58
Dengan adanya pemberian keleluasaan kepala daerah, maka daerah harus dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat menjadi lebih baik, mau mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara Pusat dan Daerah maupun antara sesama daerah, sehingga akan terjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Daerah
Dalam UU Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otnomi seluas-luasnya dan
prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi
yang seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang
menjadi urusan pemerintah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran
serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Prinsip otonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang,
dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi kekhasan
daerah. Otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
dan maksud pemberian otonomi, yakni memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan.
Lebih lanjut dalam penjelasan umum UU Pemerintahan Daerah
dijelaskan bahwa
penyelenggaraan desentralisasi
commit to user
59
mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan daerah. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan
pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan-urusan pemerintahan
yang sepenuhnyatetap
menjadi kewenangan
pemerintah. Dalam pembagian ini, yang disebut urusan pemerintahan,
ada yang menjadi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah dan ada urusan pemerintahan yang bersifat concurrent,
yang dalam penanganannya dalam bagian atau sektor tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan daerah.
Dalam UU Pemerintahan Daerah pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan daerah diatur dalam pasal 10 :
1 Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.
2 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan. 3 Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a.
politik luar negeri; b.
pertahanan; c.
keamanan; d.
yustisi; e.
moneter dan fiskal nasional; dan
commit to user
60
f. agama.
Berdasarkan Pasal 10 UU Pemerintahan Daerah tersebut urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah yang
sepenuhnya tetap meliputi kewenangan yang menyangkut poliik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, dan
agama. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap ini, pemerintah dapat menyelenggarakan sendiri
atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan daerah danatau pemerintahan desa Pasal 10 ayat 4 UU Pemerintahan Daerah.
Selanjutnya Pasal 10 ayat 5 UU Pemerintahan Daerah diatur mengenai urusan pemerintahan yang bersifat concurrent.
Urusan pemerintahan yang bersifat concurrent adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di luar urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 3. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang bersifat concurrent
tersebut, pemerintah dalam melaksanakannya dapat berbentuk 1 menyelenggarakan sendiri; 2 melimpahkan sebagian kepada
Gubernur dekonsentrasi; dan 3 menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang bersifat concurrent dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi dengan mempertimbangkan kesesuaian hubungan pengelolaan urusan pemerintah antar tingkat pemerintah.
Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintah dengan mempertimbangkan dampakakibat yang
ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
commit to user
61
Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupatenkota, apabila
regional menjadi kewenangan provinsi dan apabila nasional menjadi kewenangan pemerintah.
Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat
pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah pemerintahan yang lebih langsungdekat dengan dampakakibat dari
urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada
masyarakat akan lebih terjamin. Kriteria efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian
urusan pemerintahan-pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya untuk mendapatkan ketetapan, kepastian,
dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.
Berdasarkan kriteria ini, maka urusan yang menjadi kewenangan daerah terbagi atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar, sedang urusan pilihan adalah urusan pemerintahan
terkait dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
111
Terkait urusan pemerintahan yang bersifat concurrent, dalam Pasal 2 ayat 4 PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah KabupatenKota untuk
selanjutnya disebut PP Pembagian Urusan Pemerintahan disebutkan urusan pemerintahan yang dapat dibagi bersama antar
111
Lili Romli, op.cit., hal. 24
commit to user
62
tingkatan danatau susunan pemerintahan, terdiri dari sektor urusan pemerintahan yang meliputi:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan umum;
d. Perumahan;
e. Penataan ruang;
f. Perencanaan pembangunan;
g. Perhubungan;
h. Lingkungan hidup;
i. Pertanahan;
j. Kependudukan dan catatan sipil;
k. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
l. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. Sosial; n.
Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; o.
Koperasi dan usaha kecil dan menengah; p.
Penanaman modal; q.
Kebudayaan dan pariwisata; r.
Kepemudaan dan olah raga; s.
Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; t.
Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. Pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. Statistik;
w. Kearsipan; x.
Pepustakaan; y.
Komunikasi dan informatika; z.
