79
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Menurut Setiono, metode adalah alat untuk mencari jawaban dari suatu pemecahan masalah, oleh karena itu suatu metode atau alat harus jelas dahulu
yang akan dicari.
128
Di dalam penelitian hukum, metode yang digunakan tergantung pada konsep apa yang akan digunakan. Berdasarkan pandangan
Soetandyo Wignjosoebroto dalam Setiono, mengemukakan ada 5 lima konsep hukum yaitu :
1. Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan
berlaku universal. 2.
Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional.
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto dan
tersistematisasi sebagai judge made law. 4.
Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial empirik.
5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial
sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.
129
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menggunakan konsep hukum yang kedua, yaitu hukum sebagai norma-norma positif di dalam sistem
perundang-undangan hukum nasional. Menurut Soerjono Soekanto dan Srimamudji penelitian hukum
normatif adalah penelitian hukum yang dilaksanakan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder belaka, penelitian ini disebut juga
128
Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNS, Surakarta, 2005, hal.19
129
Ibid
commit to user
80
penelitian hukum kepustakaan. Untuk memahami adanya hubungan antara ilmu hukum dengan hukum positif perlu ditelaah terhadap sinkronisasi vertikal dan
horizontal.
130
Jenis penelitian dalam penulisan tesis ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif yang dalam hal ini tentang sinkronisasi vertikal
yaitu analisis Pasal 38 ayat 3 jo Pasal 50 ayat 3 huruf g UU Kehutanan ditinjau dari Pasal 18 ayat 2 dan Pasal 38 ayat 3 jo Pasal 66 ayat 1, 2, dan
3 UU Kehutanan ditinjau dari Pasal 18 A ayat 2 UUD 1945 dan sinkronisasi horizontal antara UU Kehutanan, UU Pemerintahan Daerah serta UU Minerba,
terkait pasal-pasal yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan di dalam kawasan hutan.
B.
Sifat Penelitian
Penelitian tesis ini merupakan penelitian hukum yang bersifat preskriptif dan terapan, dimana penelitian hukum merupakan suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum ini
dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
131
Dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan argumentasi dan konsep baru sebagai preskripsi dari masalah kegiatan pertambangan di dalam
kawasan hutan pada era otonomi daerah.
C.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif khususnya:
a. Pendekatan Perundang-Undangan Statute Approach
130
Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif Jakarta:Raja Grafindo Persada, cet. Kelima, 2010: hal. 13
131
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, Cet. 2, 2010: hal.35
commit to user
81
Pendekatan perundang-undangan Statute Approach dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut-paut dengan
isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti
untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang- undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan
Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan undang-undang.
132
Dalam penelitian hukum ini, terkait masalah kegiatan pertambangan dalam
kawasan hutan pada era otonomi daerah, penulis akan melakukan sinkronisasi horizontal antara UU Pemerintahan Daerah, UU Kehutanan
dan UU Minerba. Dan terkait masalah konflik kewenangan dalam penerbitan izin kegiatan pertambangan dalam kawasan hutan pada era
otonomi daerah penulis akan melakukan sinkronisasi vertikal antara Pasal 38 ayat 3 jo Pasal 50 ayat 3 huruf g UU Kehutanan dengan Pasal 18
ayat 2 dan 18 A ayat 2 UUD 1945. Untuk itu peneliti harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
133
- Comprehencive artinya norma-norma hukum yang ada di dalamnya
terkait antara satu dengan yang lain secara logis. All-inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung
permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak akan ada kekurangan hukum.
- Sistematic bahwa di samping bertautan antara satu dengan yang lain,
norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierakis. b.
Pendekatan Konseptual Conseptual Approach Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-
132
Peter Mahmud Marzuki, op. cit, hal.93
133
Johny Ibrahim , Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Malang:
Banyumedia, 2010, hal. 303
commit to user
82
doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.
134
Dalam penelitian hukum ini penulis akan meneliti konsep kewenangan, perizinan dan
desentralisasi. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti akan merujuk prinsip- prinsip hukum terkait konsep kewenangan, perizinan dan desentralisasi
yang dikemukakan oleh para ahli hukum dan yang tertuang dalam doktrin- doktrin hukum.
D.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini berupa data sekunder, yaitu data atau informasi berupa himpunan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, majalah jurnal ataupun arsip-arsip yang sesuai dengan topik penelitian.
Mengacu pendapat Soerjono Soekanto dalam Setiono
135
dalam menggunakan data sekunder di sektor hukum ditinjau dari kekuatan
mengikatnya dapat dibedakan menjadi 3 tiga, terdiri dari 1 bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, antara lain peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan penelitian, 2 bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, dan 3 bahan
hukum tertier, atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
Sedangkan menurut Peter Mahmud
136
, sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat auturitatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan
hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
134
Ibid, hal. 95
135
Setiono, op. cit, hal. 19
136
Peter Mahmud Marzuki, op. cit, hal.141
commit to user
83
Sedangkan bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi
buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar- komentar atas putusan pengadilan.
Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan sumber-sumber penelitian yang terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkkait
dengan penelitian ini, antara lain: -
Undang-undang Dasar 1945 -
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan -
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah -
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 -
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan -
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah KabupatenKota. -
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18Menhut-II2011 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan b.
Bahan Hukum Sekunder, terdiri dari buku-buku literatur tentang kebijakan, otonomi daerah, teori perundang-undangan ataupun literatur lain yang
terkait dengan penulisan tesis.
commit to user
84
c. Bahan Hukum Tertier, terdiri dari kamus hukum dan kamus besar Bahasa
Indonesia.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Sehubungan dengan jenis penelitian yang merupakan penelitian hukum normatif maka untuk memperoleh data yang mendukung, kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian hukum ini adalah dengan cara pengumpulan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi
kepustakaan untuk mengumpulkan dan menyusun data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini merupakan cara pengumpulan data
dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen dan hal-
hal lain yang diteliti berhubungan dengan masalah yang diteliti.
F.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian hukum ini analisis menggunakan logika deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual. Merumuskan fakta, mencari hubungan sebab akibat, serta mengembangkan penalaran berdasarkan kasus-kasus. Analisis dilakukan
dengan menginventarisasi peraturan perundang-undangan, kemudian dilakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dengan melakukan
penafsiran perundang-undangan, untuk kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.
Dalam penelitian hukum ini peraturan perundang-undangan yang penulis inventarisasi terdiri dari:
a. Undang-undang Dasar 1945 b. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
commit to user
85
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
e. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah KabupatenKota.
h.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
i. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18Menhut-II2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Penafsiran terhadap undang-undang yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penafsiran sistematis. Penafsiran sistematis adalah
beberapa peraturan hukum yang mengandung beberapa kesamaan anasir-anasir, atau bertujuan untuk mencapai objek yang sama, bahwa diantara peraturan
hukum ternyata terdapat hubungan antara satu dengan yang lain. Suatu peraturan hukum tidak berdiri sendiri. Setiap peraturan hukum mempunyai
tempat dalam suatu lapangan hukum tertentu, hal ini sebagai konsekuensi adanya interdependesi antara masing-masing gejala sosial dan bahwa hukum
merupakan suatu gejala sosial.
137
137
Purwoatmodjo Sihombing, Pengantar Ilmu Hukum Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1997: hal.171
commit to user
86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN