Penelitian Relevan KAJIAN TEORI

Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten yang diperoleh dari dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dan wawancara dengan narasumber yang dapat memberikan penjelasan yang berkaitan dengan apa yang diteliti. Pemilihan narasumber dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pengetahuan narasumber terkait dengan masalah yang peneliti teliti, untuk itu peneliti melakukan wawancara dengan tiga narasumber yang dinilai dapat memberikan informasi yang diperlukan, ketiga narasumber tersebut antara lain Ketua Umum Takmir, Pengawas Yayasan dan Ketua Tim Arsitek PT. TSANA MULIA Bandung. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif deskriptif ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

1. Observasi

Menurut Widoyoko 2014: 36 menjelaskan bahwa, observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mengamati secara langsung mihrab Masjid Raya Al- Muttaqun Prambanan Klaten. Observasi juga digunakan sebagai alat bantu pengumpulan data karena teknik pengamatan ini didasarkan pada pengamatan secara langsung dan teknik pengamatan ini memungkinkan melihat dan mengamati sendiri serta melakukan pencatatan terhadap situasi, kejadian atau perilaku yang ada pada objek yang diteliti. Melalui observasi dapat diketahui latar atau perspektif yang terjadi pada berlangsungnya penelitian, dalam tahap teknik ini dapat dirancang hal-hal apa saja yang nantinya dapat dijadikan sumber data.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono 2013: 70 menjelaskan bahwa, teknik wawancara digunakan pada penelitian ini karena sumber data di peroleh dari informan. Melalui wawancara dapat diperoleh keterangan yang sedalam-dalamnya tentang bentuk dan makna simbolik pada mihrab Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten, terkait dengan bentuk yang dilihat dari sifat visual bentuk dasar yaitu: ukuran, warna dan tekstur sedangkan untuk makna simbolik diuraikan secara morphologi atau berdasarkan bentuk-bentuknya sesuai dengan literal imagery seperti bentuk- bentuk yang tampak dari mihrab pada masjid tersebut. Semua informasi tersebut juga didukung oleh tanggapan informan terhadap bentuk dan makna simbolik pada mihrab di Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten. Wawancara dalam hal ini tidak dilakukan hanya kepada Ta’mir Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten dan kepada informan lain yang terkait dan mengerti betul akan pembuatan mihrab di masjid tersebut dalam hal ini pewawancara melakukan wawancara kepada arsitek pembangunan kembali Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara secara terstruktur, artinya bahwa pewawancara membawa