berat jenis G
s
, dan berat volume kondisi basah
b
.Selain itu juga didapatkan data hasil uji saringan, data hasil uji Atterberg untuk mengetahui klasifikasi tanah dan
nilai Modulus Elastisitas E dari hasil uji triaxial test. Tanah sampel mempunyai batas cair LL sebesar 70,37 dan indeks
plastisitas PI yang tinggi 38,64, sehingga tanah mengandung butiran lempung plastisitas tinggi. Seperti teori yang ada, tanah lempung cenderung memiliki nilai
sudut geser dalam yang cenderung kecil, dalam data ini besarnya 4,06°. Sedangkan kohesi yang dimiliki tanah ini juga cukup kecil, yakni 0,71 kNm
2
. Parameter lain yang harus diinput dalam Program Plaxis adalah berat isi tanah
kondisi jenuh
sat
. Sebelum menghitung
sat
perlu diketahui nilai berat isi butiran padat
s
, porositas n dan angka pori e terlebih dahulu. Untuk menghitung
s
menggunakan Persamaan 2.5, porositas menggunakan Persamaan 2.4, sedangkan untuk menghitung angka pori digunakan Persamaan 2.3. Perhitungan berat jenis G
s
, berat isi butiran tanah
s
, porositas n, dan angka pori e adalah sebagai berikut:
w s
s
G
3
10 ,
26 81
, 9
568 ,
2 m
kN x
G
w s
s
614 ,
19 ,
25 81
, 9
1 1
s w
n
66 ,
1 614
, 1
614 ,
1
n n
e Untuk menghitung nilai berat isi tanah kondisi jenuh
γ
sat
terlebih dahulu dilakukan substitusi persamaan 2.1 dan 2.2, sehingga didapatkan hasil seperti berikut
ini:
3
00 ,
18 5514
, 1
56 ,
2 66
, 1
56 ,
2 16
1 m
kN w
G e
G
s s
b sat
Sementara itu angka Poison dapat diestimasi dari Tabel 2.6. Dengan asumsi bahwa tanah lunak tergenang air, maka dapat dikatakan tanah lunak pada kondisi
jenuh. Sehingga pada Tabel 2.6 diambil angka Poisson antara tanah lempung tak jenuh sampi jenuh yakni antara 0,1 hingga 0,5. Kemudian di asumsi tanah memiliki
angka Poisson 0,35.
4.1.3 Data Properties Soil Cement
Data soil cement didapatkan dari hasil pengujian di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil pengujian kepadatan soil cement
γ
b
adalah 16,7 kNm
3
Hasil pengujian soil cement dengan menggunakan alat triaxial didapatkan nilai modulus elastisitasnya E = 5,26 x 10
5
kNm
2
. Nilai E tersebut didapatkan dari perbandingan tegangan dan regangan.
Angka Poisson dapat diestimasi dari Tabel 2.6. Dengan asumsi bahwa soil cement mirip beton polos tapi berdasarkan nilai E lebih tinggi dari nilai base course.
Sehingga pada Tabel 2.6 diambil angka Poisson untuk batu yakni antara 0,1 hingga 0,4. Kemudian di asumsi soil cement memiliki angka Poisson 0,15.
Semua parameter material yang telah didapatkan baik itu dari data sekunder, perhitungan, maupun estimasi kemudian diinput ke dalam Plaxis. Parameter ini
ditentukan berdasarkan referensi yang ada dan contoh yang ada di lapangan. Dari hasil olahan parameter dasar, dibuat parameter-parameter untuk diinput ke dalam
Plaxis 3D Foundation seperti yang disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Material data set plaxis 3d
Parameter Beton
Semen Beton
Kurus Base
Course Subgrade
Kolom Soil
Cement Satuan
Model Linier
elastik Linier
elastik Mohr-
Coloumb Mohr-
Coloumb Linier
Elastik -
γ
unsat
24 22 23,25 11,04
16,76 kNm
3
γ
sat
- - 23,25
17,09 -
kNm
3
E
ref
27,8 x 10
6
16,61 x 10
6
5 x
10
5
500 5,26
x 10
5
kNm
2
v 0,2 0,2 0,35 0,35
0,15 -
c
ref
- - 25 0,045
- kNm
2
- - 40
0,01 -
° Ψ
- - 10 0 - °
4.2 Analisis Lendutan Tanpa Perkuatan
Analisis lendutan dimaksudkan untuk mengetahui lendutan lapis beton semen, lapis beton kurus, lapis base course dan subgrade. Gambar 4.1 merupakan
output plaxis dari model secara keseluruhan dengan perbedaaan warna yang memberikan informasi lendutan. Warna merah menginformasikan lendutan lebih besar
dari pada warna lain. Rekapitulasi nilai lendutan ekstrim tanpa perkuatan disajikan pada Tabel 4.5.
Gambar 4.1. Hasil lendutan tanpa perkuatan
Tabel 4.4. Nilai lendutan tanpa perkuatan
Lapisan Perkerasan
LendutanUy Min Maks
x 10
-3
m x 10
-3
m Beton Semen
-63,71 -63,83
Beton Kurus -63,71
-63,83 Base Course
-63,71 -63,83 Subgrade
-63,72 -63,83
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai ekstrim lendutan terjadi pada lapisan subgrade sebesar 63,83 mm. Pola lendutan yang terjadi dapat dilihat dengan
cara membuat potongan 2d seperti pada Gambar 4.2 dan 4.3. A
A