Larva Udang Artemia salina Leach

belum terbentuk dengan sempurna. Lalu kemudian setelah 12-24 jam menetas, para nauplii ini akan melakukan pembelahan menjadi tahap instar II dan akhirnya memulai makan. 24,25 Gambar 2.6 Nauplii tingkat I Artemia salina Leach Sumber : Mudjiman,A. Udang resik air asin. Jakarta : Bhrata Karya Aksara;1995 Kemudian selanjutnya akan terus bermetamorfosis menjadi nauplii ke tinggat lebih tinggi. Pada tahap instar III akan terbentuk sepasang mata majemuk dan akan berangsur –angsur tumbuh tunas-tunas kakinya. Setelah menjadi instar III, instar IV, instar V hingga sampai instar XV dan kemudian menjadi dewasa. Biasanya waktu yang dibutuhkan menjadi larva menjadi dewasa adalah 2 minggu. 25 Gambar 2.7 Bagian tubuh Instar II Sumber : http:www.ecotao.co.zahtmlartemia.html Gambar 2.8 Bagian tubuh Dewasa Artemia Sumber : http:www.ecotao.co.zahtmlartemia.html Pada saat dewasa, memiliki panjang tubuh tubuh umunya sekitar 8-10 mm, tapi ada juga yang mencapai 15 mm. Terdiri dari 20 segmen dan 10 pasang phyllopodia pipih yang merupakan alat gerak menyerupai daun dan bergerak dengan ritme yang teratur. Pada saat dewasa Artemia salina Leach berwarna putih pucat, merah muda, hijau atau transparan dan hanya dapat bertahan hidup dalam hitungan bulan. 25 Selain itu, artemia yang telah dewasa memiliki morfologi yang lebih sempurna dan lebih mirip dengan udang kecil, panjang badannya sekitar 1 cm dengan kaki yang dilengkapi dengan 10 pasang torakopoda yang merupakan alat gerak dari artemia. Artemia dewasa baik jantan maupun betina memiliki sepasang antena, dimana antena I berfungsi sebagai sebagai alat peraba dan antena II untuk jantang berfungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan dengan artemia betina sedangakan antena II untuk betina tetap berfungsi sebagai alat peraba juga. Pada daerah belakang kaki torakopoda, artemia jantan memiliki penis sedangkan pada betina memiliki sepasang ovarium yang masing –masing letaknya disebelah kanan dan kiri saluran pencernaannya. 25 Untuk lingkungan hidup dari Artemia salina Leach harus sesuai dengan : 24,26 a. Suhu yang tidak kurang dari 6° C dan lebih dari 35° C karena spesies ini tidak bisa hidup pada suhu tersebut. Suhu terbaik 25-30° C. b. Kadar garam yang tinggi adalah salah satu pertahanan diri untuk larva. Air dengan kadar garam yang bisa menjadi tempat artemia berkisar 2,9 –3,5 seawater sampai 25 –35 the great salt lake bahkan masih ada yang bisa hidup pada kadar garam 50 . 25,26 Kadar garam pada air yang digunakan untuk hidrasi kista yaitu sekitar 5 -70 . c. Oksigen dibutuhkan kista agar perkembangan embrio menjadi baik. Kadar oksigen minimal adalah 3 ppm. Baik untuk hidrasi kista maupun perawatan kista hingga menjadi artemia dewasa. d. Saat penetasan dilakukan makan dibutuhkan pula penyinaran pada wadah penetasan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa cahaya juga dapat merangsang pengaktifan dari perkembangan embrio dalam kista. Selain itu, pada dasarnya perilaku dari udang artemia ini yaitu bersifat fototaksis yang berarti menyukai cahaya. Hal ini yang menyebabkan ketika siang hari udang –udang ini akan terlihat pada permukaaan air atau mendekati ke arah cahaya. e. Selain hal di atas, perlu diperhatikan juga pH pada air laut yang digunakan. Hal ini berguna pada enzim-enzim yang bekerja pada metamorfosis dari artemia. Dimana enzim tersebut akan bekerja secara optimum pada pH 8,0 – 9,0. Alasan mengapa Artemia salina Leach digunakan pada metode BSLT adalah karena spesies ini memiliki kesamaan dengan mamalia. Dimana tipe DNA-dependent RNA polimerase yang dimiliki oleh Artemia salina Leach sama dengan mamalia. Sebagaiamana fungsi yang dimiliki oleh DNA-dependent RNA polimerase yaitu untuk pembentukan protein dan protein merupakan komponen utama semua sel. Jadi ketika DNA-dependent RNA polimerase dihambat makan tidak akan terjadi pembukaan pilinan DNA menjadi RNA, lalu tidak terjadi juga penerjemahan kodon pada tiap –tiap kodon yang ada di RNA tersebut sehingga tidak dapat terbentuk protein baru. Penghentian pembentukan protein ini akan menyebabkan gangguan metabolisme dan akhirnya menyebabkan kematian sel. 25 Seperti manusia, Artemia salina Leach juga berespon terhadap stresor di lingkungan. 27

