Analisis Deskriptif Subyek Kedua Dinda a Identitas Diri Dinda

juga over-protective sejak Sari kecil hingga dewasa sehingga Sari merasa bahwa perilaku over-protective merupakan hal yang lazim dilakukan oleh orang yang mencintai dirinya. Temuan 5: Adanya Proses Pembelajaran Sosial Melalui Latar Belakang Keluarga ‘Broken Home’ Latar belakang keluarga memiliki peran krusial dalam membentuk pengalaman belajar Sari tentang konsep keluarga. Keluarga yang ‘broken’ dan tindak kekerasan dari ayah kepada ibu yang terus diamatinya perlahan dan dikuatkan oleh tindak kekerasan yang dilakukan pacar terhadap dirinya turut membentuk skema tentang relasi interpersonal dengan lawan jenis. Bandura 1977 menjelaskan tentang observational learning yang dapat terbentuk dari proses modeling meniru figur yang dijadikan panutan. Dalam kondisi Sari yang sejak kecil terbiasa melihat tindak kekerasan terjadi terhadap ibunya, dan respons ibu Sari yang diam ketika menerima perlakuan tersebut, membuat Sari belajar bahwa ketika ia mengalami kekerasan serupa dari sang pacar, ia juga meniru respons yang ditampilkan ibu kepada ayahnya. Ibu menjadi model pembelajaran bagi Sari dalam mengatasi situasi serupa. Hal ini yang juga membuat Sari bertahan dalam relasinya dengan Doni.

