas Universitas Sumatera Utara berintelegensi normal, mungkit terdapat satu dua orang yang tergolong anak cerdas IQ di atas 130 dan beberapa ada pula siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata IQ 70 ke bawah. Setiap guru atau pendidik profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif borderline lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Untuk membantu siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata tindakan yang paling bijaksana adalah dengan cara memindahkan siswa penyandang intelegensi rendah tersebut ke lembaga pendidikan belajar atau kursus yang perlahan-lahan dapat meningkatkan intelegensinya. Sayangnya, lembaga pendidikan belajar di negara Indonesia saat ini baru berada di kota-kota besar tertentu saja.

2. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, pelajaran, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada mata pelajaran yang disajikan pendidik merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap pendidik dan mata pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif , pendidik dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran yang diajarkannya. Pendidik yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka Muhibbin, 2003 : 149. Universitas Sumatera Utara

3. Bakat Siswa

Menurut Chaplin dalam Muhibbin 2003 : 150, bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seorang siswa untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum, bakat itu mirip intelegensi. Itulah sebabnya seorang siswa yang berintelegensi sangat cerdas superior di sebut juga talented child atau anak berbakat. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat siswa kemudian diartikan sebagai kemampuan seorang siswa untuk melakukan tugas tertentu yang banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Misalnya, seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan ketereampilan yang berhubungan dengan bidang kelistrikan. Sehubungan dengan itu, bakat siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki oleh anaknya. Pemaksaaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhdap bakatnya sendiri sehingga dia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruh terhadap kinerja akademik academic performance dan prestasi belajarnya.

4. Minat Siswa

Menurut Reber dalam Muhibbin 2003 : 151, minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai siswa selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam Universitas Sumatera Utara bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akan mencapai prestasi yang diinginkan.

5. Motivasi Siswa

Gleitman dalam Muhibbin 2003 : 152, mengemukakan bahwa motivasi berarti daya untuk bertingkahlaku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrisik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrisik siswa adalah perasaan menyenangi materi pelajaran dan kebutuhannya terhadap pelajaran tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar misalnya, pujian dan hadiah dari teman, peraturan dan tata tertib sekolah dan nasehat orang tua. Motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah intrinsik karena dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan lebih memberi pengaruh kuat dibandingkan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua. Motivasi juga merupakan hasrat seseorang yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut sasaran, membantu individu untuk mengambil inisisatif dan bertidak secara efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan. Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran itu meliputi : a. Dorongan Prestasi Achievement drive yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau Universitas Sumatera Utara memenuhi standard keberhasilan b. Komitmen commitment yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sesama kelompok atau lembaga c. Inisiatif initiative yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan d. Optimisme optimism yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran dan tujuan kendati ada halangan dan kegagalan Asril, 2009 : 70.

1.5.7 Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota jaringan sosial adalah manusia person. Mungkin saja, yang menjadi anggota suatu jaringan sosial itu berupa sekumpulan dari orang yang mewakili titik-titik dari berbagai elemen masyarakat misalnya organisasi, lembaga, instansi, pemerintah dan negara. Menurut Van Zanden dalam Ruddy 2007:14, jaringan sosial atau keterhubungan sosial merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan dan relatif cukup lama atau permanen yang akhirnya diantara mereka terikat satu sama lain oleh seperangkat harapan yang relatif sama. Berdasarkan hal ini, hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang titik dengan orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa atau informasi. Menurut Powell dan Smith Damsar, 1997 :47, bagi sosiologi jaringan sosial telah dikenal sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait satu dengan yang lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu Universitas Sumatera Utara yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberi tatanan dan makna pada kehidupan sosial. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dan individu-individu yang terlibat.Pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa pola atau struktur hubungan sosial meningkatkan atau bisa dapat menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam macam aarena kehidupan sosial. Oleh karena itu, tingkatan ini memberikan suatu dasar untuk memahami hubungan perilaku individu dipengaruhi struktur sosial. Berdasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith mengajukan pendekatan analisis atau abstrak untuk dapat memahami jaringan sosial. Pendekatan analisis terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada : a. Pola informal dalam lembaga atau organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi atau lembaga- lembaga; organisasi formal pada dasarnya adalah hubungan yang berkelanjutan antar orang- orang yang dibangun atas dasar campuran yang rumit dari otoritas, pertemanan, persahabatan, kelembagaan dan loyalitas. b. Jaringan juga memperlihatkan tentang bagaimana lingkungan dalam lembaga dikonstruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normatif dan budaya dari lingkungan seperti sitem kepercayaan, kekerabatan, profesi dan sumber legitimasi. Powell dan Dimaggio dalam Damsar 1997 : 49, menyatakan bahwa cara untuk memahami jaringan sosial pada lembaga dan organisasi adalah dengan mengakui bahwa kebanyakan tindakan yang relevan dalam organisasi, lembaga dan komunitas terjadi dalam kepadatan hubungan dari ikatan jaringan yang menjembatani lembaga dengan para anggotanya Universitas Sumatera Utara

