Sistem Produksi Usaha Ternak Sapi Potong

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa ada 2 jenis usaha ternak sapi potong yang diusahakan yaitu usaha pembibitan sapi potong dan usaha penggemukan sapi potong.

5.1 Sistem Produksi Usaha Ternak Sapi Potong

Dalam melakukan sistem produksi usaha ternak sapi potong, ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu pengadaan bahan baku dan bahan penolong, penggunaan modal investasi, serta penggunaan tenaga kerja. Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Kegiatan bahan baku merupakan kegiatan penting yang dapat mempengaruhi produksi suatu usaha. Bahan baku utama dalam proses usaha ternak sapi potong baik itu usaha pembibitan maupun usaha penggemukan adalah sapi potong itu sendiri yang merupakan sapi lokal. Alasan mengapa peternak sapi potong lebih memilih menggunakan sapi potong lokal karena harganya lebih terjangkau dan mudah didapat. Selain sapi potong sebagai bahan baku, yang diperlukan juga bahan penolong yaitu konsentrat, obat cacing, tetes gula, garam, vitamin, kecap dan BBM. Bagi pengusaha yang mengusahakan usaha pembibitan sapi potong, secara rinci dijelaskan pada Tabel 5.1 dan 5.2 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Bahan Penolong Yang Digunakan Dalam Usaha Pembibitan Sapi Potong Rptahun No. Uraian Biaya Rp Skala Usaha 5 ekor Skala Usaha 6 -9 ekor Skala Usaha 10 ekor 1. Konsentrat - - - 2. Obat Cacing 88.542 285.000 625.000 3. Tetes Gula 6.043 13.751 15.000 4. Garam 211.016 752.813 1.414.375 5. Vitamin 58.500 163.000 300.000 6. Kecap 8.000 - - 7. BBM 612.000 648.000 756.000 Total 984.101 1.862.564 3.110.375 Penggunaan Bahan Baku Kg 185 465 885 Sumbangan Input lain RpKg 5.319 4.006 3.515 Sumber : Analisis Data Primer lampiran 3,10,17, 2013 Dari Tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan bahan penolong untuk usaha pembibitan sapi potong selama 12 bulan pada skala usaha 5 ekor sebesar Rp. 5.319kg, skala usaha 6-9 ekor sebesar Rp. 4.006kg, dan skala usaha 10 ekor sebesar Rp. 3.515kg. Penggunaan sumbangan input lain pada skala 10 ekor lebih efisien dibandingkan pada skala 5 ekor dan 6-9 ekor. Skala usaha yang paling banyak dilakukan oleh peternak di Desa Ara Condong pada skala 5 ekor yaitu 2 ekor, pada skala 6-9 ekor yaitu 7 ekor dan pada skala 10 ekor yaitu 13 ekor. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 Bahan Penolong Yang Digunakan Dalam Usaha Penggemukan Sapi Potong Rp6 bulan No. Uraian Biaya Rp Skala Usaha 5 ekor Skala Usaha 6 -9 ekor Skala Usaha 10 ekor 1. Konsentrat 128.400 859.800 1.944.000 2. Obat Cacing 36.000 143.750 300.000 3. Tetes Gula 6.420 5.000 - 4. Garam 217.500 337.500 990.000 5. Vitamin 47.667 156.000 324.000 6. Kecap 1.183 - - 7. BBM 346.500 351.000 459.000 Total 783.670 1.853.050 4.017.000 Penggunaan Bahan Baku Kg 394 1.180 2.480 Sumbangan Input lain RpKg 1.989 1.570 1.620 Sumber : Analisis Data Primer lampiran 24,31,38, 2013 Dari Tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan bahan penolong untuk usaha penggemukan sapi potong selama 6 bulan pada skala usaha 5 ekor sebesar Rp. 1.989kg, skala usaha 6-9 ekor sebesar Rp. 1.570kg, dan skala usaha 10 ekor sebesar Rp. 1.620kg. Penggunaan sumbangan input lain pada skala 6-9 ekor lebih efisien dibandingkan pada skala 5 ekor dan 10 ekor. Skala usaha yang paling banyak dilakukan oleh peternak di Desa Ara Condong pada skala 5 ekor yaitu 2 ekor, pada skala 6-9 ekor yaitu 6 ekor dan pada skala 10 ekor yaitu 14 ekor. Penggunaan Modal Investasi Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha, sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Umunya para peternak sapi potong di daerah penelitian telah menjalankan usahanya selama bertahun-tahun dengan pendapatan yang mereka hasilkan, sedikit demi sedikit mereka gunakan untuk mengembangkan usahanya. Secara rinci, modal investasi usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong di daerah penelitian Tahun 2013. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 Rata-Rata Modal Investasi Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian Tahun 2013 No. Investasi Harga Rp Skala Usaha 5 ekor Skala Usaha 6 -9 ekor Skala Usaha 10 ekor 1. Kereta Sorong 310.417 537.500 600.000 2. Ember 42.083 60.000 60.000 3. Sekop 22.750 29.000 30.000 4. Cangkul 22.500 26.250 37.500 5. Arit 29.375 28.750 27.500 6. Tali 17.708 73.750 160.000 7. Sapu Lidi 11.667 13. 750 15.000 8. Kandang 3.354.167 4.375.000 5.250.000 9. Kendaraan 12.000.000 11.875.000 12.750.000 Jumlah 15.810.667 17.019.000 18.930.000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4,11,18 , 2013 Dari Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan modal awal paling besar yaitu pada skala usaha 10 ekor yaitu sebesar Rp 18.930.000 sedangkan modal paling kecil yaitu pada skala 5 ekor. Perbedaan biaya investasi paling besar telihat pada biaya pembuatan kandang. Dimana biaya pembuatan kandang pada skala usaha 5 ekor dan 6-9 ekor lebih kecil dibandingkan skala 10 ekor. Ini dikarenakan jumlah ternak yang diusahakan pada skala 10 ekor lebih banyak dibandingkan skala lainnya sehingga kandang yang digunakan juga lebih besar. Tabel 5.4 Rata-Rata Modal Investasi Usaha Penggemukan Sapi Potong di Daerah Penelitian Tahun 2013 No. Investasi Harga Rp Skala Usaha 5 ekor Skala Usaha 6 -9 ekor Skala Usaha 10 ekor 1. Kereta Sorong 316.667 325.000 650.000 2. Ember 42.333 41.250 70.000 3. Sekop 22.167 20.000 30.000 4. Cangkul 21.875 25.000 25.000 5. Arit 27.292 23.750 27.500 6. Tali 19.792 56.250 150.000 7. Sapu Lidi 13.583 15.000 14.000 8. Kandang 3.416.667 4.125.000 5.500.000 9. Kendaraan 12.187.500 12.500.000 12.250.000 Universitas Sumatera Utara Jumlah 16.067.876 17.131.250 18.716.500 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 25,32,39 , 2013 Dari Tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan modal awal paling besar yaitu pada skala usaha 10 ekor yaitu sebesar Rp 18.716.500 sedangkan modal paling kecil yaitu pada skala 5 ekor. Perbedaan biaya investasi paling besar telihat pada biaya pembuatan kandang. Dimana biaya pembuatan kandang pada skala usaha 5 ekor dan 6-9 ekor lebih kecil dibandingkan skala 10 ekor. Ini dikarenakan jumlah ternak yang diusahakan pada skala 10 ekor lebih banyak dibandingkan skala lainnya sehingga kandang yang digunakan juga lebih besar. Penggunaan Tenaga Kerja Secara rinci penggunaan tenaga kerja pada usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6: Tabel 5.5 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian Tahun 2013 Uraian HOKBulan Skala Usaha 5 ekor 18,03 Skala Usaha 6 - 9 ekor 30,16 Skala Usaha 10 ekor 43,59 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 6,13,20, 2012 Dari Tabel 5.5 diatas dapat dilihat rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usaha untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 18,03 HOK pada usaha pembibitan sapi potong skala usaha 5 ekor, 30,16 HOK pada usaha pembibitan sapi potong skala usaha 6 – 9 ekor, dan 43,59 HOK pada usaha pembibitan sapi potong skala usaha 10 ekor. Dalam proses usaha pembibitan sapi potong di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga, dimana sebagian besar tenaga kerja merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Desa Universitas Sumatera Utara Ara Condong pada usaha pembibitan sapi potong digunakan pada skala 6-9 ekor dan skala 10 ekor. Pada skala usaha 5 ekor, penggunaan tenaga kerja masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam usaha pembibitan sapi potong di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan mencari pakan hijauan. Tabel 5.6 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Penggemukan Sapi Potong untuk Satu Kali Proses Produksi di Daerah Penelitian Tahun 2013 Uraian HOKBulan Skala Usaha 5 ekor 18,23 Skala Usaha 6 - 9 ekor 25,63 Skala Usaha 10 ekor 41,09 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 27,34,41, 2013 Dari Tabel 5.6 diatas dapat dilihat rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usaha untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 18,23 HOK pada usaha penggemukan sapi potong skala usaha 5 ekor, 25,63 HOK pada usaha penggemukan sapi potong skala usaha 6 – 9 ekor, dan 41,09 HOK pada usaha penggemukan sapi potong skala usaha 10 ekor. Dalam proses usaha penggemukan sapi potong di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga, dimana sebagian besar tenaga kerja merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Desa Ara Condong pada usaha penggemukan sapi potong digunakan pada skala 6-9 ekor dan skala 10 ekor. Pada skala usaha 5 ekor, penggunaan tenaga kerja masih menggunakan tenaga kerja dalam keluargaTenaga kerja dalam usaha penggemukan sapi potong di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan mencari pakan hijauan. Universitas Sumatera Utara Karakteristik Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian terdapat 2 jenis usaha ternak sapi potong yaitu usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong. Usaha pembibitan sapi potong merupakan usaha yang menghasilkan anakan sapi potong yang kemudian menghasilkan nilai tambah berupa indukan sapi potong yang merupakan bibit sapi bakalan untuk usaha penggemukan sapi potong. Umur rata-rata anakan sapi yang digunakan pada usaha pembibitan sapi potong di daerah penelitian yaitu 6 bulan. Dimana pada umur 6 bulan, anakan sapi sudah dapat dilepas dari indukan dan sudah mengkonsumsi pakan hijauan. Pada usia ini, sapi mulai diusahakan sebagai usaha pembibitan sapi potong. Di daerah penelitian, lama rata-rata periode pembibitan dilakukan selama 1-1,5 tahun. Dari 30 sampel yang mengusahakan usaha pembibitan, 27 sampel 90 mengusahakan usaha pembibitan selama 1 tahun sedangkan 3 sampel lainnya 10 mengusahakan selama 1,5 tahun. Usaha penggemukan sapi potong merupakan usaha yang menghasilkan nilai tambah berupa pertambahan berat badan sapi potong dengan bahan baku berupa indukan maupun anakan sapi potong. Di daerah penelitian, umur sapi untuk mengusahakan usaha penggemukan sapi potong dimulai pada umur 1,5 tahun. Dimana menurut ternakonline 2012, umur sapi yang ideal untuk digemukkan mulai umur 1-2,5 tahun. Sedangkan lama rata-rata periode penggemukan dilakukan selama 6 bulan. Dari 30 sampel yang mengusahakan usaha pembibitan di daerah penelitian, 25 sampel 83,3 mengusahakan usaha penggemukan dengan bahan baku berupa indukan sapi potong berumur 1-1,5 tahun. Sedangkan 5 sampel lainnya 16,6 mengusahakan usaha penggemukan dengan bahan baku berupa anakan sapi potong yang berumur 6 bulan. Universitas Sumatera Utara Sumber anakan dan indukan sapi potong untuk usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong di daerah penelitian berasal dari peternak lokal di daerah Kecamatan Stabat. Namun, untuk usaha penggemukan sapi potong ada peternak sebanyak 2 sampel yang membeli sapi potong yang berasal dari Aceh. Untuk penjualan sapi potong baik dari usaha pembibitan maupun penggemukan juga dilakukan disekitar Kecamatan Stabat. Pada usaha penggemukan, terdapat 6 sampel memasok sapi potong untuk dijual di pasar setiap harinya dan 24 sampel lainnya biasanya menjual pada hari-hari besar seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Proses produksi usaha ternak sapi potong adalah serangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain. Tahapan proses produksi yang dilakukan oleh peternak dapat dijelaskan secara rinci dibawah ini : 1. Pencarian Pakan Hijauan Di daerah penelitian, peternak sapi potong memperoleh pakan hijauan yang berupa rumput di sekitar perkebunan tebu, kelapa sawit dan padang rumput yang ada di Kecamatan Stabat. Untuk beberapa peternak sapi potong dengan skala usaha 10 ekor, mereka memiliki lahan sendiri untuk menanam pakan hijauan yang berupa rumput gajah. Biasanya dalam 1 hari peternak dapat mengangkut 70-100 kg pakan hijauan. Peternak sapi potong baik pada usaha pembibitan dan penggemukan mengangkut pakan hijauan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pencarian pakan hijauan biasanya berlangsung selama 2-3 jam yang dilakukan pada pagi hari mulai pukul 08.00. 2. Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat Universitas Sumatera Utara Usaha ternak sapi potong yang efisien dan ekonomis bisa menjadi kenyataan apabila tuntutan hidup mereka terpenuhi, salah satu tuntutan utama adalah pakan. Pakan hijauan merupakan makanan pokok bagi ternak sapi potong. Ternak sapi potong dapat diberi pakan hijauan di dalam kandang, karena di daerah penelitian sistem usaha ternak sapi potong dilakukan secara intensif. Dengan adanya pakan, tubuh hewan akan mampu bertahan hidup dan kesehatan terjamin. Pemberian pakan kepada ternak sapi potong bertujuan untuk kebutuhan pokok hidup dan perawaan tubuh dan keperluan berproduksi. Pemberian zat-zat pakan yang disajikan harus disesuaikan dengan tujuannya masing-masing. Tujuan pemberian pakan dibedakan menjadi dua yaitu makanan perawatan untuk mempertahankan hidup dan kesehatan, serta makanan produksi untuk pertumbuhan dan pertambahan berat. Kebutuhan pakan sapi tropis berbeda dengan sapi subtropis. Sapi tropis yang adaptasinya terhadap lingkungan cukup bagus membutuhkan pakan relatif lebih sedikit daripada sapi subtropis Sugeng, 2005. Pemberian pakan hijauan pada usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong di Desa Ara Condong dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 06.30 kemudian pada sore hari pada pukul 16.30. Dimana pada pagi hari, volume pakan hijauan yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan yang diberikan pada sore hari. Pakan hijauan yang diberikan pada sore hari berlanjut sampai malam hari sekitar pukul 21.30. Pada usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong, ternak diberi pakan hijauan tanpa penambahan pakan konsentrat sedangkan pada usaha penggemukan sapi potong, pakan konsentrat diberikan dengan volume lebih banyak karena pada usaha penggemukan Universitas Sumatera Utara fokus usaha adalah pertambahan berat badan sapi yang dilakukan dalam jangka waktu lebih cepat yaitu berkisar 6 bulan. 3. Pemberian air minum Di Desa Ara Condong, air minum untuk ternak sapi potong selalu disediakan dalam kandang yang diletakkan di tempat ember air minum yang telah disediakan. Pemberian air minum untuk sapi potong di daerah penelitian ini diberikan secukupnya dan dilakukan pada pagi dan sore hari. Sumber air minum untuk ternak sapi potong berasal dari sumur di dekat perkandangan sapi potong tersebut dan di daerah penelitian ketersediaan air bersih sangat cukup. Pemberian air minum ini biasanya dicampur dengan garam dapur oleh peternak di daerah penelitian untuk menambah pertambahan berat badan sapi. 4. Pemberian Obat-Obatan Peternak sapi potong yang berada di daerah penelitian, pada umumnya masih memberikan obat-obatan tradisional bila ternak sapi potong mereka terserang panyakit. Peternak memberikan obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit yang timbul seperti diare dan masuk angin. Pemberian obat pada ternak sapi potong di daerah penelitian biasanya dilakukan oleh peternak sendiri dengan menggunakan kecap dan rempah-rempah seperti kunyit, jahe dan bahan-bahan lainnya. 5. Membersihkan Sapi Potong dan Kandang Di daerah penelitian, kebersihan kandang ternak sapi potong dijaga dengan cukup baik, kandang dibersihkan setiap hari pada sore hari. Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang merupakan salah satu faktor penting dalam beternak. Pembersihan Universitas Sumatera Utara kandang ini dilakukan agar kondisi kandang tetap baik dan mencegah datangnya lalat yang dapat mengganggu kesehatan sapi potong. Begitu juga dengan ternak sapi potong di daerah penelitian juga dibersihkan dengan cara dimandikan dan disikat agar tidak menempel pada badan sapi. Pembersihan sapi ini dilakukan 1 minggu sekali oleh peternak.

5.2 Nilai Tambah Hasil Usaha Ternak Sapi Potong