Dan berhak menerima semua informasi yang bersangkutan dengan perjanjian yang dibuat.
E. Wanprestasi dalam Pemberian Kredit
Wanprestasi merupakan suatu istilah yang menunjuk pada ketidaklaksanaan prestasi oleh debitor.Bentuk ketidaklaksanaan ini dapat berwujud dalam beberapa bentuk, yaitu
sebagai berikut.
49
1. Debitor sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya.
2. Debitor tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinyamelaksanakan
kewajibannya tetapi tidak sebagaimana mestinya. 3.
Debitor tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya.
4. Debitor melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan.
Wanprestasi tersebut dapat terjadi karena kesengajaan debitor untuk tidak mau melaksanakannya, maupun karena kelalaian debitor untuk tidak melaksanakannya. Dalam hal
debitor memang secara sengaja tidak mau melaksanakannya, maka sesungguhnya ketentuan yang diatur dalam :
Pasal 1236 : Debitor adalah berwajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada kreditor, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan
kebendaannya atau telah tidak merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya.
49
Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal 356.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1239 : Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila kreditor tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam
kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Terhadap debitur yang dengan sengaja tidak memenuhi perikatannya dan memiliki
dua atau lebih kreditor, ketentuan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU dapat diterapkan agar kreditur dapat memperoleh haknya yang diberikan oleh undang-undang selama dan
sepanjang persyaratan tentang kepailitan yang ditetapkan dalam undang-undang kepailitan dan PKPU telah dipenuhi.
50
Oleh karena itu, sudah selayaknya dan sepantasnyalah jika rumusan Pasal 1243 KUHPerdata mewajibkan kreditur untuk menegur atau memerintah debitur atau untuk
sekedar mengingatkan debitur akan kewajibannya yang sudah harus dilakukan olehnya. Jika debitur masih juga tidak melakukan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan olehnya, maka
dengan ini sesungguhnya dapat dikatakan bahwa debitur tidak bermaksud untuk melaksanakannya, sehingga layaklah jika debitur dikenakan sanksi berupa kewajiban
tambahan berupa pengganti biaya, kerugian dan bunga. Terhadap tindakan debitur yang telah melakukan wanprestasi, diancam dengan
beberapa sanksi atu hukuman yang dapat berupa sanksi ganti rugi, pembatalan perjanjian, peralihan resiko dan membayar biaya perkara.
Biasanya jika terjadi wanprestasi, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Buku III KUH Perdata maka debitur harus diberi perjanjian resmi, yang mana biasanya dilakukan
oleh juru sita pengadilan yang membuat proses verbal tentang pekerjaan itu atau cukup dengan surat tercatat yang mana ditentukan di dalamnya bahwa debitur pada waktu yang
50
Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal 358.
Universitas Sumatera Utara
telah ditentukan segera berkewajiban memenuhi prestasinya. Dengan kata lain si kreditur menghendaki pembayaran seketika.
Surat yang disampaikan kreditur itu kepada debitur disebut ingrebeke stelling yang mempunyai sifat konstitutif
Sifat konstitutif ini dapat dilihat dari Arrest M.A Belanda pada tanggal 29 Januari 1915 yang menyatakan bahwa InggrebekeStelling tidak perlu dilakukan apabila debitur telah
mengkui kesalahannya, begitu juga bila debitur tidak mau melaksanakan prestasinya, maka InggrebekeStelling tidak perlu dan tidak dapat dilakukan, karena pada hakekatnya
InggrebekeStelling adalah upaya hukum untuk mendorong supaya debitur melakukan prestasinya, sedang apabila debitur sama sekali tidak melakukan prestasi, maka
InggrebekeStelling tadi merupakan alat bukti. Sehubung dengan tuntutan pemenuhan prestasi adakalanya dalam perikatan tersebut
sudah ditentukan bahwa benda jaminan dapat dijual oleh kreditur guna mewujdkan prestasi yang menjadi haknya jika debitur melakukan wanprestasi. Perwujudan prestasi disini tidak
perlu melewati jalur hukum karena pada hakekatnya debitur sendiri semula sudah menyetujui cara demikian.
Sehubung dengan sanksi atau ancaman yang dapat dijatuhkan terhadap debitur yang telah melakukan wanprestasi,maka sanksi tersebut seperti yang penulis kemukakan diatas
adalah berupa : a.
Ganti rugi adalah yang timbul karena debitur melakukan wanprertasi karena lalai Pasal 1234 KUH Perdata. Dalam hal ini ganti kerugian terdiri dari 3 unsur yang menurut pasal
1246 KUH Perdata adalah biaya,kerugian dan bunga.
Universitas Sumatera Utara
b. Pembatalan perjanjian adalah karena kelalaian pihak debitur dalam KUH Perdata di dapat
ketentuannya dalam Pasal 1266 yang mengandung pengertian bahwa pembatalan perjanjian harus dimintakan kepada hakim, pada waktu debitur nyata-nyata melalaikan
kewajibannya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu pedoman bahwa pelaksanaan
perjanjian dari seseorang berutang yang tidak memenuhi kewajibannya, maka dapat diselesaikan dengan membawa perkara tersebut ke Pengadilan berdasarkan dengan bukti-
bukti yang ada. Akan tetapi sebelum bank mengajukan perkaranya kewajiban pengadilan dalam hal debitur telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian dengan tidak
mengembalikan kredit yang dipinjamkanya, maka bank harus melakukan usaha- usahatindakan untuk mengatasi secara intern terlebih dahulu.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan terlebih dahulu adalah sebagai berikut :
51
1. Melakukan teguran terhadap debitur, baik dengan teguran lisan maupun tulisan, hal ini
tersebut dilakukan masing-masing sebanyak 3 tiga kali. 2.
Apabila teguran lisan maupun tulisan dtelah dilakukan tetapi debitur tidak menghiraukannya, maka bank segera melakukan pemanggilan terhadap nasabah guna
membicarakan masalah hutangnya. 3.
Selain daripada itu, pihak bank juga mengadakan penyidikan dengan mencari informasi mengenai tempat tinggal debitur sebenarnya, kekayaan debitur, letak keadaan barang
jaminan, menyempurnakan pengikatan barang jaminan secara yuridis dapat dipertanggung jawabkan
51
Ibid, hal 304.
Universitas Sumatera Utara
Apabila usaha intern telah dilakukan bank dan tidak membawa hasil seperti yangdiharapkan, maka bank harus menyerahkan pengurusan kredit macet tersebut kepada
Pengadilan Negeri, teguran demikian dinamakan sommatie. Kalau debitur setelah menerima teguran kemudian membayar lunas pinjamannya,
maka eksekusi jaminannya tidak diperlukan lagi, sebaliknya walaupun telah ditegur, debitur tetap tidak mau membayar pinjamannya, maka mulailah krediturbank berusaha untuk
mengeksekusi jaminan kredit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PERANAN LEMABAG JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN HUTANG DALAM PERMBERIAN KREDIT BANK
A. Lembaga Jaminan Fidusia dalam Praktek Perbankan