Reduksi Data Penyajian Data
Semenjak masjid tersebut diperbaiki oleh pemerintah Kasunanan Surakarta, Kyai. H Abdul Sukur diangkat menjadi abdi dalem Surakarta yang bertugas untuk
memelihara Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten. Pada tahun 1928 Kyai .H Abdul Sukur mengundurkan diri dan oleh pihak Kasunanan Surakarta
menugaskan Kyai Iskak sebagai penggantinya yang bertugas untuk memelihara masjid. Kemudian atas perintah dari pihak Kasunanan Surakarta Kyai Iskak
dipindah tugaskan dan digantikan oleh Ki Dirjawikoro yang bertugas memelihara masjid hingga akhir hayatnya.
Kemudian pada tahun 1941 terjadi perubahan status tanah yang semula menjadi kepemilikan Sri Sunan Paku Buwono dan diberi tanda S.G. Sulthanat
Gronden berubah status menjadi tanah kas sampiran dengan persil Nomor 10 n Klas I, luas tanah 1900 m
2
yang berasal dari tanah masjid. Semenjak perubahan status tanah menjadi tanah sampiran kas desa, pajak tanah dibayar oleh desa. Hasil
tanah dari tanaman karang diurus oleh panitia masjid hingga awal tahun 1955. Selanjutnya Camat Prambanan memerintahkan kepada Lurah Kebondalem Kidul
agar sejak bulan Febuari 1955 hasil dari tanah masjid tersebut agar dimasukan benda desa. Walaupun nantinya uang hasil tanah tersebut dikeluarkan kembali
guna pemeliharaan masjid. Pada bulan April 1955 masjid dipelihara oleh sebuah panitia pengurus masjid, yaitu Hadi Suprata sebagai ketua dan Siswamiharja
sebagai penulis. Kemudian pada tanggal 16 September 1955 panitia pengurus masjid mengajukan surat perijinan untuk mendirikan madrasah di halaman masjid,
surat tersebut diajukan kepada Lurah desa Kebondalem Kidul. Tetapi permohonan tersebut tidak dapat dikabulkan setelah rapat dengan penduduk desa karena tanah
tersebut hanya dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Islam saja dan tidak dijinkan adanya bangunan lain selain masjid. Kemudian kepanitiaan kepengurusan
masjid berganti setiap periodenya serta terjadi dua kali perbaikan bangunan masjid tetapi tanggal perbaikannya tidak disebutkan. Dalam perbaikannya hanya
dalam skala kecil saja, hanya pada bagian-bagian yang telah mengalami kerusakan.
Saat terjadinya gempa bumi di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2006, bangunan masjid mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga
harus melakukan renovasi total untuk mendirikan masjid kembali. Pembangunan masjid ini kemudian dimulai pada bulan September tahun 2007 atas prakarsa
Hidayat Nur Wahid. Bangunan masjid tersebut menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp. 11 M yang dibangun di atas tanah kas desa serta pendanaan
bersumber dari beberapa tokoh. Masjid Raya Al-Muttaqqun diresmikan oleh Mendagri Mardiyanto
mewakili Susilo Bambang Yudhoyono, bersama ketua MPR Hidayat Nur Wahid, pada tanggal 13 Maret 2009. Turut hadir pula dalam peresmian masjid wakil
kementrian Islam dan wakaf pemerintahan Qatar Muhammad bin Asslam Hadad Khawari, Pimpinan Persatuan Ulama Dunia Wahid Hasan Khalif Hasan Hindawi,
Dirjen Binasos Depsos Gunawan Somadiningrat, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Bupati Klaten Sunarno dan sejumlah ulama setempat.
Beragam tafsir tentang berdirinya kembali Masjid Al-Muttaqun, para petinggi yang datang dalam peresmian Masjid Al-Muttaqun dalam