Asumsi Klasik. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 1. Uji

49 3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Normalitas Menurut Sugiyono 1999:69, bila data tidak normal, maka teknik statistik parametrik tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Gujarati 1999:67 menyatakan bahwa dengan terpenuhinya asumsi kenormalan, penaksir OLS mempunyai sifat tidak bias dengan varians minimum dan konsisten sehingga penaksir mengarah ke coverge nilai populasi yang sebenarnya. Uji kenormalan data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan grafik. Menurut Santoso 2002:214 hasil uji kenormalan dapat dilihat dari penyebaran data titik disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, jika sebaliknya maka tidak memenuhi asumsi normalitas data.

3.5.2. Asumsi Klasik.

Asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimation , artinya pengambilan keputusan uji F dan uji T tidak boleh bias. Untuk menghasilkan yang BLUE maka harus dipenuhi diantara tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu : 1. Tidak boleh Autokorelasi. 2. Tidak boleh Multikolineritas 50 3. Tidak boleh Heterokedastisitas. Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimation , sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. 1. Autokorelasi Yaitu korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut urutan waktu atau ruang. Untuk mengetahui tidak adanya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas k dan jumlah data n sehingga diketahui d L dan d U maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada tidaknya autokorelasi Gujarati, 1998:218. Tabel 3.3 Batas-batas Uji Durbin Watson Daerah Keterangan DW dL Autokorelasi positif dL  DW  dU Tanpa kesimpulan inconclusive dU DW 4-dU Non autokorelasi 4-dU  DW  4-dL Tanpa kesimpulan inconclusive DW 4-dL Autokorelasi negative Sumber : Gujarati 1999:217

2. Multikolineritas

Yaitu adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Apabila terjadi multikolinier apalagi kolinier yang sempurna koefisien korelasi 51 antar variabel bebas = 1 maka koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar errornya tidak terhingga. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Varian Inflation Factor VIF. VIF = 1 Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 Ghozali, 2002:57. Pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain Santoso, 2001:281-282. 3. Heterokedastisitas Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varians Y – Y’ antar nilai Y tidaklah sama atau hetero sehingga uji t dan uji F tidak berfungi sebagaimana mestinya. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank Spearman antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas.

3.5.2. Analisis Linear

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 25 94

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 11 111

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 0 7

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21