Pengertian Perjanjian Kredit Peranan Lembaga Fidusia Sebagai Penjamin Hutang dalam Pemberian Kredit Bank

BAB III PROSES TERJADINYA PEMBERIAN KREDIT BANK

A. Pengertian Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit bank menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam pasal 1754-1769 KUHPerdata. Dalam bentuk apapun juga,pemberian kredit itu diadakan pada hakekatnya merupakan suatu perjanjian pinjam-meminjam. Sedangkan menurut Encyclopaedia of Professional Management, pengertian kredit yang lebih universal adalah :To give or extend economic value to someone or to business firm else now on faith or trust that the economic equivalent will be returned to the extender in the future. 35 Dalam prakek perbankan modern, hubungan hukum dalam kredit tidak lagi semata- mata hanya berbentuk perjanjian pinjam-meminjam tetapi sudah ada bentuk perjanjian yang lain seperti bentuk perjanjian pemberian kuasa. Pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam yang ada dalam KUHPerdata tidak sepenuhnya di identik dengan bentuk dan pelaksanaan suatu perjanjian kredit perbankan, diantara ke dua ada perbedaan-perbedaan. Dalam praktek bentuk dan materi perjanjian kredit antara suatu bank dengan bank yang lainnya tidak sama, hal ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-masing dengan demikian perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang berlaku umum. 35 Lester Robert Bittel dan Muriel Alberts Bittel, Encyclopaedia of Professional Management,Volume I dan Volume II, hal 250. Universitas Sumatera Utara Asas utama dalam perjanjian kredit adalah asas kebebasan berkontrak.Asas kebebasan berkontrak menemukan dasar hukumnya pada rumusan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut. Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat : 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang tidak terlarang. Asas kebebasan berkontrak mendapatkan dasar eksitensinya dalam rumusan angka 4 Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kebebasan berkontrak memungkinkan para pihak untuk membuat dan mengadakan perjanjian serta untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang. 36 Ketentuan Pasal 1137 Kitab Undang-Undang Perdata nmenyatakan bahwa suatu sebab yang halal adalah terlarang, apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Pasal 1338 menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan rumusan ini berarti setiap pihak sabagai kreditor yang tidak memperoleh pelaksaan kewajiban oleh debitor dapat atau berhak memaksakan pelaksanaannya dengan meminta 36 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal 275. Universitas Sumatera Utara bantuan pada pejabat Negara yang berwewenang yang akan memutuskan dan menentukan sampai seberapa jauh suatu prestasi yang telah gagal, tidak sepenuhnya atau tidak sama sekali dilaksanakan, atau dilaksanakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan masih dapat dilaksanakan, semuanya dengan jaminan harta kekayaan debitor sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Perdata. 37 Berdasarkan prinsip ini, para pihak berhak menentukan apa saja yang ingin mereka sepakati, sekaligus untuk menentukan apa yang tidak ingin dicantumkan di dalam naskah perjanjian, tetapi bukan berarti tanpa batas. Dalam KUHPerdata, asas kebebasan berkontrak ini diatur dalam pasal 1338. Dalam perkembangannya asas ini mendapat pengaruh dari peraturan ekonomi yang memuat kententuan yang bersifat memaksa yang ditujukan untuk menyeimbangkan kemampuan pihak-pihak pelaku ekonomi secara lebih adil dalam rangka pelaksanaan pembangunan nsional yang berdasarkan asas pemerataan. Istilah kredit itu berasal dari bahasa Latin “credere”, yang semuanya artinya kepercayaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditor yang memberi kredit, yang lazim dikatakan bank dalam hubungannya perkreditan dengan debitor nasabah, penerima kredit mempunyai kepercayaan, bahwa debitor dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan. Dalam masyarkat umum, istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan popular dan merakyat, sehinggga dalam bahasa sehari-hari sudah dicampuri dengan istilah utang. 38 37 Ibid, hal 281. 38 Rachamdi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 236. Universitas Sumatera Utara Dalam pasal 1 butir 11 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit itu adalah : 39 “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Berdasarkan pengertian diatas menunjukan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 40 Perjanjian kredit menurut hukum perdata Indonesia adalah suatu perjanjian pinjam- meminjam sebagaimana diatur dalam KUHPerdata pada Pasal 1754-1769. Dengan demikian perbuatan suatu perjanjian kredit dapat berdasarkan ketentuan-ketentuan KUHPerdata tetapi dapat pula berdasarkan kesepakatan diantara para pihak, artinya dalam hal ketentuan yang memaksa maka harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata, sedangkan dalam hal ketentuan yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. Pasal 1754 KUHPerdata menyatakan bahwa : “Pinjam-meminjam ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabiskan karena pemakaian, 39 Pasal 1 buitr 11 Undang-Undang No 10 Tahun 1998. 40 Hermansyah,Hukum perbankan nasional Indonesia, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005, hal 55. Universitas Sumatera Utara dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.” Dalam hal ini, maka dalam bentuk apapun juga pemberian kredit diadakan pada hakekat yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam KUHPerdata Pasal 1754-1769.Sebagai salah suatu perjanjian maka perjanjian kredit itu tidak dapat terlepas dari KUHPerdata dan Undang-Undang Perbankan. Mariam Darius Badrulzaman mengatakan bahwa perjanjian kredit bank adalah “perjanjian pendahuluan” voorovereenkomst dari peyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara pembeli dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya.Perjanjian ini bersifat konsensual pacta de contrahendo obligatoir, yang dikuasai oleh Undang-Undang Pokok Agraria dan Bagian Umum KUHPerdata. 41 “penyerahan uangnya” sendiri adalah bersifat rill. Pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah berlaku kententuan yang dituangkan dalam model perjanjian kredit pada kedua pihak. 42 Di dalam praktek, istilah kredit juga dipergunakan untuk penyerahan uang, sehingga kita mempergunakan kata-kata kredit, istilah itu meliputi baik perjanjian kreditnya yang bersifat konsensual maupun penyerahan uangnya yang bersifat rill. 43 41 Mariam Darius Badrulzaman ,Perjanjian Kredit Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal 32. 42 Ibid, hal 33 43 Ibid, hal 34 Universitas Sumatera Utara Kalimat diatas dikatakan bahwa perjanjian kredit mengandung dua fase, yaitu konsensuil dan rill. Fase rill tidak semata-mata berupa “perbuatan” akan tetapi membutuhkan pula adanya persesuaian kehendak untuk adanya penyerahan itu. Oleh karena itu, perjanjian kredit perlu mendapatkan perhatian khusus, baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam permberian kredit bank.

B. Jenis-Jenis Jaminan Kredit Bank