Eksekusi Jaminan Fidusia Peranan Lembaga Fidusia Sebagai Penjamin Hutang dalam Pemberian Kredit Bank

Besarmya tarif penerimaan negara bukan pajak yang bertalian dengan biaya permohonan pendaftaran jaminan fidusia dan perubahan serta penggantian sertifikat jaminan fidusia dapat dilihat dari tabel berikut ini. 29 No Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Satuan Tarif Rp 1 Biaya Pendaftaran Jaminan Fidusia : a. Untuk nilai penjaminan sampai dengan Rp.50 juta b. Untuk nilai penjamin di atas Rp.50 juta Per akta Per akta 25.000 50.000 2 Biaya permohonan perubahan hal-hal yang tercantum dalam sertifikat Jaminan Fidusia Per Permohonan 10.000 3 Biaya permohonan penggantian Sertifikat Jaminan Fidusia yang rusak atau hilang : Untuk nilai penjaminan sampai dengan Rp.50 juta a. Untuk nilai penjaminan di atas Rp.50 juta Per akta Per akta 25.000 50.000 Sumber :httpwww.kepustakaan-presiden.pnri.go.id 8 Juli 2009, terakhir kali diakses pada tanggal 13 Juni 2012.

D. Eksekusi Jaminan Fidusia

Ketentuan Pasal 29 ayat 9 Undang-Undang Fidusia telah mengatur pelaksanaan eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yang menyatakan sebagai berikut : Apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara: a. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 oleh penerima fidusia; 29 Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2000 Universitas Sumatera Utara b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelengan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Dengan demikian Undang-Undang Fidusia telah mengatur cara atau menciptakan beberapa model eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Berdasarkan ketentuan dalam 29 ayat 1 Undang-Undang Fidusia, dapat diketahui bahwa apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara berikut ini : a. Eksekusi berdasarkan grosse sertifikat jaminan fidusia atau title eksekutorial yang terdapar dalam sertifikat jaminan fidusia, yang dilakukan oleh penerima fidusia. b. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui pelelangan umum oleh penerima fidusia. c. Eksekusi secara penjualan di bawah tangan oleh kreditor pemberi fidusia sendiri Ketentuan dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Fidusia tidak disebutkan cara eksekusi fidusia lewat gugatan biasa. Sungguhpun tidak disebutkan, tetapi tentunya pihak kreditor dapat menempuh proses eksekusi biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan. Sebab keberadaan undang-undang fidusia dengan model eksekusi khusus tidak untuk meniadakan hukum secara umum. Perlu diperhatikan, bahwa ketentuan dalam pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Fidusia merupakan suatu ketentuan bersyarat, yaitu syarat, bahwa “debitur atau pemberi jaminan Universitas Sumatera Utara fidusia sudah cidera janji”. Kententuan dalam pasal tersebut membedakan antara debitur dan pemberi fidusia, yang memang merupakan dua orang yang berlainan.Kata “atau” mengajarkan kepada kita, bahwa yang cedera janji dari debitur pemberi fidusia dan pihak ketiga pemberi fidusia.Dalam hal debitur sendiri yang bertindak sebagai pemberi fidusia, sehubung dengan penjaminan itu ada dua perjanjian yang ditutup oleh kreditor, yaitu perjanjian pokoknya untuk mana diberikan jaminan fidusia dan perjanjian penjaminan fidusia sendiri.Karena dalam Pasal 29 ayat 1 diatas disebutkan secara umum, cedera janji debitur meliputi baik pada perjanjian pokoknya maupun pada perjanjian penjaminannya.Sebab dalam perjanjian pokok maupun dalam perjanjian penjaminannya, para pihak biasa memperjanjikan, bahwa apabila debitur tidak mematuhi janji-janji yang tertuang dalam perjanjian-perjanjian yang mereka tutup, utang debitur seketika menjadi matang untuk ditagih. 30 Sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang Fidusia, dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia.Namun demikian apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar. 31 Ketentuan ini juga kita jumpai dalam Pasal 1154 Kitab Undang-Undang Perdata untuk gadai yang berbunyi : 1 Apabila si berpiutang atau si pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban kewajibannya, maka tak diperkenankanlah si berpiutang memiliki barang yang digadaikan. 2 Segala janji yang bertantangan dengan ini adalah batal 30 J.satrio, Op.cit, hal 318. 31 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit , hal 162. Universitas Sumatera Utara

E. Hapusnya Jaminan Fidusia