pengumpulan data. Penyajian data dilakukan dengan menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang disederhanakan dan selektif sehingga
mudah dipahami. Data dalam hal ini berupa seluruh informasi tentang bentuk dan makna simbolik pada mihrab Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten, mulai
dari sejarah awal mula berdirinya masjid, informasi renovasi masjid pasca gempa bumi Yogyakarta-Jawa Tengah tahun 2006, sumber dana dalam renovasi, arsitektur
masjid, dan alasan pembuatan mihrab dengan memilih out line gunungan wayang purwa yang menciptakan nuansa berbeda di dalam masjid, serta makna simbolik
yang terkandung dari ornamen ukir pada mihrab untuk penarikan kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah semua rangkaian penelitian telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Penarikan Kesimpulan dapat berupa gambaran deskripsi mengenai objek penelitian yang semula masih samar sehingga setelah dilakukan penelitian menjadi jelas.
Setelah semua rangkaian penelitian telah dilakukan sesuai dengan prosedur, peneliti melakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah didapatkan.
Penarikan kesimpulan ini berisikan jawaban terhadap rumusan masalah dalam penelitian yang berjudul Bentuk dan Makna Simbolik pada Mihrab Masjid Raya Al-
Muttaqun Prambanan Klaten ini.
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Tata Ruang Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten
1. Sejarah Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten
Dari hasil wawancara pada tanggal 7 Januari 2016 dengan Ahyadi selaku Ketua Umum Takmir Masjid diperoleh informasi tentang sejarah Masjid Raya Al-
Muttaqun Prambanan Klaten. Masjid yang berlokasi di desa Ngangkruk, kelurahan Kebondalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten ini
menurut kalender Jawa didirikan pada hari minggu pon tanggal 1 sura tahun 1844, hal ini tertulis dalam prasasti peletakan batu pertama. Dibangunnya masjid
ditandai dengan peletakan batu pertama yang saat ini berada di halaman masjid. Berikut gambar prasasti peletakan batu pertama
Gambar I . Prasasti Peletakan Batu Pertama Masjid Raya Al-Muttaqun
Prambanan Klaten.
Masjid ini pertama kali didirikan oleh Kyai. H Abdul Sukur yang berasal dari Kalioso, Boyolali dan saat ini masjid tersebut telah berusia 172 tahun. Masjid
yang telah didirikan oleh Kyai. H Abdul Sukur ini memiliki bentuk bangunan yang sangat sederhana, dengan dinding yang terbuat dari bambu, atap yang terbuat
dari daun tebu dan hanya pada kerangka bangunan saja yang terbuat dari kayu tahun.
Mengingat keterbatasan kemampuan Kyai H Abdul Sukur untuk memelihara dan memperbaiki masjid, maka Kyai H Abdul Sukur mengajukan
permohonan kepada pemerintah Kasunanan Surakarta untuk bersedia mengambil alih dan memperbaiki masjid agar bangunan masjid menjadi lebih layak lagi.
Kemudian penyerahan dan permohonan tersebut disetujui oleh pihak Kasunanan Surakarta, dan diperbaiki sehingga bangunan masjid tersebut menjadi lebih layak.
Dengan bangunan dinding masjid yang terbuat dari batu bata, atap terbuat dari genting dan kerangka bangunan terbuat dari kayu.
Masjid tersebut diperbaiki sebelum komplek atau reorganisasi dalam daerah Kasunanan Surakarta, reorganisasi berlangsung pada tahun 1917 tertulis
dalam Rijksblad peraturan kerajaan nomor. 33 tahun 1917. Pada waktu komplek atau reorganisasi tahun 1917 tanah berdirinya Masjid Raya Al-Muttaqun
Prambanan Klaten dicatat sebagai tanah kepemilikan Sri Sunan Paku Buwono dan diberi tanda S.G. Sulthanat Gronden. Pembangunan masjid tersebut dilakukan
secara gotong-royong oleh penduduk di daerah tersebut yang memeluk agama Islam, bahan-bahan bangunan sebagian diperoleh dari sisa bangunan langgar
mushola yang telah rusak milik Haji Chabid yang berada di desa Cepoko.