bekerja setiap hari, sedangkan 2 orang teman kos lainnya lebih sering menghabiskan waktu di kampus. Situasi kos yang sepi itu
tak jarang membuat Doni berani untuk melampiaskan kemarahannya jika sedang bekonflik dengan Sari.
Selain itu, tidak ada teman atau kerabat Sari maupun Doni yang mengetahui tentang tindak kekerasan yang kerap terjadi
dalam relasi mereka. Sikap Doni yang cenderung posesif membuat Sari terus menerus dijauhi oleh teman-temannya dan
menjauhkan Sari dari pergaulan dan komunitas manapun. Doktrinasi Doni tentang pertemanan yang buruk juga
meyakinkan Sari bahwa dirinya tidak memerlukan teman untuk berbagi pengalaman atau cerita. Bagi Sari, kehadiran Doni sudah
cukup untuk mengisi hari-harinya. Relasi yang tertutup dan jauh dari jangkauan orang-orang di sekitar ini turut membuat
lingkaran kekerasan dalam relasi pacaran Sari dan Doni terus berlanjut dan menguat dari waktu ke waktu.
a Kebertahanan Sari dalam Lingkaran Kekerasan
Kekerasan yang dialami Sari dalam relasinya dengan Doni selama bertahun-tahun lamanya tidak melunturkan keinginan
Sari untuk tetap mempertahankan relasi pacarannya dengan Doni. Ada beberapa hal yang ditelaah penulis terkait kehendak
Sari untuk tetap bertahan dalam relasi yang menyakitkan baginya, yakni:
1. Adanya rasa mencintai dan dicintai
Salah satu alasan kuat yang membuat Sari terus bertahan dalam relasi pacaran dengan Doni ialah rasa cinta
yang begitu besar yang dimilikinya terhadap Doni. Ada keyakinan yang dipegang oleh Sari bahwa perasaan cinta
terhadap Doni jauh lebih besar daripada perasaan sakit karena menerima perlakuan yang kasar dari Doni, sehingga Sari
tidak mampu untuk memutuskan hubungan dengannya. Sari
beranggapan bahwa kerelaannya untuk disakiti merupakan bentuk pengorbanan yang dapat ia lakukan untuk Doni dan
juga sebagai upaya mengerti keadaan Doni yang sedang mengalami konflik.
“Aduh gimana ya.. Saya tuh merasa saya sayang banget sama dia.. Jadi saya rasa tuh kalo saya putus dengan dia tuh saya
yang nggak kuat sendiri gitu, saya yang kehilangan, saya yang kangen, saya yang sedih... gitu kan yang galau. Pernah sih
mencoba untuk ya... coba break lah mungkin ya lebih ke menenangkan pikiran dan lain sebagainya, tapi rasa sayang
saya sama dia lebih besar daripada rasa sakit yang apa ya... ya saya sakit waktu saya dikasarin, tapi saya lebih sakit waktu
saya nggak ada dia..”
Melalui pernyataan tersebut, sangat terlihat pula bahwa Sari meyakini bahwa sumber kekuatannya berasal dari Doni
sehingga ia merasa tidak memiliki kekuatan untuk menjalani hari tanpa Doni. Ada indikasi ketidaknyamanan yang
ditunjukkan Sari ketika berada dalam situasi terpisah dengan Doni. Hal ini membuat Sari lebih memilih untuk tetap
menjaga agar relasi tersebut terus berlanjut. Selain itu, Sari mempercayai kata-kata Doni yang menyatakan bahwa ia
mencintainya. Namun, tidak terlihat bahwa Sari benar-benar merasakan cinta dari Doni.
“Ya cinta lah mbak.. Emmm… Ya dia sih bilangnya cinta.. Katanya dia nggak pernah seserius ini sama cewe.. Nggak
pernah sampe mikir nikah juga. Tapi ya mungkin bener sih, soalnya kita sempet putus berkali-kali, tetep dia pasti baliknya
ke saya lagi ke saya lagi.. Gatau ya tapi kenapa dia jahat sama saya, kadang saya mikir dia tuh nggak cinta sama saya”.
Keraguan Sari
dalam merasakan
cinta Doni
menunjukkan bahwa Sari merasa kebingungan dalam mengidentifikasi dan memahami konsep cinta. Keyakinan
Sari bahwa Doni mencintainya hanya ditegakkan dengan kehendak Doni yang terus mendekatkan diri padanya dan
menginginkan relasi tersebut berlanjut ke pernikahan.
2. Adanya kecemasan tentang ‘mitos keperawanan’