2.2 Kerangka Konsep

Ekstrak metanol buah Phaleria macrocarpa Scheff Boerl Memiliki senyawa kimia yang berpotensi bioaktivitas Uji toksisitas akut Dengan metode BSLT Hewan uji larva udang Artemia salina Leach Menghitung persentase kematian larva Mencari nilai LC 50

2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1 2 Konsentrasi ekstrak metanol buah Phaleria macrocarpa Scheff Boerl Persentase kematian larva Artemia salina Leach Konsentrasi ekstrak dalam ppm 1 µgml Hasil perkalian rasio dengan 100 , jumlah larva yang mati dibagi jumlah seluruh larva dikali 100 . V 1 M 1 =V 2 M 2 Jumlah larva yang mati dibagi jumlah seluruh larva - - Numerik Numerik 1000 ppm 500 ppm 250 pm 100 ppm 50 ppm 25 ppm 10 ppm Persentase Kematian larva 3 LC 50 Konsentrasi yang diberikan sekali tunggal atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50 hewan uji. Dihitung dari persamaan garis lurus Y=mX+b, lalu memasukkan angka 5 sebagai probit dari 50 kematian hewan uji sehingga didapatkan X sebagai log, dan antilog X sebagai LC 50 - Numerik LC 50 terbagi 3 kategori yaitu, lebih dari 1000 ppm tidak toksik,30- 1000 ppm bersifat toksik dan dibawah 30 ppm sangat toksik 4 Rendemen Ekstrak Hasil bagi antara berat ekstrak dengan berat simplisia dan dikalikan 100 Berat ekstrak dibagi berat simplisia dikali 100 - Numerik Persentase rendemen ekstrak 25

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental dengan pendekatan post test-only control group design di laboratorium dengan perlakuan pemberian ekstrak metanol buah Phaleria macrocarpa Scheff Boerl terhadap larva Artemia salina Leach BSLT .

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmaka FKIK, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Farmakologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 3.3 Alat dan Bahan Penelitian 3.3.1 Alat Penelitian Rotatory evaporator Eyela, corong, bejana maserasi, blender, mikropipet 10 ml, mikropipet 5 ml, mikropipet 1 ml, neraca analitik, pipet tetes, tabung reaksi, seperangkat alat penetasan telur wadah plastik dan sterofoam, erlenmeyer 250 ml, erlenmeyer 100 ml, lup, kaca arloji, cawan penguap,spatula dan well plate.

3.3.2 Bahan Penelitian

Simplisia Phaleria macrocarpa Scheff Boerl, metanol teknis, telur udang Artemia salina Leach, aluminium foil, air laut, kertas saring, aquades dan DMSO. 3.4 Cara Kerja Penelitian 3.4.1 Determinasi Tanaman Identifikasi terhadap daging buah Phaleria macrocarpa Scheff Boerl untuk mengetahui identitas taksonominya di Herbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Metanol Buah Mahkota Dewa

Pembuatan ekstrak buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa menggunakan metode maserasi memakai pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan dengan metanol sebagai pelarutnya. Buah mahkota dewa dengan berat 3 kg dirajang kemudian dijemur. Buah mahkota dewa yang kering dengan berat 368 gram dihaluskan menggunakan blender. Serbuk simplisia sebanyak 72,6 gram dimaserasi dengan menggunakan pelarut metanol di dalam bejana maserasi. Sebelum digunakan metanol yang ada didestilasi terlebih dahulu untuk menghilangkan faktor-faktor pengotor. Proses maserasi dilakukan selama 2 hari lalu kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dan ampasnya. Ampasnya diambil dan direndam lagi menggunakan metanol. Sedangakan filtratnya dimasukkan ke dalam rotatory evaporator dengan suhu 48° C yang bertujuan untuk mengentalkan ekstrak. Ekstrak yang kental kemudian dimasukkan ke cawan penguap.

3.4.3 Penetasan Larva Udang

Untuk penetasan larva udang menggunakan 2 wadah plastik. Wadah plastik yang pertama dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian gelap ditutupi dengan aluminium foil yang merupakan tempat telur dan bagian terang merupakan bagian tempat larva yang sudah menetas. Lalu dimasukkan air laut sebanyak 1 liter untuk 1gram telur Artemia salina Leach. Air laut yang digunakan memiliki pH sekitar 8 –9. Untuk penetasan telur diberikan penerangan selama 48 jam. Larva yang telah menetas dan berumur 24 jam dipindahkan pada wadah yang kedua. Larva dikembangkan lagi sampai berumur 48 jam. Larva yang digunakan pada penelitian ini adalah larva yang masih aktif bergerak dan berusia 36-48 jam.

3.4.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak yang Akan Diuji

Mulanya untuk mendapatkan konsentrasi uji yang digunakan pada metode BSLT dilakukan trial atau uji orientasi konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan untuk uji trial yaitu 1000 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 50 ppm, dan 25 ppm.

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64