lain selain bahan bakar dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input
lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Bisa dikatakan bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan
manajemen Sudiyono dalam Budhisatyarini, 2008.
2.1.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dijadikan rujukan mengenai usaha pembibitan sapi potong dan penggemukan sapi bakalan adalah penelitian yang dilakukan oleh Riszqina, dkk 2011
dengan judul Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Dan Sapi Bakalan Karapan Di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep. Dimana, hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata
penerimaan per bulan peternak usaha pembibitan sapi potong lebih kecil dibanding peternak usaha penggemukan sapi potong. Penerimaan rata-rata per bulan peternak dengan
usaha pembibitan berskala 2-3 ekor lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan peternak yang berskala 4-6 ekor. Rata - rata keuntungan per bulan peternak sapi dengan usaha
penggemukan yang berskala 4 - 6 ekor lebih besar dibanding yang berskala 2 - 3 ekor, tetapi peternak dengan usaha pembibitan sapi potong berskala 4 - 5 ekor mendapat
kerugian lebih kecil dibandingkan yang berskala 2 - 3 ekor.
Penelitian lain yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Putria 2008 dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan Breeding Sapi
Potong Pada PT Lembu Jantan Perkas LJP, Serang, Propinsi Banten. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pembibitan bertujuan peningkatkan mutu genetik dan nilai ekonomis
Universitas Sumatera Utara
sapi potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul. Saat ini masih sedikit yang mengusahakan pembibitan sapi potong di Indonesia. Selama ini pihak swasta
lebih tertarik menanamkan modalnya pada usaha penggemukkan dari pada usaha pembibitan. Hal ini disebabkan antara lain usaha penggemukkan memiliki resiko yang
lebih kecil, perputaran modal lebih cepat, dan waktu pengembalian modal payback period lebih singkat dibanding usaha pembibitan, dimana breeding sapi potong baru dapat
dijual setelah anak sapi yang baru lahir berumur tiga bulan. Hal ini berbeda dengan usaha penggemukkan dimana sapi potong dapat dijual setelah mengalami penggemukkan selama
tiga bulan. Para investor beranggapan bahwa dalam usaha breeding dibutuhkan lahan secara ekstensif dengan modal yang besar, padahal usaha pembibitan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan lahan sebaik mungkin dengan sistem semi intensif serta manajemen pakan yang baik yaitu memanfaatkan hasil produk sampingan pertanian by product
sebagai bahan baku pakan yang bernutrisi.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Nilai Tambah