30 Kedonganan.  Setelah  kegiatan  di  KUD  selesai,  kemudian  pak  Nyoman  pergi
mengawasi  hasil  tangkapan  para  buruhnya.  Hasil  tangkapan  ikan  dihitung  dan kemudian  dijual  ke  pasar  oleh  istrinya.    Pada  musim  ikan,  kegiatan  di  pantai
biasanya selesai pukul 13.00.  Setelah itu baru para nelayan bisa beristirahat. Pak  Abdul  bukan  nama  asli  sebagai  nelayan  buruh  yang  berasal  dari
Muncar,  Jawa  Timur,  tinggal  di  sebuah  kamar  sewa  beserta  istri  dan  anaknya. Seperti  nelayan  buruh  lainnya,  pak  Abdul  sudah  mulai  beraktivitas  sekitar  pukul
02.00  pagi.  Dia  bekerja  pada  salah  seorang  pemilik  jukung,  pak  Made  bukan nama  asli.  Kemudian  dia  menyiapkan  peralatan  dan  perlengkapan  yang  akan
dibawa  melaut,  antara  lain;  lampu,  jaring,  bahan  bakar  mesin  tempel,  makanan dan minuman yang telah disediakan oleh istri nelayan pemlik. Setelah itu pergi
melaut  dan  kembali  sekitar  pukul  09.00  pagi.  Kemudian  ikan  hasil tangkapannya  dibersihkan  dari  jaring,  ditempatkan  dalam  wadah  plastik  ukuran
besar,  kemudian  ikan  itu  dijual  oleh  istrinya  Setelah  pak  Abdul  mendaratkan jukungya,  segala  peralatan  dari  nelayan  pemilik  yang  dibawa  tadi  dibersihkan
dan  dikembalikan  ke  tempat  semula  bersama  mesin  tempel  yang  telah  digunakan. Setelah itu dia pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan beristirahat.
4.3. Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan
Pada  musim  panen  ikan,  yaitu  pada  bulan  Maret-Agustus  para  nelayan Kedonganan hanya mencari ikan di sekitar pantai saja. Jenis ikan yang ditangkap adalah
lemuru,  layur,  tongkol,  jerbung,  dogol,  krosok,  dan  tengiri.  Sedangkan  pada  bulan September-Desember mereka mencari ikan sampai ke tengah laut. Hal itu disebabkan
pada bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan di mana ikan laut relatif sulit diperoleh. Perolehan  hasil  tangkapan  ikan  para  nelayan  Kedonganan  lainnya  yang  berupa
non-ikan,  antara  lain  kepiting,  cumi-cumi,  rajungan,  kepiting,  pari,  dan  udang. Perolehan ikan tidak didapat setiap bulan. Ada beberapa ikan  yang  yang selalu ada
pada musim ikan seperti tongkol dan lemuru. Lain halnya dengan cumi-cumi dan layur  yang  hanya  dapat  diperoleh  pada  musim  tertentu  saja,  yaitu  awal  musim
penghujan  dan  pada  saat  air  surut.  Pada  musim  ikan,  suasana  di  pantai  biasanya tampak ramai dengan aktivitas kenelayanan.
31 Adapun  sistem  pembagian  kerja  kenelayanan  di  Kedonganan  dapat  dibagi  sebagai
berikut : ·
Nelayan  modern,  nelayan  semacam  ini  tidak  diharuskan  untuk menangkap  ikan  secara  langsung,  walaupun  demikian  banyak  pula
nelayan modern atau pemilik mesin dan jukung turut menangkap ikan. ·
Nelayan buruh atau nelayan tradisional, bertugas mencari ikan di laut, menyiapkan  peralatan  menangkap  ikan  yang  akan  dipakai  dan  jukung
yang digunakan. ·
Buruh tegen jukung panol, bertugas membantu para nelayan yang  hendak  pergi  menangkap  ikan  dengan  menggunakan
jukung,  mengangkat  jukung  dari  tempat  parkir  jukung  di  pinggir pantai  sampai  ke  tepi pantai  untuk  berlayar.  Hal  ini  dilakukan  juga
ketika  para  nelayan  kembali  dari  menangkap  ikan  dan mengembalikan jukung ke tempatnya semula.
·
Buruh  bersih  jukung  dan  jarring,
bertugas  membersihkan  jukung setelah  p ar a  nela yan  kemb ali  d ar i  melau t.   Sed angkan
u ntu k  membersihkan jaring dari hasil tangkapan ikan dilakukan oleh para buruh perempuan.
· Buruh timbang, ber
tugas menimbang hasil tangkapan ikan.
· Pedagang  ikan,  terdiri  dari  para  keluarga  nelayan  yang
bertugas  menjual  ikan  kepada  para  konsumen  atau  pengepul. Umumnya kaum perempuan.
Secara  umum,  pengolahan  hasil  tangkapan  ikan  yang  dilakukan  nelayan  di Kabupaten  Badung  adalah  pemindangan,  pembekuan  dan  pengasinan.  Namun
demikian, nelayan Kedonganan lebih banyak menjual hasil tangkapannya ketika ikan
32 masih  segar  dan  dengan  cara  pembekuan  agar  ikan  bisa  dijual  keesokan  harinya.
