sendiri  serta  melakukan  pencatatan  terhadap  situasi,  kejadian  atau  perilaku  yang ada pada objek yang diteliti. Melalui observasi dapat diketahui latar atau perspektif
yang  terjadi  pada  berlangsungnya  penelitian,  dalam  tahap  teknik  ini  dapat dirancang hal-hal apa saja yang nantinya dapat dijadikan sumber data.
2. Wawancara
Menurut  Sugiyono  2013:  70  menjelaskan  bahwa,  teknik  wawancara digunakan pada penelitian ini karena sumber data di peroleh dari informan. Melalui
wawancara dapat diperoleh keterangan yang sedalam-dalamnya tentang bentuk dan makna simbolik pada mihrab Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan Klaten, terkait
dengan bentuk yang dilihat dari sifat visual bentuk dasar yaitu: ukuran, warna dan tekstur  sedangkan  untuk  makna  simbolik  diuraikan  secara  morphologi  atau
berdasarkan  bentuk-bentuknya  sesuai  dengan  literal  imagery  seperti  bentuk- bentuk yang tampak dari mihrab pada masjid tersebut.
Semua informasi tersebut juga didukung oleh tanggapan informan terhadap bentuk dan makna simbolik pada mihrab di Masjid Raya Al-Muttaqun Prambanan
Klaten.  Wawancara  dalam  hal  ini  tidak  dilakukan  hanya  kepada  Ta’mir  Masjid Raya  Al-Muttaqun  Prambanan  Klaten  dan  kepada  informan  lain  yang  terkait  dan
mengerti  betul  akan  pembuatan  mihrab  di  masjid  tersebut  dalam  hal  ini pewawancara melakukan wawancara kepada arsitek pembangunan kembali Masjid
Raya  Al-Muttaqun  Prambanan  Klaten.  Jenis  wawancara  dalam  penelitian  ini adalah  wawancara  secara  terstruktur,  artinya  bahwa  pewawancara  membawa
sederet pertanyaan yang lengkap dan terperinci, melalui wawancara, dengan cepat akan diperoleh informasi yang diinginkan.
Dalam  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  dua  jenis  wawancara  yaitu wawancara  tak  terstruktur  dan  wawancara  terstruktur.  Menurut  Sugiyono  2014:
73  wawancara  tak  terstruktur  merupakan  wawancara  yang  bebas  dimana  peneliti tidak  menggunakan  pedoman  wawancara  yang  disusun  secara  sistematis  dan
lengkap  untuk  pengumpulan  datanya.  Pedoman  wawancara  dalam  penelitian  ini yang  digunakan  hanyalah  garis  besar  dari  permasalahan  yang  akan  dipertanyakan
oleh  peneliti  kepada  narasumber,  pada  penelitian  ini  menggunakan  jenis wawancara  tak  terstruktur  saat  melakukan  wawancara  dengan  Ketua  Tim  Arsitek
PT. TSANA MULIA Bandung yang dilakukan secara tidak langsung melalui pesan elektronik  berupa  email  dan  whataspp  karena  alasan  jarak  tempat  yang  tidak
memungkinkan  peneliti  melakukan  wawancara  secara  langsung.  Serta  pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terhadap Ketua Tim Arsitek PT. TSANA MULIA
Bandung  hanya  berupa  garis  besar  dari  permasalahan  yang  diteliti  yaitu  berupa perbedaan  nuansa  yang  ada  pada  Masjid  Raya  Al-Muttaqun,  ide  dasar  pemilihan
bentuk gunungan wayang purwa pada mihrab, dan tata ruang masjid yang meliputi denah di dalam masjid.
Kemudian  untuk  wawancara  terstruktur  menurut  Moleong  2014:  190 menjelaskan  bahwa,  wawancara  terstruktur  merupakan  wawancara  yang
mengharuskan  pewawancara  untuk  menetapkan  sendiri  masalah  dan  pertanyaan- pertanyaan  yang  dapat  berupa  kisi-kisi  pertanyaan  yang  akan  diajukan  kepada
narasumber.  Wawancara  terstruktur  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dengan