2. Analisis Deskriptif Subyek Kedua Dinda a Identitas Diri Dinda

Nama : Dinda bukan nama sebenarnya Usia : 25 tahun Kota Asal : Lampung Kota Domisili : Solo Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas SMA Pendidikan Berjalan : Strata 1 Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jurusan : Psikologi Agama : Katolik Status Perkawinan Urutan Kelahiran : : Belum Menikah Anak ke-2 dari 3 bersaudara b Hasil Observasi Observasi juga dilakukan peneliti terhadap Dinda selama proses interview dilangsungkan. Dinda cenderung menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peneliti dengan emosi yang stabil dan nada suara yang tenang. Dinda tampak menjadikan pertanyaan- pertanyaan yang diajukan sebagai refleksi bagi dirinya, khususnya ketika menanggapi pertanyaan terkait kenangan masa kecil bersama kedua orangtuanya. Hal ini terlihat dari jawaban Dinda yang seketika terpenggal-penggal dan memberi pertanyaan refleksi pada dirinya sendiri. Gejolak emosi Dinda hanya terlihat ketika menjawab pertanyaan seputar perselingkuhan pacarnya. Dinda menunjukkan perubahan respons emosional yang drastis, seperti kening yang dikernyitkan, pipi yang memerah, nada suara yang meninggi dan memekik, tangan yang dikepal serta gestur jari yang menunjuk-nunjuk ketika menyebutkan nama-nama perempuan yang menjadi selingkuhan pacarnya. c Latar Belakang Dinda Dinda merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya perempuan dan adiknya ialah seorang laki-laki. Jarak usia Dinda dengan kakak perempuannya sekitar 3 tahun dan 2 tahun selisih usia dirinya dengan adik laki-laki. Dinda dibesarkan dalam keluarga Katolik, namun ritual keagamaan jarang dilakukan bersama-sama dengan keluarga. Dinda lahir dan besar di Lampung bersama keluarganya. Sejak kecil, Dinda beserta dua saudaranya dirawat oleh masing-masing satu baby sitter. Hal ini dikarenakan ayah dan ibu seringkali meninggalkan anak-anaknya di rumah ketika sedang sibuk bekerja di luar rumah. Situasi tersebut berlangsung hingga Dinda berusia kurang lebih 8 tahun. Peran pendampingan orang tua dalam urusan sekolah, ibadah, dan kursus tertentu juga digantikan oleh baby sitter masing-masing anak. Ayah dan ibu Dinda tidak pernah hadir dalam acara-acara sekolah karena kesibukannya mencari uang untuk keluarga. Kegigihan ayah dan ibu dalam mengumpulkan uang di setiap waktunya membuat Dinda dan keluarga memiliki status ekonomi yang jauh di atas rata-rata. Untuk menggantikan waktu yang hilang dengan anak-anak, ayah dan ibu Dinda selalu mengajak Dinda beserta saudara-saudaranya dan para baby sitter-nya untuk berlibur ke Jakarta di setiap akhir pekan. Selain itu, makan malam juga merupakan waktu yang tepat bagi Dinda dapat berkumpul dengan keluarganya lengkap. Namun demikian, hal tersebut tidak cukup bagi Dinda untuk membuka diri terhadap orangtuanya dan sangat sulit bagi Dinda untuk melakukan kontak fisik dengan orang tua. Dinda lebih dekat dan nyaman menceritakan apapun dengan baby sitter yang mengasuhnya dari kecil. Kedekatan dengan baby sitter ini berlangsung hingga Dinda SMP. Seiring berjalannya waktu, Dinda tumbuh menjadi anak yang berani, tegar, mandiri dan mencintai kebebasan. Dinda dapat melakukan semuanya sendiri dan juga mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orangtuanya. Dinda dapat bergaul dengan teman- teman yang ia kehendaki. Kepenuhannya dalam hal finansial membuatnya dapat melakukan dan membeli apa saja yang ia inginkan. Namun demikian, konsep keluarga dalam diri Dinda cenderung samar-samar karena ia merasa tidak memiliki kedekatan yang intim dengan keluarganya, terkhusus dengan sang ibu dan kakak pertamanya. Relasi Dinda dengan sang kakak cenderung buruk. Dinda terus mengalami konflik dengan sanga kakak sejak kecil hingga ia duduk di bangku SMP. Sang kakak seringkali mem- bully Dinda dengan ejekan ‘anak pungut’ hingga membuat Dinda yang kala itu berusia 5 tahun kabur dari rumah. Rumah yang ‘dingin’ membuat Dinda memutuskan untuk menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas di Salatiga agar ia jauh dari keluarganya. Ia mengambil jurusan Psikologi tahun 2006 dan menamatkan gelar kesarjaannya tahun 2013. d Analisis Kasus Dinda 1. Gambaran Kekerasan dalam Relasi Pacaran Dinda-Rendi a Identifikasi Jenis Kekerasan Dinda telah menjalani relasi pacaran dengan Rendi selama kurang lebih 5 tahun. Dinda dan Rendi berkenalan di kampus. Mereka belajar di satu fakultas yang sama, namun selisih 2 angkatan. Dinda 2 angkatan lebih awal dibandingkan Rendi. Namun jika dilihat dari usia, Dinda 3 tahun lebih tua daripada Rendi. Pada awalnya, Dinda tidak tertarik kepada Rendi secara fisik. Mereka saling mengenal sebagai teman main sehingga terbiasa menghabiskan waktu luang bersama. Rendi yang juga berasal dari kota yang sama dengannya juga membuatnya merasa cocok untuk berteman dengannya. Kedekatan mereka di awal juga dikarenakan