Skala Usaha Usaha Pembibitan
Usaha Penggemukan
5 ekor 18.555
21.362 6-9
ekor 29.449
34.362 10 ekor
30.652 40.876
Sumber: Tabel 5.7 dan 5.8, 2013 Dari tabel 5.9, dapat dilihat perbandingan nilai tambah antara usaha pembibitan dan
penggemukan sapi potong. Usaha penggemukan sapi potong diusahakan dalam waktu yang relatif singkat yaitu selama 6 bulan, sedangkan usaha pembibitan sapi potong diusahakan
dengan jangka waktu yang lebih lama yaitu 12 bulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ara Condong ternyata pada skala usaha 5 ekor, 6-9 ekor dan skala usaha 10
ekor nilai tambah yang dihasilkan untuk usaha penggemukan lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
penggemukan juga lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong. Selain itu dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2, biaya bahan penolong pada usaha penggemukan
sapi lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan sapi potong, itu merupakan salah satu faktor utama peternak lebih memilih usaha pembibitan sapi ptong dibandingkan
dengan usaha penggemukan karena harus mengeluarkan biaya bahan penolong yang lebih
besar. Dengan demikian, hipotesis 1 nilai tambah yang diperoleh dari usaha pembibitan sapi lebih kecil dari usaha penggemukan sapi potong di daerah penelitian diterima.
5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong
5.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan Sapi
Nilai tambah usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y diduga
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
5.3.1.1 Uji asumsi Ordinary Least Square OLS
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier pendapatan
petani padi organik yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji asumsi multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model nilai tambah usaha pembibitan sapi potong disajikan pada lampiran 43. Lampiran 43 menunjukkan bahwa masing-masing variabel
eksogen memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier nilai tambah usaha pembibitan sapi potong terbebas dari masalah multikolinearitas.
2.
Uji asumsi heteroskedastisitas
Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model nilai tambah usaha pembibitan sapi potong disajikan pada lampiran 43. Lampiran 43
menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut. a.
Titik-titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0 b.
Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja c.
Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
Universitas Sumatera Utara
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier nilai tambah usaha pembibitan sapi potong terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
3. Uji asumsi normalitas a. Analisis Grafik
Hasil uji asumsi normalitas residual model nilai tambah usaha pembibitan sapi potong dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada lampiran 43. Lampiran 43
menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data
residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier nilai tambah usaha pembibitan sapi potong memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Kolmogorov-Smirnov Hasil uji asumsi normalitas residual model nilai tambah usaha pembibitan sapi potong
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada lampiran 44. Lampiran 44 menunjukkan bahwa nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov Z pada kolom Asymp. Sig. 2-
tailed adalah sebesar 0,361. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
antara distribusi residual dengan distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data residual model berdistribusi normal dan modal regresi linier nilai tambah usaha pembibitan
sapi potong memenuhi asumsi normalitas.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1.2 Uji kesesuaian test goodness of fit model dan uji hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha pembibitan sapi potong
disajikan pada lampiran 43. Lampiran 43 menunjukkan bahwa terdapat enam variabel yang berpengaruh terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y, yaitu harga
harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari
hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha pembibitan sapi potong adalah sebagai berikut.
Y = 17068.285 + 0.255 X
1
- 0.467 X
2
+ 0.043 X
3
– 0.007 X
4
– 0.018 X
5
+ 0 .134 X
6
Keterangan : Signifikansi R² : 0,545
Signifikansi F : 0,000 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 17068.285. Hal ini
menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong adalah sebesar 17068.285.
Lampiran 43 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi R² yang diperoleh adalah sebesar 0,545. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 54,5 variasi nilai tambah usaha
Universitas Sumatera Utara
pembibitan sapi potong Y dipengaruhi oleh harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
. Sedangkan sisanya, sebesar 45,5, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Peternak sapi potong di daerah penelitian umumnya memiliki sumber pendapatan lain selain berusaha ternak sapi potong. Sehingga, peternak tidak benar-benar berusaha untuk
meningkatkan nilai tambah usaha ternak pembibitan sapi potong.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dala
m penelitian ini menggunakan α 5 atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.
1. Uji pengaruh variabel secara serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 43. Tabel 43 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai
yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y, yaitu harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong
Y.
2. Uji pengaruh variabel secara parsial
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial
dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 43.
a. Harga Anakan Sapi X
1
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel harga anakan sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.165. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga anakan sapi X
1
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y.
Variabel harga anakan sapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena ketersediaan anakan sapi yang diusahakan sebagai usaha
pembibitan sapi potong cukup tersedia di Desa Ara Condong dengan harga yang dapat ditawar lebih rendah diantara peternak, sehingga harga anakan sapi dapat dibeli dengan
harga yang lebih murah. b.
Harga Indukan Sapi X
2
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel harga indukan sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,292. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga indukan sapi X
2
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y. Nilai koefisien regresi
sebesar -0,467 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga indukan sapi sebesar Rp.1Kg, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar
Universitas Sumatera Utara
Rp.0,467 per Kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga indukan sapi, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.
Variabel harga indukan sapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena harga indukan sapi yang dijual oleh peternak sapi potong
di Desa Ara Condong relatif tidak berbeda jauh antara satu peternak dengan peternak lainnya.
c. Biaya Obat Cacing X
3
Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel biaya obat cacing memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel biaya obat cacing X
3
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y.
d. Biaya Garam X
4
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel biaya garam memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,068. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga biaya garam X
4
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y. Nilai koefisien regresi sebesar -0,007
menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga garam sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar Rp.0,007 per Kg.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga garam, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.
Variabel biaya garam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena ketersediaan garam cukup banyak tersedia di Desa Ara Condong dengan
harga yang murah dan penggunaan garam sebagai penambah nafsu makan untuk sapi lebih efisien. Dimana untuk 1 bungkus garam atau 0,25 gram garam dapat digunakan untuk 3
ekor sapi.
e. Biaya BBM X
5
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel biaya BBM Bahan Bakar Minyak memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,105. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel biaya BBM X
5
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y. Nilai koefisien regresi
sebesar -0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga BBM sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar Rp.0,018 per
Kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga BBM, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.
Variabel biaya BBM tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena penggunaan BBM pada usaha pembibitan sapi potong
hanya digunakan untuk kegiatan mencari pakan hijauan yang jarak tempuhnya tidak terlalu
Universitas Sumatera Utara
jauh dari rumah peternak, sehingga BBM tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong.
f. Upah Tenaga Kerja X
6
Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,404. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel upah tenaga kerja X
6
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong Y.
Variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga, selain itu tenaga kerja tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong. Tenaga kerja yang digunakan berkisar dari
1-3 orang, dimana 25 sampel hanya menggunakan 1 orang tenaga kerja, 4 sampel menggunakan 2 orang tenaga kerja dan 1 sampel menggunakan 3 orang tenaga kerja.
Hipotesis 2 diterima , yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha
pembibitan sapi potong adalah harga anakan sapi X
1
, harga indukan sapi X
2
, biaya obat cacing X
3
, biaya garam X
4
, biaya BBM X
5
dan upah tenaga kerja X
6
.
5.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Penggemukan Sapi