Latar Belakang Masalah Peranan Lembaga Fidusia Sebagai Penjamin Hutang dalam Pemberian Kredit Bank

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan dana yang diberikan oleh pihak perbankan dalam dunia perbankan di Indonesia disebut dengan kredit, yang terkadang selalu dihubungkan dengan adanya jaminan sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.Jaminan merupakan hal yang penting dalam membuat dan melaksanakan perjanjian kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang, serta guna melindungi kepentingan para pihak khususnya kreditur yang meminjamkan.Djuhaendah Hasan mengatakan bahwasanya fungsi jaminan secara yuridis adalah kepastian hukum pelunas hutang di dalam perjanjian kredit atau dalam hutang piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian.Kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian.Kepastian hukum ini adalah dengan mengikat perjanjian jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan. 1 Fungsi jaminan secara yuridis adalah untuk kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian kredit atau hutang piutang atau kepastian realisasi sutau prestasi dalam suatu perjanjian.Kepastian hukum ini adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia. Sehubungan dengan adanya jaminan sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit, maka secara garis besar ada dua macam bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan yang paling diminati oleh pihak bank dan pihak lainnya sebagai kreditur adalah jaminan kebendaan. 1 Djuhaenda Hasan, Perjanijan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, Jakarta: Proyek Elips dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998, hal 50. Universitas Sumatera Utara Menurut Djuhaendah Hasan, jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang dijadikan objek jaminan untuk suatu ketika dapat diuangkan bagi pelunasan atau pembayaran hutang apabila debitur melakukan cidera janji wanprestasi. Di dalam jaminan kebendaan selalu tersedia benda tertentu yang menjadi objek jaminan sehingga dalam pratek jaminan kebendaan lebih disukai dari pada jaminan perorangan karena sifatnya yang lebih menguntungkan pihak kreditur. 2 Jaminan fidusia merupakan salah satu bentuk dari jaminan kebendaan, yang merupakan perkembangan dari lembaga gadai.Pada ketentuan gadai mewajibkan kekuasaaan atas benda yang dijaminkan harus pindahberada di tangan pemegang gandai. Hal tersebut mengakibatkan pemberi gadai tidak dapat mempergunakan dapat mempergunakan benda jaminan tersebut untuk keperluan usahanya, sehingga dalam praktek timbul suatu perkembangan baru di mana si peminjam menyerahkan hak miliknya atas benda jaminan itu secara constitutum possessorium, yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan atas suatu benda yang dijaminkan milik debitur kepada kreditur dengan penguasaan fisik atas barang- barang itu tetap pada debitur. Debitur menguasai fisik barang tersebut bukan lagi sebagai pemilik melainkan sebagai peminjam-pakai.Pada awalnya objek fidusia terbatas pada benda bergerak yang berwujud peralatan, tetapi pada perkembangan selanjutnya objek fidusia juga meliputi benda yang tidak berwujud maupun benda tidak bergerak. Ratnawati L. Prasodjo, staf ahli Menteri Kehakiman, dalam diskusi undang-undang tentang jaminan fidusia, menjelaskan apa yang melatarbelakangi diajukan undang-undang tentang jaminan fidusia, yaitu : 1. Memenuhi tuntutan pembangunan ekonomi 2 Ibid, hal 55 Universitas Sumatera Utara Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka membangun secara berkesinambungan dibutuhkan dana yang besar. Pinjam meminjam merupakan salah satu bentuk untuk dapat terpenuhinya kebutuhan akan dana yang besar tersebut. Kegiatan pinjam meminjam memerlukan perlindungan melalui sebuah lembaga jaminan yang mampu memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi para pihak yang terlibat.Lembaga jamina fidusia merupakan salah satu bentuk jaminan yang belum ada pengaturanya secara utuh. 2. Kebutuhan Masyarakat. Lembaga jaminan fidusia memungkinkan para pembeli fidusia untuk tetap menguasai benda yang dijaminkan, agar dapat tetap melangsungkan kegiatan usahanya.Awalnya jaminan fidusiahanya berlaku bagi benda-benda bergerak berwujud yang berbentuk peralatan usaha, dalam perkembanganya objek fidusia meliputi benda tetap. 