teman-teman Rendi meminta Dinda untuk memantau dan memberikan nasihat tentang perkuliahan Rendi yang seringkali absen hingga melebihi batas. Dinda memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran karena beberapa alasan, yakni adanya rasa nyaman dan terbiasa melakukan kegiatan bersama-sama dan adanya rasa kasihan dengan Rendi karena Rendi terlihat lemah dan tidak dapat meng- handle dirinya sendiri. Tidak ada komitmen berpacaran yang disepakati oleh Dinda dan Rendi. Keduanya terbiasa bersama- sama hingga muncul rasa memiliki dan mengikat satu dengan lain. Namun seiring berjalannya relasi pacaran diantara mereka, Dinda menemukan bahwa Rendi seringkali berselingkuh. Rendi berselingkuh dengan mantannya dan seorang perempuan lain dalam teman perkumpulan-nya. “Ooo.. ya ada. Emm.. Dia suka selingkuh. Kalo menyakiti hati, itu, dia suka selingkuh. Terus, ada hal yang, ada hal yang waktu pas dia awal ngajak pacaran juga, saya ngomong sama dia, emm “Bener apa enggak?” Karena ketika kita pacaran dan kita temenan itu akan beda. Ketika, ketika saya sudah, ketika dia jadi pacar saya akan beda ketika saya jadi temennya dia. Kalo saya jadi temennya dia, lu mau ngapain juga gua ga akan peduli, nah tapi kalo udah jadi pacar, saya, saya ngomong pasti akan ada hal- hal, kebutuhan-kebutuhan yang lebih. Dia bilang, yaudah gak papa, gini-gini, bla-bla-blablabla.. Tapi ternyata, emm.. Dia mungkin nyakitin-nya lebih ke, sebenernya nyakitinnya tuh bukan dia yang nyakitin sih, lingkungannya dia sih, yang mulai agak aneh ”. Dinda membangun keyakinan dan membuat rasionalisasi bahwa Rendi menjadi individu yang seperti itu karena teman- teman yang ada di lingkungannya. Bagi Dinda, teman-teman Rendi membawa pengaruh yang buruk bagi perilaku Rendi. Selain itu, Dinda menganggap bahwa dalam setiap perselingkuhan yang terjadi antara Rendi dan perempuan- perempuan yang lain, kesalahan dilimpahkan pada sang selingkuhan yang terus mengajak Rendi bertemu berulang kali. Dinda menganggap bahwa Sinta, mantan Rendi, adalah kunci permasalahan dari perilaku Rendi yang sering bolos kuliah dan berselingkuh dari dirinya. Selama lima tahun berpacaran dengan Rendi, Dinda mengaku bahwa dirinya sudah 4 kali diselingkuhi oleh Rendi. Sepengetahuan Dinda, 2 kali Rendi selingkuh dengan Sinta dan 2 kali lainnya Rendi selingkuh dengan Becca, teman perempuan sekumpulannya. “Bolaaaak-balikkk. Ada kali empat kali saya diginiin… Yang ketauan itu juga kan… Diem-diem dia ke Jogja lah nyamper si Sinta, lha itu kan temen-temennya pada bilang sama gue.. Terus, nemu si Becca pagi-pagi dikosannya baru bangun tidur masih pake tanktop- an gitu… Ngapain lagi coba..” Menurut penuturan Dinda, Rendi berselingkuh setiap kali ia mengalami konflik dan bertengkar hebat dengan Dinda . Dapat dilihat, Rendi cenderung melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi. Adanya ketidaksiapan dan ketidakmatangan dari Rendi untuk menjalani sebuah komitmen berpacaran. Selain kekerasan emosional yang dialami oleh Dinda, Rendi juga seringkali menyakiti Dinda dengan kata-kata yang kasar seperti ‘anjing’, ‘babi’, ‘bego’. Namun, Dinda merasa bahwa itu adalah hal yang biasa dilakukan kepada teman-temannya juga. Jadi, Dinda tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati. “Yah.. Apa.. Kapan sih? ‘Bego’ itu sih mah biasa, Teh Sepergaulannya emang kalo ngomong begitu modelnya. Ke saya juga gitu.. Cuma saya sih biasa aja ya.. Eh tergantung deh.. Kalo lagi badmood biasa jadi saya ributin” Rendi cenderung menyakiti Dinda ketika Dinda dianggap mengangkat isu tertentu yang membuat mereka bertengkar. Perilaku selingkuh berulang kali yang dilakukan Rendi bertujuan untuk membuat Dinda jera dan tidak mencari malasah dengannya. Dinda pun cenderung menyalahkan dirinya setiap kali Rendi menyakiti dirinya. Ia berpikir bahwa Rendi melakukan kekerasan tersebut karena ada yang salah dengan perilaku Dinda. Oleh sebab itu, Dinda selalu memaafkan dan memaklumi perilaku Rendi yang menyakiti dirinya. “Menurutnya kalo pas kita lagi berantem, dia bakal langsung cari cewek laen, biar saya sadar biar saya kapok gitu biasanya… Bilangnya dia, itu pelajaran karena gue cari masalah mulu sama dia…” “Hal yang saya pikir adalah.. Mungkin ada kelakuan saya yang salah yang saya gak tau. Walaupun saya gak tau itu apa ”. Selain itu, Rendi juga menunjukkan perilaku agresinya ketika sedang bertengkar dengan Dinda melalui perusakan barang-barang yang ada disekitarnya, misalnya membanting hand phone, memukul pintu. Kekerasan tersebut dilakukan Rendi dalam keadaan mabuk karena Rendi seringkali minum alkohol bersama teman-temannya sehingga Rendi selalu meminta Dinda untuk memakluminya jika ia menyakiti Dinda saat ia sedang dalam keadaan mabuk. Oleh karena Dinda pun terkadang juga ikut dalam acara minum bersama dengan teman-teman Rendi, maka Dinda pun mencoba mengerti bahwa efek yang muncul pada masing-masing orang yang berada di bawah pengaruh alkohol berbeda satu dengan lainnya. Karena itu, Dinda selalu memaafkan Rendi dan terus menjalani relasi tersebut. “Dia alesannya gini pasti… ‘Ya kan gua lagi mabok.. Orang mabok lo reken.. Mana juga gua sadar, Din Maklumin aja sih lo kaya nggak pernah mabok aja..’ Ya gitu.. Selalu gitu excuse- nya dia.. Saya juga mau complain juga nggak nyampe mulu” Relasi Dinda dan Rendi yang telah berlangsung selama 5 tahun tidak seutuhnya langgeng. Keduanya seringkali menghadapi situasi ‘putus nyambung’ dalam menjalani relasi mereka. Dinda beberapa kali memutuskan Rendi karena Rendi telah berselingkuh darinya. Namun, ketika Dinda mengetahui bahwa Rendi telah berhubungan intim sexual intercourse dengan Sinta maupun Becca, Dinda terus mengurungkan niat untuk meninggalkan Rendi. Hal ini disebabkan karena Dinda merasa cemburu, marah, dan tidak terima Rendi melakukan hubungan intim dengan perempuan lain ketika Dinda telah memberikan keperawanannya untuk Rendi di tahun-tahun pertama mereka berpacaran. Tidak ada perubahan yang signifikan ketika awal-awal melakukan hubungan intim. Dinda tidak merasa mengalami ketergantungan untuk melakukan hubungan intim pada awal masa pacaran. Perubahan baik dari segi emosional dan sikap terhadap Rendi baru muncul setelah tahun ketiga pacaran, tepatnya setelah pacar didapati selingkuh dari dirinya. Dinda baru merasakan bahwa hubungan intim telah berubah menjadi suatu kebutuhan biologis baginya ketika ia sempat putus dari Rendi. Dinda menyadari bahwa yang dapat melengkapi kebutuhan biologis tersebut hanya Rendi, sehingga ia terus kembali padanya. “Waktu pas di awal sih, enggak ya, maksudnya masih yang.. Masih yang biasa aja, dan saya, saya juga tidak merasa saya ketergantungan dia karena emm, sexual intercouse-nya itu. Pas di awal malah enggak” “Setelah, emm, setelah tiga tahun pacaran, malah setelah dia selingkuhin gitu malah baru itu.. ” “He’eh. Karena.. Sexual intercouse saya sama dia. Jadi pas begitu saya putus sama dia kan saya udah nggak, kan saya udah gak melakukan sexual intercouse lagi, dan disana saya baru tau ternyata, setelah kamu pernah mengalami itu, itu akan menjadi suatu kebutuhan. Dan saya gak mudah untuk ngelakuin itu sama orang. Jadi saya jadi merasa saya butuh dia ya karena itu. ” Sexual intercourse terus dilakukan oleh Dinda dan Rendi meskipun Dinda mengetahui bahwa Rendi juga melakukan hal serupa dengan beberapa perempuan lain. Namun, Dinda lebih tidak menghiraukan itu selama Rendi juga memenuhi kebutuhan biologisnya tersebut. Dinda merasa bahwa ia perlu ‘melayani’ kebutuhan biologis Rendi lebih dari sebelumnya agar Rendi tidak ‘bermain’ lagi dengan perempuan lain. Namun, hal itu tidak membuat Rendi berhenti mengkhianati Dinda. Kini, Dinda sedang hamil 7 bulan dan Rendi tidak dapat diketahui keberadaannya. Pernah ada niat baik untuk menikahi Dinda di awal kehamilan sekitar usia kandungan Dinda 3 bulan, namun sang pacar berubah pikiran. Sang pacar sempat memintanya untuk menggugurkan kandungan, namun Dinda menolak. Sang pacar memberikan syarat untuk menikah ialah Dinda harus pindah agama, Dinda pun menolak dan memilih untuk menjadi single mother. Melalui klasifikasi yang dikemukakan oleh Murray 2007 terkait jenis kekerasan, dapat diidentifikasi jenis kekerasan yang dialami Dinda ialah sebagai berikut: Kekerasan Verbal Name Calling ‘bego’, ‘anjing’, ‘babi’ Blaming melimpahkan kesalahan, menuduh Making threats mengancam akan ‘balikan’ dengan mantan Interrogating pencemburu, posesif, suka mengatur Breaking items melempar hand phone, memukul atau membanting pintu, melempar botol Kekerasan Emosional Diselingkuhi berulang kali, dibohongi. Kekerasan Seksual Meninggalkan Dinda dalam keadaan hamil, permintaan untuk menggugurkan kandungan. Tabel 4.6 Identifikasi Kekerasan Relasi Dinda-Rendi b Jerat Lingkaran Kekerasan dalam Relasi Pacaran Dinda- Rendi Selama lima tahun Dinda berada dalam lingkaran kekerasan yang terus berputar seperti siklus yang rutin, namun Dinda tidak menyadarinya. Menurut Dinda, konflik seperti yang dialami Dinda akan terjadi pada semua pasangan. Meskipun demikian, pertimbangan untuk meneruskan atau mengakhiri hubungan tersebut juga tidak jarang terlintas dalam pikiran Dinda. Dinda berpikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Rendi setiap kali Rendi berselingkuh dari dirinya. Perselingkuhan berulang sebenarnya bukanlah hal yang dapat ditolerir oleh Dinda, namun rasa cinta Dinda kepada Rendi lebih besar sehingga Dinda memutuskan untuk terus memaafkan Rendi. Sekitar 4 atau 5 kali Dinda memutuskan Rendi karena tidak kuat tersakiti oleh ketidaksetiaan Rendi, namun Rendi terus kembali padanya dengan berbagai alasan. Mengacu pada lingkaran kekerasan Walker 1979, kekerasan yang dialami Dinda dalam relasinya dengan Rendi dapat digambarkan sebagai berikut: POWER CONTROL DENIAL

