jauh dari rumah peternak, sehingga BBM tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong.
f. Upah Tenaga Kerja X
6
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,404. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel upah tenaga kerja X
6
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y.
Variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga, selain itu tenaga kerja tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong. Tenaga kerja yang digunakan berkisar dari
1-3 orang, dimana 25 sampel hanya menggunakan 1 orang tenaga kerja, 4 sampel menggunakan 2 orang tenaga kerja dan 1 sampel menggunakan 3 orang tenaga kerja.
Hipotesis 2 diterima , yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha
pembibitan sapi potong adalah harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
5.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Penggemukan Sapi
Nilai tambah usaha penggemukan di Desa Ara Condong dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda. Nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
harga sapi bakalan penggemukan X
1
, harga sapi hasil penggemukan X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
5.3.2.1. Uji asumsi Ordinary Least Square OLS
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier pendapatan
petani padi organik yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji asumsi multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model nilai tambah usaha penggemukan sapi potong disajikan pada lampiran 45. Lampiran 45 menunjukkan bahwa masing-masing
variabel eksogen memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi linier nilai tambah usaha pembibitan sapi potong terbebas dari masalah multikolinearitas.
2. Uji asumsi heteroskedastisitas
Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model nilai tambah usaha penggemukan sapi potong disajikan pada lampiran 45. Lampiran 45
menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut. a.
Titik-titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0 b.
Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja c.
Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
Universitas Sumatera Utara
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier nilai tambah usaha penggemukan sapi potong terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
3. Uji asumsi normalitas
a. Analisis Grafik Hasil uji asumsi normalitas residual model nilai tambah usaha penggemukan sapi potong
dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada lampiran 45. Lampiran 45 menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram
histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi
linier nilai tambah usaha penggemukan sapi potong memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Kolmogorov-Smirnov Hasil uji asumsi normalitas residual model nilai tambah usaha penggemukan sapi potong
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada lampiran 46. Lampiran 46 menunjukkan bahwa nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov Z pada kolom Asymp. Sig. 2-
tailed adalah sebesar 0,597. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
antara distribusi residual dengan distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data residual model berdistribusi normal dan modal regresi linier nilai tambah usaha
penggemukan sapi potong memenuhi asumsi normalitas.
5.3.2.2 Uji kesesuaian test goodness of fit model dan uji hipotesis
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha penggemukan sapi potong
disajikan pada lampiran 45. Lampiran 45 menunjukkan bahwa terdapat enam variabel yang berpengaruh terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y, yaitu
harga sapi bakalan penggemukan X
1
, harga sapi hasil penggemukan X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari
hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha penggemukan sapi potong adalah sebagai berikut.
Y = 6353.668 + 0.403 X
1
- 0.093 X
2
+ 0.050 X
3
+ 0.000 X
4
– 0.018 X
5
+ 0 .011 X
6
Keterangan : Signifikansi R² : 0,869
Signifikansi F : 0,000 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 6353.668. Hal ini
menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong adalah sebesar 6353.668.
Lampiran 45 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi R² yang diperoleh adalah sebesar 0,869. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 86,9 variasi nilai tambah usaha
penggemukan sapi potong Y dipengaruhi oleh harga sapi bakalan penggemukan X
1
, harga sapi hasil penggemukan X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM
Universitas Sumatera Utara
X
5
dan upah tenaga kerja X
6
. Sedangkan sisanya, sebesar 13,1, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Peternak sapi potong di daerah penelitian umumnya memiliki sumber pendapatan lain selain berusaha ternak sapi potong. Sehingga, peternak tidak benar-benar berusaha untuk
meningkatkan nilai tambah usaha ternak penggemukan sapi potong.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini menggunakan α 5
atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.
1. Uji pengaruh variabel secara serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 45. Tabel 45 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai
yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu harga sapi bakalan penggemukan X
1
, harga sapi hasil penggemukan X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y.
2. Uji pengaruh variabel secara parsial
Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial
dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 45.
Universitas Sumatera Utara
a. Harga Sapi Bakalan Penggemukan X
1
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel harga sapi bakalan penggemukan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel harga sapi bakalan penggemukan X
3
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y.
b. Harga Sapi Hasil Penggemukan X
2
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel harga sapi hasil penggemukan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,201. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga sapi hasil penggemukan X
2
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y. Nilai koefisien
regresi sebesar -0,093 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga sapi hasil penggemukan sebesar Rp.1Kg, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha penggemukan
sapi potong sebesar Rp.0,093 per Kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga sapi hasil penggemukan, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha penggemukan sapi potong.
Variabel harga sapi hasil penggemukan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha penggemukan sapi potong karena harga sapi hasil penggemukan yang dijual oleh
peternak sapi potong di Desa Ara Condong relatif tidak berbeda jauh antara satu peternak dengan peternak lainnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Biaya Obat Cacing X
3
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel biaya obat cacing memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel biaya obat cacing X
3
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y.
d. Biaya Garam X
4
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel biaya garam memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,962. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga biaya garam X
4
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y.
Variabel biaya garam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha penggemukan sapi potong karena ketersediaan garam cukup banyak tersedia di Desa Ara Condong
dengan harga yang murah dan penggunaan garam sebagai penambah nafsu makan untuk sapi lebih efisien. Dimana untuk 1 bungkus garam atau 0,25 gram garam dapat digunakan
untuk 3 ekor sapi.
e. Biaya BBM X
5
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel biaya BBM Bahan Bakar Minyak memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,007. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau
Universitas Sumatera Utara
H
1
diterima, yaitu variabel biaya BBM X
5
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y. Nilai koefisien regresi sebesar -
0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga BBM sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha penggemukan sapi potong sebesar Rp.0,018 per Kg.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga BBM, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha penggemukan sapi potong.
f. Upah Tenaga Kerja X
6
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,607. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel upah tenaga kerja X
6
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong Y.
Variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha penggemukan sapi potong karena tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga, selain itu tenaga kerja tidak banyak digunakan dalam usaha penggemukan sapi potong di Desa Ara Condong. Tenaga kerja yang digunakan berkisar
dari 1-3 orang, dimana 26 sampel hanya menggunakan 1 orang tenaga kerja, 3 sampel menggunakan 2 orang tenaga kerja dan 1 sampel menggunakan 3 orang tenaga kerja.
Hipotesis 2 diterima , yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha
penggemukan sapi potong adalah harga sapi bakalan penggemukan X
1
, harga sapi hasil
Universitas Sumatera Utara
penggemukan X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1.