3 Dengan diundangkan undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, lembaga jaminan fidusiatelah memperoleh suatu tempat khusus dalam hierarki perundang- undangan di Indonesia. Dengan adanya undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiadimaksudkan untuk menampung kebutuhan masyarakat dengan pengaturan jaminan fidusiasebagai sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan. Sebelum undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiadibentuk, pada umumnya objek jaminan fidusiaadalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan inventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, maka 3 Ratnawati L. Prasodjo, Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia,Diskusi Undang-Undang Jaminan Fidusia dan Pendaftaranya, Hotel Regent, 1999, hal 30 Universitas Sumatera Utara undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiamemberikan pengertian yang luas tentang objek jaminan fidusia yaitu benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagiman yang ditentukan dalam undang-undang nomor 4 tahun 1998 tentang hak tanggunganyang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Akan tetapi, ada hal yang harus didasari bahwa pada Pasal 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia juga memberikan suatu batasan terhadap ruang lingkup berlakunya setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Hal ini kembali dipertegas melalui rumusan dalam Pasal 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwasannya Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak berlaku terhadap : 4 1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan,sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftarkan. 2. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 dua puluh meter atau lebih. 3. Hipotik atas pesawat terbang 4. Gadai Berdasarkan penjelasan secara umum dan singkat tentang Undang-Undang jaminan fidusiadi atas, maka dalam hal ini lembaga jaminan fidusiaini digunakan secara luas dalam berbagai transaksi pinjam meminjam atau kredit karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat, serta adanya kepastian hukum dengan cara mendaftarkan 4 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara jaminan fidusiatersebut. Pendaftaran jaminan fidusia tersebut memberikan hak yang didahulukan preferen kepada penerima fidusia terhadap kteditur lain. Karena jaminan fidusiamemberikan hak kepada pemberi fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusiaberdasarkan kepercayaan. Hal ini berbeda dengan gadai walaupun objek gadai hampir sama dengan objek Fidusia yaitu juga sama-sama benda bergerak berwujud, namun karena objek gadai berada pada penerima gadai, maka objek gadai tersebut tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan untuk kesehariannya oleh si pemberi gadai seperti sepeda motor, mobil dan sebagainya. Apabila tidak dilakukan maka akan mengalami kekurangan. Hal ini dinyatakan oleh Mariam Darus bahwasanya jika menalaah sistem hukum jaminan maka tampaklah bahwa hukum jaminan belum berada dalam sistem hukum yang bulat dan tuntas dimana pengaturannya masih bersifat sporadik dan belum tuntas. 5 Sesuai dengan sifat hak kebendaan, jaminan fidusiatetap mengikuti benda menjadi objek jaminan fidusiadalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali benda persediaan.Pendaftaran fidusia mempunyai arti yang sangat penting terutama atas jaminan benda bergerak yang tidak terdaftar mengingat sangat sulit membukt ikan siapa pemiliknya. Dengan demikian telah disyaratkan suatu bentuk dan prosedur baku yang harus dilalui guna memperoleh kepastian hukum mengenai jaminan fidusia. Pasal 37 ayat 2 dan 3 undang-undang No 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusiatelah memberikan suatu masa transisi yaitu 60 enam puluh hari sejak dibentuknya kantor pendaftaran fidusia, semua perjanjian jaminan fidusia harus sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang fidusia kecuali tentang kewajiban akta jaminan fidusia. 6 5 Mariam Darus Badrulzaman, Kerangka Hukum Jaminan Indonesia Dalam Hukum Jaminan Indonesia Seri Dasar Hukum Ekonomi 4, Bandung,: Citra Aditya Bakti, 1998, hal 23. Apabila tidak 6 Pasal 37 ayat 2 dan 3 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara didaftarkan dalam jangka waktu tersebut, maka perjanjian jaminan fidusiadimaksud tidak merupakan hak agunan atas kebendaan yang dimaksud dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiasehingga tidak mempunyai hak yang didahulukan preferent. Namun demikian, dalam praktek masih banyak jaminan fidusiayang diadakan sebelum berlakunya undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiabelum disesuaikan dengan ketentuan undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kendala-kendala yang timbul seiring dengan diterapkannya undang-undang No 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Seiring dengan alasan tersebut, maka timbullah suatu keinginan untuk diadakannya suatu penelitian untuk meneliti undang-undang No 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusiaserta membahas masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan undang-undang No 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia khususnya dalam praktek perbankan Bertitik tolak dari uraian diatas dan berdasarkan pandangan penulis, maka dengan ini memilih judul :“PERANAN LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENJAMIN HUTANG DALAM PEMBERIAN KREDIT BANK.”

B. Perumusan Masalah