1. TENSION BUILDING- RENDI 2. BATTERING - RENDI

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebertahanan Perempuan Korban Kekerasan dalam Pacaran di Kota Salatiga: kajian psikoanalisa T2 832013002 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebertahanan Perempuan Korban Kekerasan dalam Pacaran di Kota Salatiga: kajian psikoanalisa T2 832013002 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebertahanan Perempuan Korban Kekerasan dalam Pacaran di Kota Salatiga: kajian psikoanalisa T2 832013002 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebertahanan Perempuan Korban Kekerasan dalam Pacaran di Kota Salatiga: kajian psikoanalisa T2 832013002 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebertahanan Perempuan Korban Kekerasan dalam Pacaran di Kota Salatiga: kajian psikoanalisa

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Paradoks Cinta: antara pengorbanan dan perpisahan (kebertahanan perempuan korban kekerasan dalam perspektif kelekatan bowlby) T2 832013016 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Paradoks Cinta: antara pengorbanan dan perpisahan (kebertahanan perempuan korban kekerasan dalam perspektif kelekatan bowlby) T2 832013016 BAB II

0 3 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Paradoks Cinta: antara pengorbanan dan perpisahan (kebertahanan perempuan korban kekerasan dalam perspektif kelekatan bowlby) T2 832013016 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Paradoks Cinta: antara pengorbanan dan perpisahan (kebertahanan perempuan korban kekerasan dalam perspektif kelekatan bowlby)

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Paradoks Cinta: antara pengorbanan dan perpisahan (kebertahanan perempuan korban kekerasan dalam perspektif kelekatan bowlby)

0 0 84