Untuk  mengatasi  proses  pembusukan  sehingga  mengalami  kemunduran  mutu, para nelayan Kedonganan melakukan pengawetan dengan es.
Setiap  nelayan  pemilik,  pada  musim  ikan  mampu  menghasilkan  hasil tangkapan sebanyak 3-5 ton dengan jumlah kepemilikan 3-6 jukung. Hanya pada
tidak  musim  ikan  produksi  ikan  menurun  menjadi  kurang  dan  1  ton.  Untuk menjaga  kondisi  ikan  agar  tetap  segar,  pada  perahu  selerek  dan  sekoci
dilengkapi  oleh  kotak  penyimpanan  sebagai  tempat  pendingin  agar  ikan  tidak cepat  rusak.  Untuk  jukung  ada  yang  dilengkapi  kotak  pendingin  ikan  dan  ada
juga yang tidak. Hal itu tergantung jarak yang akan ditempuh untuk mencari ikan yang  kurang  lebih  memerlukan  waktu  empat  jam,  yang  kemudian  hasil
tangkapanya langsung dijual.
Hasil  tangkapan  berupa  ikan  segar  langsung  ditimbang  di  TPI  tempat pelelangan  ikan.  Tersediannya  prasarana  tempat  pelelangan  ini,  diharapkan  para
nelayan  dapat  memanfaatkannya  sebagai  tempat  penjualan  pertama  setelah  ikan ditangkap di  laut.  Hasil  tangkapan  nelayan  dijual  dengan  sistem  lelang.  Hal  itu
dimaksudkan  agar  ikan  hasil  tangkapan  nelayan  tidak  dipermainkan  oleh pengambek.  Ukuran  yang  digunakan  untuk  menimbang  adalah  ember  ukuran
besar.  Biasanya  sebelum  para  nelayan  kembali  dari  menangkap  ikan,  para  ijon telah  menunggu  di  pantai.  Para  pembeli  ini  umumnya  para  pedagang  yang
menjual  lagi  hasil  tangkapan  nelayan  ke  pasar-pasar  di  seluruh  Bali.  Aspek yang  menentukan  dalam  kaitannya  dengan  kegiatan  kenelayanan  dan  yang
berpengaruh  langsung  terhadap  peningkatan  kesejahteraan  hidup  nelayan adalah  aspek  produ ksi  d an  d istr ibu si  hasil  tangkapan.  Apabila  hubungan
sosial  yang melingkupi kedua aspek tersebut kurang menguntungkan nelayan dan nelayan  buruh,  maka  kelembagaan  KUD  perlu  diberdayakan  sesuai  dengan
kebutuhan  masyarakat  untuk  mengatasi  hubungan-hubungan  sosial  ekonomi  yang timpang  .  Di  Kedonganan,  KUD  setempat  tidak  berfungsi  untuk  memenuhi
kebutuhan  modal  nelayan.  TPI  juga  tidak  berfungsi  sebagaimana  mestinya,
33 sehingga  keberadannya  tidak  memberikan  keuntungan  ekonomi  kepada
nelayan.  Bahkan  dengan  penarikan  restribusi,  nelayan  justru  merasa dirugikan.  Dalam  memenuhi  kebutuhan  modal  usaha,  sebagian  besar  nelayan
memilih  meminjam  uang  dari  pengambek  tengkulak.  Pemasaran  hasil tangkapanpun  dilakukan  tidak  melewati  sistem  KUD  yang  ada  disana,  melainkan
langsung  antara  nelayan  ke  pengambek.  KUD  hanya  menjual  hasil  tangkapan  ikan para  nelayan  modern  dengan  kapal  besar  saja.  Oleh  karena  itu,  pendapatan  para
nelayan  sangat  sulit  dicatat  secara  pasti.  Penghasilan  nelayan  dapat  dikatakan tidak  menentu.  Hasil  tangkapan  nelayan  kadang  berlimpah,  kadang  sedang-
sedang  saja,  bahkan  sama  sekali  tidak  memadai.  Hal  itu  terjadi  disebabkan  pula oleh para nelayan yang melakukan aktivitas melaut masih berdasarkan musim.
Hasil  tangkapan  ikan  yang  rusak  dapat  dimanfaatkan  menjadi  tepung untuk  makanan  ternak  unggas,  terutama  ayam.  Selain  itu  ikan  segar  yang  belum
begitu  rusak  juga  dibeli  oleh  ijon  atau  pengepul  yang  kemudian  dijual  ke  pabrik pembuatan  ikan  sarden.  Jika  jumlah  hasil  tangkapan  banyak,  maka  para  nelayan
menjual  kepada  ijon  ini.  Tetapi  jika  hasil  sedikit  maka  nelayan  hanya  menjual  di pasar.  Ikan  yang  ada  di  pasar  ikan  Kedonganan  tidak  semua  dari  nelayan
Kedonganan, namun dari nelayan daerah lain, seperti Sanur, Benoa, daerah Bali lainnya,  bahkan  dari  Jawa.  Selain  itu  cafe-cafe  di  Kedonganan  tidak  selalu
membeli  ikan  di  pasar  atau  dari  nelayan  Kedonganan,  melainkan  membeli  dari tempat lain dan dari kapal besar yang menjual ikannya lewat TPI.
4.4.  Perkembangan Kelompok Nelayan