Pertanian dan ketahanan pangan;
commit to user
63
aa. Kehutanan bb. Energi dan sumber daya mineral
cc. Kelautan dan perikanan; dd.
Perdagangan; dan ee.
Perindustrian. Ketiga puluh satu sektor urusan pemerintahan tersebut di
atas dirinci lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam lampiran PP Pembagian Urusan Pemerintahan tersebut.
Berdasarkan UU Pemerintahan Daerah urusan wajib pemerintahan yang diberikan kepada pemerintah daerah sebanyak
16 urusan pemerintahan. Ke-16 urusan pemerintahan itu berlaku baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupatenkota,
sedangkan yang membedakannya adalah skala berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi seperti disebutkan di
atas.
112
Oleh karena itu, baik urusan pemerintahan provinsi maupun urusan pemerintahan kabupatenkota terdiri atas urusan:
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3. Penyelenggaraan
ketertiban umum
dan ketentraman
masyarakat; 4.
Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5.
Penanganan sektor kesehatan; 6.
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
7. Penanggulangan masalah sosial;
8. Pelayanan sektor ketenagakerjaan;
9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
112
Ibid
commit to user
64
10. Pengendalian lingkungan hidup; 11. Pelayanan pertanahan;
12. Pelayanan kependudukan dn catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;;
14. Pelayanan administrasi penanaman modal; 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar;
16. Dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan wajib daerah sebagaimana tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 7
ayat 2 PP Pembagian Urusan Pemerintahan, urusan wajib tersebut meliputi:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Lingkungan hidup;
d. Pekerjaan umum;
e. Penataan ruang;
f. Perencanaan pembangunan
g. Perumahan;
h. Kepemudaan dan olahraga;
i. Penanaman modal;
j. Koperasi dan usaha kecil dan menengah
k. Kependudukan dan catatan sipil;
l. Ketenagakerjaan;
m. Ketahanan pangan; n.
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; o.
Keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p.
Perhubungan; q.
Komunikasi dan informatika;
commit to user
65
r. Pertanahan;
s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u.
Pemberdayaan masyarakat dan desa; v.
Sosial; w. Kebudayaan;
x. Statistik;
y. Kearsipan; dan
z. perpustakaan
Selain urusan wajib tersebut, pemerintah daerah provinsi
dan kabupatenkota selain menyelenggarakan urusan wajib juga dapat melaksanakan urusan pilihan. UU pemerintahan daerah tidak
menyebutkan secara eksplisit apa saja yang menjadi urusan pilihan tersebut. Pasal 13 ayat 2 dan Pasal 14 ayat 2 UU Pemerintahan
Daerah hanya menyebutkan kriteria yang menjadi urusan pilihan tersebut adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan. Jenis urusan pilihan itu baru disebutkan secara eksplisit ada
pada penjelasan Pasal 13 ayat 2 dan Pasal 14 ayat 2 UU Pemerintaha Daerah jo Pasal 7 ayat 4 PP Pembagian Urusan
Pemerintahan, urusan pilihan tersebut meliputi: a.
kelautan dan perikanan; b.
pertanian; c.
kehutanan; d.
energi dan sumber daya mineral; e.
pariwisata;
commit to user
66
f. industri;
g. perdagangan; dan
h. ketransmigrasian.
Berdasarkan pembagian urusan tersebut, pemerintah pusat dan daerah pada hakikatnya mempunyai fungsi yang sama dan
hanya dibedakan oleh cakupan kekuasaan dan kewenangan masing- masing, maka sudah semestinya pola hubungan pemerintah pusat
dan daerah bersifat saling melengkapi dan saling ketergantungan. Artinya, pemerintah pusat tidak berfungsi tanpa adanya pemerintah
daerah, begitu pula sebaliknya, karena kedua tingkat pemerintahan mengemban fungsi secara saling melengkapi. Dengan demikian
maka legitimasi pemerintah pusat ditentukan oleh keberadaan dan kepercayaan pemerintah daerah, sebaliknya pemerintah daerah
membutuhkan justifikasi pusat bagi penyelenggaraan pemerintahan secara mandiri dan otonom.
113
F. Tinjauan Umum tentang Perizinan