mereka bertemu. Sari menganggap bahwa jika di tahun-tahun pertama relasi pacaran mereka, Doni bisa memperlakukannya
dengan sangat baik, maka ada kemungkinan Doni dapat menjadi baik kembali. Keyakinan ini terus member kekuatan
bagi Sari untuk mempertahankan relasinya dengan Doni.
“Itu bukan hanya pikiran ya, itu harapan yang setiap harinya gitu.. saya berharap dia bisa kembali seperti
dulu.. dimana dia tidak kasar seperti itu. Karena saya sempet merasakan dia yang baik gitu.. walaupun itu
mungkin hanya sandiwara gitu untuk memenangkan hati saya. Ya.. saya nggak tau sampe kapan ya tapi saya
percaya sua
tu saat dia akan berubah begitu”. “Iya, ini nih kasarannya takdir yang saya harus jalani
mbak..”
Sari memiliki keyakinan bahwa keadaan yang dijalani sekarang bersama pasangan adalah sebuah takdir yang harus
dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Melalui pernyataan ini, dapat dilihat pula bahwa Sari merasa tidak berdaya untuk
keluar dari situasi yang mengancam dan membuatnya terluka. Sari menunjukkan sikap pasrah terhadap apapun
yang dilakukan Doni terhadap dirinya dan menyerahkan seluruh kendali dalam relasi tersebut seutuhnya di tangan
Doni.
2. Gambaran Kelekatan Sari dan Orang Tua
Lingkaran kekerasan yang menjerat Sari dalam relasi pacaran dengan Doni yang menempatkan dirinya sebagai korban bertahun-
tahun lamanya membuat penulis perlu mengaji lebih dalam mengenai relasi lekat antara Sari dan kedua orangtuanya di masa
lampau hingga kini. Telaah ini penting untuk mendapatkan pemahaman mengenai ikatan emosi yang terjalin antara Sari dengan
orang tua sebagai figur lekat pertama dalam kehidupannya, karena aktif atau tidaknya ikatan emosi yang terjalin di awal-awal masa
kehidupan tersebut terekam dalam memori jangka panjang dan menghasilkan pola lekat yang serupa dengan relasi Sari dengan
siapapun di rentang kehidupan berikutnya. Namun, sebelum penulis menggambarkan pola kelekatan antara Sari dengan kedua
orangtuanya, penulis menggambarkan terlebih dahulu relasi yang terjalin antara ayah dan ibu Sari dalam rumah tangga dan peran
keduanya sebagai suami-istri.
a Gambaran Relasi Ayah-Ibu Sari
Sari tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang tidak harmonis atau dapat dikatakan ‘broken home’ sejak ia berusia
kurang lebih 5 tahun atau ketika Sari masih menginjak Taman Kanak-Kanak TK. Pada usia tersebut, Sari seringkali
menyaksikan pertengkaran yang berupa adu mulut hingga kekerasan yang dilakukan oleh ayah terhadap ibunya. Sari
seringkali melihat ibunya dipukul, dimaki-maki, dan diancam dengan menggunakan pisau oleh sang ayah. Bagi Sari yang
ketika itu masih berusia 5 tahun, pengalaman menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga ayah dan ibunya merupakan
kenangan yang menyakitkan baginya, namun ia tidak dapat melakukan apapun untuk menolong ibunya karena ia masih
terlalu kecil sehingga Sari hanya menyimpan dan memendam kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan hingga ia kini dewasa.
Selain itu, sang ayah juga berselingkuh dengan perempuan lain hingga akhirnya menikah dan memiliki anak dari perempuan
tersebut. Relasi ayah dan ibu semakin memburuk ketika sang ayah menikah lagi. Kekerasan yang diterima ibu semakin
memburuk, namun ibu tidak melakukan pembelaan diri ataupun melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwenang. Sang
ibu tetap setia dan mencintai ayahnya meskipun sang ayah telah mengkhianatinya. Sang ibu meyakini bahwa ayah Sari yang ia
nikahi puluhan tahun silam ialah sosok yang sangat baik, namun ia telah berubah drastis ketika bertemu dengan perempuan lain.
Meskipun Sari tidak pernah mengalami kekerasan langsung dari sang ayah terhadap dirinya, namun sang ayah memberikan
pemahaman yang negatif tentang figur laki-laki di mata Sari karena ia telah berlaku tidak setia dan tidak bertanggung jawab
pada istrinya.
b Gambaran Relasi Lekat Sari-Orang Tua
Kelekatan yang terjalin antara Sari dan kedua orangtuanya dapat dilihat dari ada atau tidaknya perilaku lekat yang ditunjukkan
oleh Sari maupun kedua orangtuanya. Relasi lekat ini berlaku dua arah, yakni dari Sari sebagai anak yang mencari figur lekat sebagai
basis aman dirinya dan orang tua sebagai figur lekat yang berperan penting dalam pembentukan konsep ‘aman’ tentang dunia dan
lingkungan di sekitar Sari. Pada dasarnya, perilaku lekat memiliki
tiga komponen dasar yang diungkapkan oleh Bowlby 1982. Penulis
mencoba menggambarkan
perilaku lekat
dengan menggunakan perspektif kelekatan Bowlby, namun tidak menutup
kemungkinan munculnya hal baru yang ditemukan penulis dalam proses penggalian data dengan Sari.
1. Proximity Maintenance Mencari Kedekatan