1.5.7.1. Jaringan Sosial Informal dari Akses dan Kesempatan

Penelitian yang dilakukan Granovetter memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Ikatan kuat didefinisikan sebagai seorang teman akrab, atau anggota keluarga sedangkan ikatan lemah dimaknai sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa. Anggota keluarga biasanya akan lebih dahulu mengetahui tersedianya suatu pekerjaan dibandingkan dengan teman biasa. Powell dan Smith menjelaskan bahwa jaringan sosial memudahkan memobilisasi sumber daya. Mempertahankan sesorang untuk memegang suatu jabatan atau membangun usaha, membutuhkan suatu kemampuan untuk menggerakkan sumber daya dalam bentuk informasi. Perluasan ikatan dan hubungan dalam lokasi lembaga strategis adalah hal yang utama. Kemampuan untuk memobilisasi dukungan finansial, perolehan akses terhadap informasi terbaru dan pemecahan masalah yang menekan adalah alasan individu untuk bersandar pada jaringan tempat aktivitas mereka Damsar, 1997 : 49.

1.5.7.2. Lembaga sebagai Jaringan Sosial dari Perjanjian

Analisa jaringan sosial lembaga didasarkan atas lembaga formal dan informal. Menurut Dalton 1959 : 219, jaringan sosial formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujui atasnya, sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan fleksibel di antara anggota- anggota yang di tuntun oleh perasaan-perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal. Baik lembaga formal maupun informal tidak dapat terlepas dari hubungan sosial. Lembaga formal biasanya mempunyai struktur hierarkis dan dihubungkan Universitas Sumatera Utara secara mendalan dengan jaringan sosial yang lebih luas, sedangkan jaringan informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang hierarkis.

1.5.7.3 Jaringan Sosial berdasarkan Tujuan Hubungan Sosial

Bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, Ruddy Agustyanto 2007 :34 menyatakan bahwa jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis yang dapat dijelaskan yaitu : 1. Jaringan Interest jaringan kepentingan, dimana hubungan sosial yang membentuknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan. 2. Jarigan Sentiment jaringan emosi, yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan emosi. 3. Jaringan Power jaringan kekuatan, yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan kekuatan. Masing-masing jenis atau tipe jaringan sosial tersebut memiliki “logika situsional” yang berbeda satu sama lain.

