hasil dari perbandingan antara pendapatan tenaga kerja langsung dengan margin dikali dengan 100. Balas jasa untuk sumbangan input lain diperoleh dari perbandingan
sumbangan input lain dengan margin dikali dengan 100. Keuntungan pengusaha diperoleh dari perbandingan antara keuntungan dengan margin dikali 100. Besarnya
pendapatan tenaga kerja dan sumbangan input lain pada skala usaha 10 ekor lebih kecil jika dibandingkan dengan skala usaha 5 ekor dan skala usaha 6-9 ekor. Sedangkan
keuntungan pengusaha pada skala usaha 10 ekor lebih besar dibandingkan skala usaha 5 ekor dan skala usaha 6-9 ekor.
Besarnya margin akan didistribusikan pada faktor-faktor produksi yang terdiri pendapatan tenaga kerja sumbangan input lain dan keuntungan. Nilai tersebut berarti setiap Rp 100,00
marjin yang diperoleh akan didistribusikan Rp 23,5 untuk pendapatan tenaga kerja skala usaha 5 ekor, Rp 10,5 untuk pendapatan tenaga kerja skala usaha 6-9 ekor dan Rp 3,8
untuk pendapatan tenaga kerja skala usaha 10 ekor. Rp 15 untuk sumbangan input lain skala usaha 5 ekor, Rp 8,3 untuk sumbangan input lain skala usaha 6-9 ekor dan Rp 7,3
untuk sumbangan input lain skala usaha 10 ekor. Sedangkan Rp 60,7 untuk keuntungan skala usaha 5 ekor, Rp 82,6 untuk keuntungan skala usaha 6-9ekor dan Rp 88,7 untuk
keuntungan skala usaha 10 ekor.
5.2.3. Perbandingan Nilai Tambah Usaha Pembibitan dan Penggemukan Usaha Ternak Sapi Potong
Perbandingan nilai tambah usaha pembibitan dan penggemukan ternak sapi potong dalam berbagai skala diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 5.9 Perbandingan Nilai Tambah Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong RpKgTahun
Universitas Sumatera Utara
Skala Usaha Usaha Pembibitan
Usaha Penggemukan
5 ekor 18.555
21.362 6-9
ekor 29.449
34.362 10 ekor
30.652 40.876
Sumber: Tabel 5.7 dan 5.8, 2013 Dari tabel 5.9, dapat dilihat perbandingan nilai tambah antara usaha pembibitan dan
penggemukan sapi potong. Usaha penggemukan sapi potong diusahakan dalam waktu yang relatif singkat yaitu selama 6 bulan, sedangkan usaha pembibitan sapi potong diusahakan
dengan jangka waktu yang lebih lama yaitu 12 bulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ara Condong ternyata pada skala usaha 5 ekor, 6-9 ekor dan skala usaha 10
ekor nilai tambah yang dihasilkan untuk usaha penggemukan lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
penggemukan juga lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong. Selain itu dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2, biaya bahan penolong pada usaha penggemukan
sapi lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong, itu merupakan salah satu faktor utama peternak lebih memilih usaha pembibitan sapi ptong dibandingkan
dengan usaha penggemukan karena harus mengeluarkan biaya bahan penolong yang lebih
besar. Dengan demikian, hipotesis 1 nilai tambah yang diperoleh dari usaha pembibitan sapi lebih kecil dari usaha penggemukan sapi potong di daerah penelitian diterima.
5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong
5.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan Sapi
Nilai tambah usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y diduga
Universitas Sumatera Utara