88
adalah pada kawasan hutan produksi terbatas, sedangkan pada kawasan hutan lindung hanya boleh dilakukan dengan persyaratan tertentu, yaitu
pertambangan tidak boleh tambang terbuka.
2. Peraturan
Perundang-undangan Sektor
Kehutanan Terkait
Pertambangan di Kawasan Hutan.
Hutan merupakan sumber daya alam yang penguasaannya dilakukan oleh Negara. Dalam Pasal 4 UU Kehutanan disebutkan tentang
hak Negara atas hutan. Di dalam Pasal itu ditentukan semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Penguasaan hutan oleh negara bukan merupakan kepemilikan, tetapi negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan
mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan; menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status kawasan
hutan; mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan; serta mengatur perbuatan hukum
mengenai kehutanan. Atas dasar hak menguasai tersebut, selanjutnya negara pemerintah berwenang untuk memberikan izin dan hak kepada
pihak lain yang terpaksa harus menggunakan kawasan hutan. Untuk itu setiap kegiatan pemanfaatan atau penggunaan kawasan hutan diberikan
secara selektif dan terencana dalam satu perizinan oleh Menteri, termasuk dalam penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan.
Atas dasar hal tersebut maka dalam ketentuan Pasal 38 ayat 3 UU Kehutanan diatur penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
pertambangan melalui mekanisme izin pinjam pakai kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, karena dengan mekanisme tersebut Pemerintah masih
mempunyai kewenangan
untuk mengawasi
dan mengendalikan
commit to user
89
penggunaan kawasan hutan tersebut. Kawasan hutan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertambangan adalah kawasan hutan produksi dan hutan
lindung Pasal 38 ayat 1, dimana pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan pertambangan dengan pola pertambangan terbuka.Pasal 38
ayat 4. Sebagai tindak lanjut atas ketentuan tersebut, maka pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.18Menhut-II2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat 2 huruf b Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan kegiatan pertambangan termasuk dalam kegiatan pembangunan di luar
sektor kehutanan yang dapat dilakukan di dalam kawasan hutan melalui izin pinjam pakai kawasan hutan. Mengenai izin pinjam pakai kawasan
hutan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18Menhut-II2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, yang
mengatur:
138
1. Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Permohonan diatur dalam
Pasal 11 sampai dengan Pasal 15. 2.
Kewajiban Pemegang Persetujuan Prinsip. 3.
Kewajiban Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan diatur dalam Pasal 26 dan Pasal 28.
4. Larangan Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan diatur dalam
Pasal 29. 5.
Hapusnya Persetujuan PrinsipIzin Pinjam Pakai 6.
Jangka Waktu Persetujuan Prinsip Dan IPPKH.
138
Budi Ryanto, Reformasi Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan Menuju Senergitas Kegiatan Sektor Pertambangan dan Kehutanan, Bogor: Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan
Lingkungan , 2011: hal. 17-23
commit to user
90
7. Dispensasi diatur dalam Pasal 20.
Dalam Permenhut P.18Menhut-II2011, diatur bahwa untuk kegiatan pertambangan izin pinjam pakai terdiri dari izin pinjam pakai
tahap eksplorasi dan eksploitasi produksi, atau dengan kata lain sejak tahap eksplorasi pengusaha tambang dalam melakukan kegiatannya di dalam
kawasan hutan harus sudah memiliki izin pinjam pakai. Berdasarkan ketentuan Pasal 38 ayat 4 UU Kehutanan di dalam
kawasan hutan lindung dilarang melakukan kegiatan pertambangan dengan pola pertambangan terbuka. Incontrario dalam kawasan hutan lindung
diperkenankan melakukan
kegiatan pertambangan
dengan pola
pertambangan tertutup bawah tanah. Ketentuan mengenai penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan dengan pola pertambangan
tertutup diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Penggunaan Kawsan Hutan Lindung Untuk
Pertambangan Bawah Tanah.
3. Peraturan Perundang-undangan Terkait Pelaksanaan Otonomi