1. Jaringan Sosial Kepentingan

Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermakna pada tujuan- tujuan tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan tersebut sifatnya spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan, pekerjaan dan sejenisnya setalah tujuan-tujuan tersebut tercapai biasanya hubungan tersebut tidak berkelanjutan. Bila tujuan dari hubungan sosial yang terwujud spesifik dan konkret seperti, struktur sosial yang lahir dari jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun, bila tujuan tersebut tidak Universitas Sumatera Utara sekonkret dan spesifik seperti itu atau ada kebutuhan-kebutuhan untuk memperpanjang tujuan maka struktur yang terbentuk pun menjadi relatif stabil. Oleh karena itu, tindakan dan interaksi yang dalam jaringan sosial tipe ini selalu dievaluasi berdasarkan tujuan- tujuan relasional. Pertukaran negosiasi yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini diatur oleh kepentingan para pelaku yang terlibat di dalamnya dan serangkaian norma yang sangat umum atau general Ruddy, 2007 : 35. Dalam hubungan nya dengan lembaga pendidikan, jaringan sosial seperti ini selalu terjadi khususnya terlihat dari interaksi antara siswa satu dan siswa lainnya yang saling memberikan pengaruh dan keuntungan satu sama lain. Dalam lembaga bimbingan belajar, tentunya dalam hal ini adalah Primagama, jaringan sosial kepentingan ini biasa di tunjukkan dalam realitas jaringan pertemanan yang dikonstruksi secara sosial oleh beberapa orang siswa yang berdiskusi dalam mengerjakan pekerjaan rumah pr serta pembentukan komunitas belajar untuk berdiskusi bersama tentor dari berbagai bidang pelajaran tertentu dalam peningkatan pemahaman materi pelajaran sebelum menghadapi beberapa ujian try out dan ujian akhir sekolah. Oleh karena itu jaringan sosial yang dibentuk beberapa siswa Primagama terjadi karena adanya tujuan-tujuan atau maksud khusus yang dapat menguntungkan mereka.

2. Jaringan Sosial Emosi

Jaringan emosi terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial, dimana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial misalnya dalam pertemanan, percintaan atau hubungan kekerabatan, dan sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh jaringan emosi ini cenderung lebih mantap dan permanen. Hubungan sosial yang terwujud biasanya cenderung menjadi hubungan yang dekat dan menyatu. Di antara para pelaku terdapat kecenderungan menyukai atau Universitas Sumatera Utara tidak menyukai pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar pelaku dalam jaringan yang bersangkutan sehingga memudahkan lahirnya nilai dan norma yang mengembangkan kontiuitas pola-pola jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan tipe ini akan menghasilkan suatu rasa solidaritas. Artinya para pelaku cenderung mengurangi kepentingan – kepentingan pribadinya, dan biasanya mereka saling memberi dan menerima antara pelaku satu dan pelaku lainnya berdasarkan saling keterhubungan Resiprokal di antara mereka Ruddy, 2007 : 38.

3. Jaringan Sosial Power

Jaringan sosial ini terjadi apabila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan konfigurasi saling keterhubungan antara pelaku biasanya dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelaku. Jaringan sosial jenis ini harus memiliki pusat power yang secara terus-menerus mengkaji-ulang kinerja performance unit-unit sosialnya dan menguatkan kembali strukturnya untuk peningkatan efektivitasnya. Dengan demikian jaringan sosial ini tidak dapat menyandarkan diri pada kesadaran para anggotanya untuk memenuhi kewajibannya masing-masing seacara sukarela, tanpa intensif. Dibutuhkan suatu distribusi penghargaan dan sanksi reward and sanction yang terstruktur secara formal guna menyokong timbulnya kerelaan dengan peraturan dan perintah oleh pusat- pusat power mereka Ruddy, 2007 : 36. Jaringan sosial power dalam hubungan nya dengan perjalanan lembaga bimbingan belajar dapat di lihat dari gabungan siswa dari berbagai kelas yang berbeda baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yang sudah terkonstruksi sosial akibat secara kolektif bernaung Universitas Sumatera Utara dalam lembaga tersebut yang dapat memberikan penilaian terhadap beberapa unsur-unsur yang berada di lembaga tersebut. Karena dalam hal ini, siswa menganggap dirinya dapat memaksimalkan keuntungan dengan bergabung di lembaga bimbingan belajar tersebut dengan ekspektasi yang sangat tinggi. Artinya siswa memandang bimbingan belajar tempatnya bernaung sebagai “pusat power” yang bertanggung jawab atas kapasitas dirinya Hal ini dapat di tunjukkan melauli skema berikut : Skema 1.2 Jaringan Sosial Siswa dalam naungan Primagama sebagai pusat power. Siswa 6 SD Siswa VII – IX SMP Siswa X – XII SMA Jaringan Sosial Siswa Primagama Pusat Power Universitas Sumatera Utara

1.5 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan dapat menyedrhanakan pemikiannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. 1. Efektivitas adalah menyangkut keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik yang dilaksanakan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga sosial, ekonomi maupun pemerintah. 2. Efektivitas lembaga bimbingan belajar adalah melihat tinggi rendahnya tingkat keberhasilan bimbingan belajar dalam mencapai tujuan seperti, menigkatkanintelegensi, bakat, sikap, minta, dan motivasi siswa potensi individual,maupun meningkatkan kemampuan sosial siswa nya untuk memperoleh prestasi terbaik di sekolah nya. 3. Fungsi Manifes adalah Fungsi yang langsung dan nyata terjadi dalam masyarakat atau fungsi yang diharapkan oleh masyarakat. 4. Lembaga Pendidikan Non Formal adalah lembaga pendidikan diluar sekolah umum yang memberikan ilmu, pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi peserta didik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. 5. Lembaga bimbingan belajar adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara 6. Kapasitas siswa adalah segala sesuatu atau potensi bermanfaat yang dimuat, disimpan dan dimiliki oleh seorang siswa dalam dirinya seperti intelegensi atau kecerdasan, bakat dan keterampilan, sikap, minat dan motivasi. 7. Jaringan sosial siswa merupakan hubungan sosial yang terjadi secara timbal balik dan saling mempengaruhi antar siswa dari berbagai sekolah dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat berwujud kelompok belajar, kelompok pertemanan, komunitas hobby. 8. Siswa adalah seseorang yang mengikuti proses belajar yang terdaftar secara sah di dalam lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. 9. Intelegensi siswa adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki seorang siswa yang dapat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar 10. Dimensi Afektif adalah melihat pembentukan sikap seorang individu melalui pengaruh perhatian dan kasih sayang orang lain seperti, orang tua dan guru. 11. Bakat siswa merupakan kemampuan internal individu yang menonjol terhadap bidang- bidang tertentu dan berkaitan dengan kecerdasan, misalnya, bakat di matematika, fisika, dan kimia. 12. Minat siswa adalah kecenderungan atau kegairahan seseorang siswa untuk memilih dan melakukan sesuatu yang berdampak baik bagi dirinya. 13. Sikap Siswa merupakan perilaku yang di tinjolkan seorang siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan rasa suka atau tidak suka, penting atau tidaknya terhadap suatu mata pelajaran. 14. Motivasi Siswa merupakan dorongan yang menuntut seorang siswa untuk mencapai prestasi terbaik melaui pengaruh orang lain. Universitas Sumatera Utara

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kuantitatif digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu, meneliti tindakan dan bersifat mengukur atau memperkirakan, mengadakan evaluasi yang dilakukan kepada sejumlah individu. Survey dalam penelitian ini berupa deskriptif yaitu studi kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Pada tipe penelitian ini, seseorang atau suatu kelompok yang diteliti, permasalahannya ditelaah secara komprehensif mendetail dan mendalam. Berbagai variabel di telaah dan ditelusuri , termasuk juga kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Primagama Simpang Kantor Kecamatan Medan labuhan. Alasan peneliti memilih lokasi ini, karena di Primagama Simpang Kantor merupakan cabang yang memiliki siswa terbanyak dan beragam di kota Medan yang tentunya memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para informan. Terlebih lagi, peneliti juga bekerja sebagai tentor ilmu pengetahuan sosial di Primagama Simpang Kantor tersebut sehingga dapat lebih mudah dalam proses pengumpulan data. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial Budayanya di Simpang Selayang Medan

0 29 138

Strategi pengembangan bisnis waralaba Lembaga Pendidikan Primagama

11 77 114

Strategi pemasaran lembaga bimbingan belajar Primagama Vila Nusa Indah Bogor

12 114 195

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 2 11

PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 3 16

PENUTUP TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 2 5

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA QUANTUM KIDS CABANG RADEN SALEH PADANG).

0 0 13

PELAKSANAAN KONTRAK WARALABA (FRANCHISE) DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN PRIMAGAMA WILAYAH TANGERANG.

0 1 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN SMA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR PADA LEMBAGA PRIMAGAMA KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: SISWA PRIMAGAMA KELAS 3 SMA) - POLSRI REPOSITORY

0 1 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN SMA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR PADA LEMBAGA PRIMAGAMA KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: SISWA PRIMAGAMA KELAS 3 SMA)

0 2 30