44
dan materil bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian asas welvaarstaat
Sinkronisasi peraturan perundang-undangan dapat dilakukan secara vertikal dan atau horizontal. Sinkronisasi Vertikal dapat
diselesaikan dengan asas hukum Lex Superiori derogate Lex Inferior peraturanundang-undang
yang lebih
tinggi mengenyampingkan
peraturanundang-undang yang lebih rendah, sehingga sinkronisasi vertikal bertujuan untuk melihat apakah suatu peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk suatu sektor tertentu tidak bertentangan antara satu dengan yang lain apabila dilihat dari sudut vertikal atau
hieraki perundang-undangan yang ada.
77
Sedangkan sinkronisasi horizontal dapat diselesaikan dibantu dengan menggunakan dua asas
hukum yaitu: Lex Posteriori derogate Lex Priori Peraturan undang- undang baru mengenyampingkan peraturan undang-undang lama dan
Lex Speciali derogate Lex Generale Peraturan undang-undang yang bersifat khusus mengenyampingkan Peraturan undang-undang yang
bersifat umum.
78
Dengan demikian sinkronisasi horizontal dilakukan dengan melihat berbagai peraturan perundang-undangan yang sederajat
dan mengatur sektor yang sama atau terkait. Sinkronisasi horizontal juga harus dilakukan secara kronologis yaitu sesuai dengan urutan waktu
diterapkannya peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
79
D. Konsep Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Alam
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 adalah sumber hukum tertinggi dalam melakukan pengelolaan dan pengusahaan terhadap sumber daya alam di
Indonesia. Di dalam Pasal tersebut dirumuskan bahwa “Bumi dan air dan
77
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum Jakarta: Sinar Grafika, 2009: hal. 28
78
Ibid
79
Ibid
commit to user
45
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ketentuan Pasal 33
ayat 3 tersebut, mengandung roh yang menegaskan, bahwa kekayaan alam yang terdapat di wilayah hukum Indonesia harus dipergunakan
“hanya dan hanya” untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
80
Terhadap rumusan Pasal 33 ayat 3 tersebut di atas tidak pernah ada penjelasan atau kejelasan resmi tentang makna “dikuasai oleh
Negara”. Namun satu hal yang telah disepakati bahwa dikuasai oleh Negara tidak sama dengan dimiliki oleh Negara. Kesepakatan ini
bertalian dengan dan atau suatu bentuk reaksi dari sistem atau konsep domein yang dipergunakan pada masa kolonial Hindia Belanda.
81
Konsep atau lebih dikenal asas domein, mengandung pengertian kepemilikan ownership. Negara adalah pemilik atas tanah, karena itu
memiliki segala wewenang melakukan tindakan yang bersifat
kepemilikan eigensdaad.
82
Pengertian hak menguasai Negara ditemukan dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA, memberikan makan “hak
menguasai negara”, yaitu wewenang untuk:
83
a. Mengatur dan menyelenggarakan perubahan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Selanjutnya, Pasal 2 ayat 1 UUPA menyatakan: “Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan hal-hal
80
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Cet.1, 2010: hal.15
81
Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 1, 2011: hal.123
82
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah Yogyakarta: Pusat Studi Hukum UII, 2004: hal. 230
83
Ibid., hal. 231
commit to user
46
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.
84
Berkaitan dengan itu, AP Parlindungan lebih lanjut menegaskan bahwa: “Kesimpulan Pasal 1, 2, 3, 4, dan 9 UUPA, kesemuanya dalam
konteks dengan ketahanan nasional sebagaimana disebutkan oleh Pasal 2 ayat 4 UUPA: “Wewenang yang bersumber pada Hak Menguasai Negara
tersebut pada ayat 2 pasal ini digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejateraan, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.”
85
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tujuan dari dikuasai Negara baik menurut UUD 1945 maupun UUPA adalah untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Keterkaitan hak penguasaan Negara dengan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat akan mewujudkan kewajiban
Negara sebagai berikut:
86
- Segala bentuk pemanfaatan bumi dan air serta hasil yang di dapat
kekayaan alam, harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
- Melindungi dan menjamin segala segala hak-hak rakyat yang
terdapat di dalam atau di atas bumi, air dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati
langsung oleh rakyat. -
Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan
84
AP Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA Mandar Maju: Bandung, 1989: hal. 3
85
Ibid
86
Pan Mohamad Faiz, Penafsiran Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi,
http:panmohamadfaiz.com20061008penafsiran-konsep- penguasaan-negara
, diakses tanggal 25 Februari 2012
commit to user
47
menyebabkan rakyat tidak mempunyai kesempatan atau akan kehilangan hak nya dalam menikmati kekayaan alam.
Ketiga kewajiban di atas menjelaskan segala jaminan bagi tujuan hak penguasaan Negara atas sumber daya alam yang sekaligus
memberikan pemahaman bahwa dalam hak penguasaan itu, Negara hanya melakukan pengurusan bestuurdaad dan pengolahan beheersdaad,
tidak untuk melakukan eigensdaad. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-
022PUUI2003 penguasaan Negara berarti bahwa Negara berwenang untuk mengurus, mengatur, mengelola serta mengawasi pengelolaan dan
pemanfaatan kekayaan alam bagi kemakmuran rakyat. Pengurusan, pengaturan serta pengelolaan kekayaan alam tersebut harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam konstitusi, yaitu: 1. Prinsip untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat;
2. Dasar demokrasi dengan ekonomi dengan prinsip: a.
Kebersamaan; b.
Efisiensi berkeadilan; c.
Berkelanjutan; d.
Berwawasan lingkungan; e.
Kemandirian; f.
Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Hutan merupakan sumber daya alam yang penguasaannya
dilakukan oleh Negara. Dalam Pasal 4 UU Kehutanan disebutkan tentang hak Negara atas hutan. Di dalam Pasal itu ditentukan semua hutan di
dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Maksud penguasaan hutan oleh Negara adalah
commit to user
48
memberi wewenang kepada pemerintah untuk:
87
1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;
2. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau bukan kawasan hutan;
3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai
kehutanan. Penguasaan itu tetap memperhatikan hak masyarakat Hukum adat,
sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui kebenarannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Selain itu, Pemerintah juga
mempunyai wewenang untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain untuk melakukan kegiatan di sektor kehutanan ataupun di luar sektor
kehutanan di dalam kawasan hutan. Sama halnya dengan hutan, bahan galian tambang juga dikuasai
oleh Negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penguasaan Negara atas bahan galian tambang merupakan kewenangan
yang diberikan oleh hukum kepada Negara untuk mengurus, mengatur dan mengawasi pengelolaan bahan galian sehingga di dalam pengusahaan
dan pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat. Kedudukan Negara adalah sebagai pemilik bahan galian mengatur
peruntukan dan penggunaan bahan galian untuk kemakmuran masyarakat sehingga Negara menguasai bahan galian. Tujuan penguasaan oleh
Negara pemerintah
adalah agar
kekayaan nasional
tersebut dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, baik perseorangan, masyarakat maupun pelaku usaha, sekalipun memiliki hak atas sesektor tanah di permukaan, tidak
87
Salim HS, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 3, 2006: hal. 12
commit to user
49
mempunyai hak menguasai ataupun memiliki bahan galian yang terkandung di dalamnya.
88
Penguasaan oleh Negara diselenggarakan oleh pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan. Kuasa pertambangan adalah wewenang
yang diberikan Negara kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, baik terhadap bahan galian strategis,
vital maupun golongan C.
89
E. Desentralisasi Dalam Kerangka Otonomi Daerah