Hubungan Pihak Pengelola Dengan Masyarakat

47 miliki.

5.3.4. Hubungan Pihak Pengelola Dengan Masyarakat

Atas keberhasilan usaha menata dan mengelola wilayah Kedonganan, pada suatu kesempatan Kepala LPD Desa Adat Kedonganan, I Ketut Madra, S.H., M.M., menyatakan LPD bukan semata lembaga keuangan, tetapi juga lembaga adat yang mengemban fungsi sosial, budaya dan spiritual. Karena itu, LPD tidak bisa hanya berpikir menjalankan usaha secara ekonomis dengan target laba yang tinggi, tetapi juga harus ikut memikirkan kelangsungan adat dan budaya Bali serta agama Hindu di desa adat. Menurut Madra, kelangsungan adat dan budaya Bali serta agama Hindu di desa adat menjadi kunci kelangsungan LPD. Pembangunan kepariwisataan atau pengelolaan sumber daya laut harus mampu berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan alam, sosial- budaya dan ekonomi dimana ketiganya merupakan pilar-pilar keberlanjutan. Pengelolaan berbasis masyarakat diimplementasikan dengan pendekatan bottom- up, dimana hal ini sebenarnya mengedepankan peran serta masyarakat sebagai prinsip utamanya. Peran serta tersebut terwujud dari tersedianya kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat penuh mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, selanjutnya sebagai penikmat dari manfaat yang ditimbulkan. Perkembangan bisnis café di pantai Kedonganan sangat menjanjikan. Hal tersebut dimungkinkan karena ramainya pantai Kedonganan dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun manca negara. Tingginya tingkat pengembalian investasi café di Pantai Kedonganan mampu meningkatan kondisi keuangan Desa Adat Kedonganan sehingga mampu memberikan banyak manfaat bagi warganya. Manfaat tersebut terutama berkaitan dengan meningkatnya kemampuan Desa Adat Kedonganan sebagai lembaga adat untuk melaksanakan berbagai aktivitas tanpa harus memungut biaya dari warga masyarakat. Mereka mampu menyediakan dan memberikan berbagai fasilitas bagi kesejahteraan warga Desa Adat Kedonganan. 48 Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM, lembaga adat melalui LPD berperan aktifmengadakan program dalam bidang pendidikan, kesehatan serta social-budaya. LPD memberikan beasiswa berprestasi dan beasiswa bagi anak yang kurang mampu. Selain itu LPD juga menyelenggaran tabungan untuk pendidikan, mendirikan lembaga pendidikan desa adat Kedonganan yang diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan melaksanakan kegiatan yang dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan di kelurahan Kedonganan. Selain pendidikan, kesehatan adalah bagian penting dari kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, aspek kesehatan diwujudkan melalui aneka kegiatan olah raga dan kesehatan setiap pelaksanaan hari ulang tahun LPD. Desa adat Kedonganan juga menjalin hubungan kerja sama dengan rumah sakit untuk pemeriksaan dan pengobatan para warga masyarakat. Demikian pula banyak kegiatan sosial-budaya lainnya yang dilaksanakan untuk kepentingan warga masyarakat tanpa dikenakan biaya sedikitpun. Kesejahteraan warga masyarakat makin meningkat. Oleh karena itu, tidak heran bila sebelumnya banyak nelayan Kedonganan hanya di tingkat “kelas buruh” saja, kini mereka sudah menjadi “kelas majikan”. Tidak jarang dari para nelayan “kelas majikan” ini mempunyai lebih dari tiga perahu dengan beberapa nelayan buruh yang menjadi bawahannya. Nelayan buruh ini terdiri dari para nelayan pendatang yang umumnya berasal dari Jawa. Seperti dikemukakan oleh I Made Dwi Wijaya, ST Sekretaris BPKP2K ; “Pendapatan rata-rata orang Kedonganan minimal berkisar 3-4 juta ada juga mencapai sampai 10 jutabln. Pekerjaan yang di geluti tidak hanya satu bidang pekerjaan melainkan 2-3 pekerjaan sekaligus, jadi tidak salah orang Kedonganan saat ini bisa dikategorikan sangat mapan, yang dahulunya sebagai nelayan namun sekarang sudah menjadi bos nelayan. Karena banyak berdirinya cafe dan tempat usaha lainnya, dominan orang pribumi lebih sukses dibandingkan orang luar seperti orang Cina. ” 49 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan