KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMAN 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRACT

MELINTING DANCE ABILITIES OF CLASS XI STUDENTS IN SMAN 1 KOTAGAJAH LESSONS OF 2011/2012

By

INDRA BULAN

The problem in this study is Melinting dance abilities of class XI students in SMAN 1 Kotagajah Central Lampung lessons of 2011/2012. This study aims to describe the Melinting dance abilities of class XI students in SMAN 1 Kotagajah Central Lampung lessons of 2011/2012. The method used in this research is descriptive method. A population of 121 students in class XI scattered in seven classes. In this study, used a proposional-cluster random sampling technique. The method used in the sample was taken from a population 20% of the population, as many as 24 students. Data collection techniques performed by Melinting dance act test. As for the indicators of Melinting dance test assessment include wiraga indicator (subindicator sequence motion, motion techniques, and techniques of use of property), wirama indicator (tempo/beat motion subindicator), and wirasa indicator (facial expressions). Based on the results of the study, the overall average score of the test results of Melinting dance abilities of class XI students in SMAN 1 Kotagajah Central Lampung lessons of 2011/2012 classified in good category. These results can be categorized by an average score of overall students dance ability with a score of 76,48. Wiraga indicator obtained with an average score of 75,03, wirama indicator obtained scores by an average of 72,82 and the wirasa indicator obtained with an average score of 72,75.


(2)

INTISARI

KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMAN 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh INDRA BULAN

Masalah dalam penelitian ini ialah kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri I Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi berjumlah 121 siswa kelas XI yang tersebar dalam tujuh kelas. Dalam penelitian ini, digunakan teknik proposional-cluster random sampling. Sampel diambil 20% dari populasi, sebanyak 24 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes perbuatan menari Melinting. Adapun indikator penilaian tes menari Melinting ini meliputi indikator wiraga (subindikator urutan gerak, teknik gerak, dan teknik penggunaan properti), indikator wirama (subindikator tempo/ketukan gerak), dan indikator wirasa (ekspresi wajah). Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 tergolong dalam kategori baik. Hasil ini dapat dikategorikan dari rata-rata skor kemampuan menari siswa secara keseluruhan dengan skor 76,48. Pada indikator wiraga diperoleh skor dengan rata-rata 75,03, indikator wirama diperoleh skor dengan rata-rata 72,82 dan pada indikator wirasa diperoleh skor dengan rata-rata 72,75.


(3)

KEMAMPUAN MENARI MELINTING

SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh INDRA BULAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitan-kesulitan-kesulitan di hari kiamat, dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya akan

Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat”(HR. Muslim).

“Look around yourselves, can’t you see this wonder, spreaded infront of you, the clouds floating by, the skies are clear and blue, planets in the orbits, the moon and

the sun such perfect harmony, let’s start question in ourselves isn’t this proof enough for us or are we so blind to push it all aside, we just have to, open our eyes, our hearts, and minds if we just look bright to see the signs we can’t keep


(9)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Hasyimkan, S.Sn., M.A. …………

Sekretaris : Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn. ………....

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Indra Bulan

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813043018

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar penelitian saya sendiri, dan sepanjang sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai

persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Februari 2012 Yang menyatakan,

Indra Bulan NPM 0813043018


(11)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang diberikan Allah Swt. Kupersembahkan karya kecilku ini kepada keluargaku tercinta Ayah dan


(12)

PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kemampuan Menari Melinting Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Indra Bulan

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813043018

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Hasyimkan, S.Sn., M.A. Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. NIP 19710213200212 1 001 NIP19790202 200312 1 003

2. Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari

Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn. NIP19801001 200501 2 002


(13)

Judul Skripsi : KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Indra Bulan Nomor Pokok Mahasiswa : 0813043018

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJI, 1. Komisi Pembimbing

Hasyimkan, S.Sn., M.A. Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. NIP 19710213200212 1 001 NIP 19790202 200312 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004


(14)

Judul Skripsi : KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Indra Bulan Nomor Pokok Mahasiswa : 0813043018

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJI, 1. Komisi Pembimbing

Hasyimkan, S.Sn., M.A. Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. NIP 19710213200212 1 001 NIP 19790202 200312 1 003

2. Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari

Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn. NIP19801001 200501 2 002


(15)

KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh INDRA BULAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Jurusan Pendidikan Bahasa dan seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILUMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAPUNG 2012


(16)

KEMAMPUAN MENARI MELINTING SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Indra Bulan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILUMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAPUNG 2012


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Ratu, Lampung Timur, pada 05 Maret 1989. Penulis merupakan anak ke 5 dari lima bersaudara, puteri pasangan Bapak M. Yunus Adam (Alm) dan Ibu Zahra.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur, diselesaikan tahun 2001. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur, diselesaikan tahun 2004. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur, diselesaikan tahun 2007.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung, Melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(18)

SANWACANA Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Tuhan semesta alam, atas segala rahmat, hidayah dan semua kenikmatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Menari Melinting Siswa Kelas XI SMAN 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)) pada Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi pendidikan Seni Tari, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terwujud karena partisipasi banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan, bimbingan dan kesabaran, serta kenangan terindah kepada

1. Hasyimkan, S.Sn., M.A., selaku pembmbing I atas segala bimbingan, arahan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

2. Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn., selaku pembimbing II sekaligus

Pembimbing Akademik penulis atas segala bimbingan, arahan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn., selaku pembahas dan Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas bimbingan dan masukannya selama ini; 4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Seluruh Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah dan siswa kelas XI yang saya banggakan, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya;

7. Dwiyana Habsary, S.Sn., M.Hum., yang telah banyak membantu saya selama ini memberikan membimbing, masukan, dan selalu mempercayai saya; 8. Keluargaku tercinta, Ibu yang mendoakanku tiada henti, almarhum Ayah

yang sangat aku rindukan, Batin Muzakir yang telah menggantikan peran Ayah untuk membiayai aku selama ini, Adin Angga Misdarda, Ratu Andri Andayani, Agungan, Pujaan, dan keponakan-keponakan yang sangat aku cintai, Ajo Aliya, Adek Fifi, dan Adek Chacha, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih sayang, dan motivasinya selama ini;


(19)

vii

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atas ilmu yang telah diberikan serta staf dan karyawan di Program Studi Pendidikan Seni Tari;

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari seluruh angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini;

11. Rekan-rekan Sanggar Kerti Buana yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, Bapak Nyoman, dan Ibu Ayu, terima kasih atas bantuan dan bimbingan bapak dan ibu selama ini;

12. Keluarga Ibu Erma dan Bapak Heri di Kotagajah dan keluarga Aliyah di Kalianda, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini; dan 13. Semua pihak yang telah membatu penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

Semoga Allah memberikan kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,


(20)

`

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang dapat menjaga budaya asli bangsanya. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan kesenian. Kesenian juga dapat digunakan sebagai cerminan atas karakter suatu bangsa dan mempunyai peranan penting, yakni sebagai salah satu sarana untuk mempersatukan berbagai perbedaan dalam satu kesatuan ciri bangsa Indonesia, seperti seni tari khususnya. Hampir setiap provinsi di Indonesia

mempunyai tarian khas daerah, bahkan masing-masing provinsi memiliki lebih dari satu tarian tradisional.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga dan melestarikan budaya asli Indonesia adalah dengan memasukkan seni budaya ke dalam dunia

pendidikan, untuk menjadi mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda Indonesia mengenal dan dapat menjadi penerus bangsa yang menghargai budaya bangsanya sendiri, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya


(21)

2

untuk memiliki kekuatan spritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini jelas, diharapkan melalui pendidikan, seni budaya asli Indonesia dapat terus lestari dan berkembang.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa siswa

dituntut untuk dapat menguasai sebuah tarian tradisional daerah setempat, dalam hal ini Lampung, sehingga dalam pembelajaran seni tari siswa dituntut untuk dapat menguasai satu tarian tradisional daerah Lampung. Seperti yang terdapat dalam silabus kelas XI terdapat standar kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni tari dengan kompetensi dasar (KD) menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan tari kelompok nusantara dalam konteks budaya masyarakat setempat.

Pembagian seni budaya di SMA Negeri 1 Kotagajah meliputi seni musik dan seni tari, dalam pembelajaran seni budaya ini siswa diberikan kesempatan untuk memilih cabang seni yang lebih diminati, sehingga pembelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Kotagajah terbagi dalam dua cabang seni dengan tempat belajar serta guru yang mengajar berbeda. Silabus yang digunakan pada SMA Negeri 1 Kotagajah ialah silabus yang telah disesuaikan dengan karakter siswa-siswi di SMA tersebut, sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu silabus disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar yakni pada satuan pendidikan karena siswa-siswi SMA Negeri 1 Kotagajah pada kelas X telah belajar menari Bedana maka pada kelas XI diberikanlah tarian yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih yakni tari Melinting. Dinilai memiliki


(22)

3

tingkat kesulitan yang lebih karena teknik gerak pada tari Melinting lebih komplek. Teknik gerak tangan dan kaki harus benar agar gerak tangan dan kaki selaras dan seirama.

Tari Melinting adalah materi dalam pembelajaran seni tari di SMA Negeri 1 Kotagajaha. Tari Melinting merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Desa Wana, Lampung Timur. Dilihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting, yakni Pangeran Panembahan Mas yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Begawi). Gawi adat (Begawi) adalah upacara adat Lampung baik upacara pernikahan adat Lampung maupun upacara pengambilan gelar adat Lampung.

Tari Melinting termasuk dalam tari klasik karena syarat-syarat yang mengikat pada tari Melinting ini, yaitu tidak boleh sembarang orang yang menarikan, tidak boleh di tempat selain sesat dan tidak boleh di luar Keratuan Melinting serta dengan pakaian yang hanya dimiliki oleh Keratuan Meliting saja. (Novrida, Nurhayati Taman Budaya, 2004:8). Sebagai contoh Tapis Melinting yang belum dikembangkan dan belum dikenal oleh masyarakat Lampung secara luas

sehingga yang digunakan saat ini dan berkembang di masyarakat yakni tapis Abung.

Dengan syarat-syarat di atas tentu saja sangat sulit untuk melestarikan dan mengembangkan tari Melinting ini sehingga tari Melinting tidak lagi mutlak


(23)

4

sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi sebagai tarian upacara, tetapi bergeser menjadi tari pertunjukan atau tari yang berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu-tamu agung bahkan dengan dimasukkannya seni budaya dalam dunia pendidikan, tari Melinting ini menjadi materi pada siswa-siswi di sekolah salah satunya di SMA negeri 1 Kotagajah. Hal ini dimaksudkan agar tari Melinting dapat terus lestari dan berkembang ditangan pemuda-pemuda penerus bangsa.

Dalam seni tari dikenal adanya tiga tingkatan, yaitu pemula/wiraga (kinetis, ruang), madya/wirama (irama, time) dan utama/wirasa (perasaan, feeling, energy). Ketiga istilah umum tersebut bukan merupakan urutan hierarki yang terkotak-kotak, melainkan merupakan kesatuan. Wiraga (raga atau tubuh) adalah gerak kaki sampai kepala dan merupakan media pokok gerak tari, wirama adalah keselarasannya dengan musik (rasa-irama dari gerak) dan wirasa (sering disebut juga penjiwaan), merupakan tingkat yang paling tinggi (Nursantara, 2007:44). Ketiga indikator tersebut pada praktiknya telah ditumbuhkan sejak awal belajar menari. Penari tingkat pemula tidak berarti sama sekali tidak memakai perasaan, tapi perasaan tidak menjadi tekanan atau tuntutan pada penari pemula. Demikian juga sebaliknya, indikator wiraga bukan berarti tidak penting untuk penari tingkat tinggi karena pada dasarnya ungkapan rasa dan jiwa itu terpancar melalui

indikator kesempurnaan wiraga, sehingga penari yang baik adalah penari yang mempunyai ketiga indikator di atas.


(24)

5

Setiap siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain dalam mempelajari tari Melinting. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa sendiri seperti kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal,bakat dan motivasi, sedangkan faktor eksteren seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran seni budaya khususnya tari Melinting, pengajar tari dalam hal ini guru seni tari sendiri dan lingkungan belajar (Howard Gardner, 1993:15).

Dengan demikian penelitian ini bermaksud mengkaji kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah sebagai hasil pembelajaran. Penelitian ini penting dilakukan karena (1) kompetensi dasar dapat menarikan salah satu tarian tradisional daerah setempat ada dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran seni budaya

khususnya siswa kelas XI yakni standar kompetensi mengapresiasi karya seni tari dan (2) berdasarkan pengamatan, sejauh ini belum ada judul yang mengkaji tentang kemampuan menari Melinting.

Alasan memilih SMA Negeri 1 Kotagajah sebagai subjek penelitian karena sekolah tersebut merupakan salah satu rintisan sekolah bertarap internasional (RSBI) di Lampung dan siswanya memiliki banyak prestasi, baik bidang

akademik maupun nonakademik. Selain itu, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah cukup memadai sehingga memudahkan dalam mengakses data pada penelitian ini.


(25)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kajian tentang tarian tradisioanal daerah Lampung, yakni tari Melinting.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada siswa, guru dan calon guru, serta sekolah. Adapun pemaparan manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut.


(26)

7

Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam menguasai tari Melinting.

b) Guru dan Calon guru

Bagi guru dan calon guru seni tari, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2011/2012. c) Sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran seni tari di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sasaran (subjek) dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah

b. Masalah (objek) penelitian ini adalah kemampuan siswa menari Melinting. Indikator yang dinilai meliputi indikator wiraga, wirama, dan wirasa dalam menari Melinting


(27)

II. LANDASAN TEORI

Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, digunakan kerangka teori dalam penelitian ini yang meliputi teori seni tari, tari Melinting, pembelajaran dan kemampuan menari. Kerangka teori tersebut digunakan untuk mengkaji

kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/1012. Adapun pemamparan teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

2.1 Seni Tari

Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat (Sumandiyo, 2007:13). Keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan tubuh dalam ruang dengan diiringi musik tertentu, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud tari yang dibawakan, sehingga untuk menilai suatu karya seni tari digunakan tiga indikator kepenarian, yaitu indikator wiraga, indikator

wirama, dan indikator wirasa (Nursantara, 2007 : 44). Pada saat menari dipandu dengan hitungan 1-8, hitungan ini sangat membantu dalam mempelajari sebuah tarian. Berikut paparan tentang pengertian tari dan jenis-jenis tari.


(28)

9

2.1.1 Pengertian Tari

Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia. Tari merupakan keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak, sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan pencipta tarian tersebut (Hawkins: 1990:2). Tari adalah gerak-gerak ritmis baik sebagian atau seluruh anggota tubuh yang terdiri dari pola individu atau kelompok yang disertai oleh ekspresi atau ide tertentu (Tim, 1996:5). Tari merupakan perpaduan pola-pola di dalam ruang yang disusun dan dijalin menurut aturan pengisian waktu tertentu (Junaidi, 1996:5). Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia sesuai dengan motivasi tertentu, yang diungkapkan lewat gerak-gerak yang indah dan ritmis.

2.1.2 Jenis Tari

Tari dapat dibedakan dalam beberapa kategori pelembagaan yang menyangkut proses pembuatan tari tersebut. Pelembagaan tari dibedakan menjadi pelembagaan masyarakat primitif yang disebut jenis tari primitif. Pelembagaan tari tradisional kerakyatan yang banyak berkembang di lingkungan pedesaan disebut jenis tarian rakyat. Pelembagaan tari tradisional yang berkembang di lingkungan istana atau keraton disebut


(29)

10

jenis tarian klasik tradisional dan pelembagaan tari yang didukung oleh masyarakat yang pluralis dan masyarakat perkotaan disebut jenis tari kreasi baru (Hadi, 2007:19). Tari Melinting merupakan salah satu tari tradisional Lampung yang dikategorikan tari klasik karena tari Melinting adalah tarian yang berkembang di lingkungan Keratuan Melinting, hanya ditarikan oleh orang tertentu dan ditempat tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu (Novrida, Nurhayati, 2004:1).

2.2 Tari Melinting

Tari Melinting merupakan tarian yang terdapat di daerah kecamatan Labuhan Maringgai, Desa Maringgai dan Wanna Lampung Timur. Daerah ini tidak jauh dari pesisir lepas pantai perbatasan dengan laut Jawa. Adapun pemaparan tari Melinting adalah sebagai berikut.

2.2.1 Karakteristik Tari Melinting

Tari Melinting adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Desa Wana Lampung Timur. Dilihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting, yakni Pangeran Panembahan Mas yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Begawi). Gawi adat (Begawi) adalah upacara pernikahan adat Lampung maupun upacara pengambilan gelar adat Lampung (Novrida, Nurhayati, 2004:1).


(30)

11

Fungsi Tari Melinting dahulu merupakan tarian Keluarga Ratu Melinting dan hanya dipentaskan oleh Keluarga Ratu saja di tempat yang tertutup (sessat atau balai adat), tidak boleh diperagakan oleh sembarang orang. Pementasannya pun hanya pada saat Gawi Adat Keagungan Keratuan Melinting saja. Personal penarinya pun hanya sebatas pada putra putri Ratu Melinting.

Namun, dalam perkembangannya sekarang, tari Melinting tidak lagi mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi berfungsi sebagai tari upacara, tetapi sudah bergeser menjadi tari pertunjukan atau tari yang berfungsi dalam penyambutan tamu-tamu agung yang datang ke daerah Lampung serta acara-acara besar lainnya seperti acara kesenian Lampung dan festival tari. Hal ini dimaksudkan agar tari melinting dapat dikenal oleh semua lapisan masyarakat Lampung tanpa terkecuali sehingga tari

Melinting dapat terus lestari dan berkembang.

Sebagai contoh, pada April 2007 yang lalu, Tari Melinting dipentaskan secara masal oleh dua puluh lima pasang penari dalam upacara penutupan Musyabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi Lampung yang dilaksanakan di Pusat Kegiatan Olahraga Way Halim Bandar Lampung. Selain itu, pada saat Festival Way Kambas atau Festival Krakatau serta acara-acara lainnya tari Melinting juga ditampilkan. Hal ini berarti bahwa tari Melinting sudah tersebar luas di Provinsi Lampung sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan. Setiap tarian mempunyai elemen-elemen


(31)

12

penyusun dalam penyajiannya, adapun elemen-elemen penyusun pertunjukan tari Melinting dipaparkan di bawah ini.

2.2.2. Elemen Tari Melinting

Berikut ini digambarkan bentuk penyajian Tari Melinting. Komposisi tari merupakan elemen-elemen yang menyusun wujud pertunjukan tari dalam bentuk penyajian secara keseluruhan. Adapun elemen-elemen tersebut adalah elemen gerak, iringan (musik), tata rias, busana, tempat pertunjukan, dan properti (Soedarsono, 2001:170). Keenam elemen tari tersebut

dipaparkan di bawah ini.

2.2.2.1Elemen gerak

Elemen gerak merupakan salah satu unsur pokok dalam tari. Gerak dalam tari terwujud setelah anggota-anggota badan manusia yang telah terbentuk digerakkan. Gerak merupakan substansi dari tari. Namun, tidak semua gerak bisa disebut sebagai tari. Hanya gerak yang sudah mengalami penggarapan, memiliki makna dan nilai estetis, yang dapat disebut sebagai gerak tari.

Gerak tari dibedakan menjadi dua, yakni gerak literal (maknawi) dan nonliteral. Gerak literal atau gerak maknawi adalah gerak tari yang setiap geraknya memiliki dan mewakili perasaan penciptanya (koreografer), sehingga setiap gerak tarian tersebut mempunyai makna tersendiri.


(32)

13

mengandung pengertian movement dan motion. Jenis tarian ini hampir sepenuhnya bersandar pada pengertian movement dan motion sebagai wahana komunikasi. Gerak tari nonliteral tidak ada pesan-pesan khusus pada sajiannya (Hadi, 2007:1). Evaluasi koreografi nonliteral lebih sulit daripada mengevaluasi gerak tari literal.

Gerak dalam tari Melinting termasuk gerak-gerak literal atau maknawi yang setiap gerakannya mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna gerak adalah bahwa putra dan putri penyimbang melakukan penghormatan kepada para penyimbang/tamu agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah melambangkan keperkasaan putra putri penyimbang. Pada adegan knui melayang, keagungan dan kelemah lembutan penyimbang, ungkapan keleluasaan

berpendapat/bersikap. Pada adegan penutup, makna gerak adalah bahwa putra putri penyimbang memberi penghormatan pada penyimbang.

Teknik gerak menari Melinting sudah ada dalam buku yang disusun oleh Novrida dan Nurhayati dari Taman Budaya Provinsi Lampung. Adapun pedoman teknik gerak setiap geraknya adalah sebagai berikut.

1. Teknik Gerak Putra

Teknik gerak penari putra terbagi dalam gerak tangan dan gerak kaki. Adapun paparan gerak tangan penari putra sebagai berikut.


(33)

14

Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada lalu menutup kembali (dilakukan berulang-ulang).

Gambar 1 : Penari Melinting dengan gerakan babar kipas (Foto : Sy. Aliyah Hasan, 2012)

b) Babar Kipas Simpuh

Posisi kaki dilipat ke belakang diduduki (simpuh) gerakan tangan seperti nomor a (babar kipas).


(34)

15

Gambar 2 : Penari Melinting dengan gerakan babar kipas simpuh (Foto : Indra Bulan, 2012)

c) Babar Kipas Berdiri

Posisi badan berdiri, kaki kanan diangkat tumpuan kaki kiri posisi kedua tangan rapat di depan dada, letakkan kaki kanan angkat kaki kiri bersamaan posisi tangan membuka ke samping, kemudian dilakukan berulang-ulang.

d) Sukhung Sekapan

Tangan kanan dorong lurus ke depan, tangan kiri tarik ke belakang tetap di depan dada (bisa dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk) e) Balik Palau

Tangan kanan ke samping kanan, tangan kiri ditekuk di depan dada, kaki kiri jinjit di samping kaki kanan. Gerakkan kedua tangan (pergelangan) ke arah depan bersamaan kaki kiri menapak (telapak kaki menempel lantai), ketika kaki kanan menapak posisi tangan kembali seperti semula, begitu seterusnya.


(35)

16

f) Kenui Melayang

Kedua tangan direntangkan ke samping kanan dan kiri, putar kedua pergelangan tangan berulang-ulang sesuai kebutuhan.

g) Nyiduk

Posisi badan jongkok tumpuan kedua kaki, tangan kanan ke depan, tangan kiri ditarik ke belakang (tetap di depan dada) dilakukan bergantian

h) Salaman

Posisi badan jongkok, kedua tangan lurus dan dirapatkan di depan dada diayun ke kanan dan ke kiri (dilakukan berpasangan sesama putra).

Gerak Kaki

Teknik gerak kaki penari putra terbagi dalam lima gerak kaki. Adapun paparan gerak kaki penari putra sebagai berikut.

a) Suali

Posisi awal badan berdiri, langkah kaki kanan ke depan bersamaan dorong tangan kiri ke depan, langkah kaki kiri ke depan bersamaan dorong tangan kanan ke depan, tangan kiri ditarik ke belakang tetap di depan dada, ulang gerakan hitungan 1 (satu), silang kaki kiri di depan kaki kanan, gerakan tangan sama dengan hitungan 2 (dua), rapatkan kaki kanan sejajar kaki kiri, jongkok, kedua tangan babar kipas, berdiri perlahan tangan babar kipas.


(36)

17

b) Niti Batang

Langkahkan kaki kanan, rentangkan tangan kanan lurus ke samping kanan, tangan kiri ditekuk di depan dada, rapatkan kaki kiri silang ke arah kanan bersamaan memutar badan (setengah lingkaran) sambil merendah, tangan kiri lurus ke samping kiri tangan kanan ditekuk di depan dada (biasanya dilakukan untuk perpindahan posisi).

c) Luncat Kijang

Melompat, kaki kanan ke depan diikuti kaki kiri posisi badan setengah jongkok, posisi tangan kanan rentang lurus ke samping kanan, tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu.

d) Lapah Ayun

Posisi badan tegak dan naik turun (Enjot), langkah kaki kanan ke depan, bergantian dengan kaki kiri dan seterusnya sampai dengan hitungan delapan (dilakukan berulang-ulang).

e) Jong Sumbah

Posisi kedua kaki dilipat ke belakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap.

2. Teknik Gerak Putri Gerak Tangan

Teknik gerak penari putri terbagi dalam gerak tangan dan gerak kaki. Adapun paparan gerak tangan penari putri sebagai berikut.


(37)

18

Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada lalu menutup kembali (dilakukan berulang-ulang).

b) Babar Kipas Simpuh : posisi kaki dilipat ke belakang diduduki (simpuh) gerakan tangan seperti nomor a.1.1 (babar kipas). c) Babar Kipas Berdiri

Posisi badan berdiri, kaki kanan diangkat tumpuan kaki kiri posisi kedua tangan rapat di depan dada, letakkan kaki kanan angkat kaki kiri bersamaan posisi tangan membuka ke samping, kemudian rangkai gerakan-gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang.

d) Sukhung Sekapan

Tangan kanan dorong lurus ke depan, tangan kiri tarik ke belakang tetap di depan dada (bisa dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk). e) Timbangan

Posisi badan berdiri tegak kedua kaki dirapatkan, kedua tangan lurus ke belakang kemudian gerakkan kedua pergelangan tangan dengan memutar kearah dalam (ukel).

f) Melayang

Posisi badan tegak ke sudut kiri kaki dirapatkan tangan kanan lurus ke depan/sejajar perut, tangan kiri lurus ke samping kiri, pergelangan tangan diputar kearah dalam (dilakukan dengan posisi tangan dan arah badan bergantian).


(38)

19

Posisi badan tegak, kedua tangan sejajar pinggul kanan, putar kedua pergelangan tangan kearah dalam, kedua tangan pindah sejajar pinggul kiri dengan posisi jari-jari tangan tegak, begitu seterusnya dilakukan berulang sesuai kebutuhan.

Gerak Kaki

Teknik gerak kaki penari putri terbagi dalam empat gerak kaki. Adapun paparan gerak kaki penari putri sebagai berikut.

a) Nginjek Tahi Manuk

Kaki kanan (ayun) ke depan dengan ujung jari kaki menyentuh lantai (tidak menapak), kaki kanan tarik kembali kearah semula, langkah kaki kanan ke samping kanan, lakukan gerakan dengan kaki kiri (berlawanan).

b) Nginjak Lado

Tepukkan telapak kaki kanan ke lantai, angkat dan letakkan tumit kearah kanan, tepukkan telapak kaki kiri kearah kanan, angkat dan letakkan tumit kaki kiri kearah kanan, lakukan berulang-ulang c) Lapah Ayun

Posisi badan tegak dan naik turun, langkah kaki kanan ke depan, bergantian dengan kaki kiri (dilakukan berulang-ulang).

d) Jong Sumbah

Posisi kedua kaki dilipat ke belakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap.


(39)

20

Tabel 2.1 Paparan gerak tari Melinting beserta hitungannya dibedakan antara gerak putra dan putri

NO RAGAM GERAK JUMLAH

HITUNGAN

PUTRA PUTRI

A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 Pembukaan

Lapah, Babar Kipas (Masuk ke Panggung) Lapah Ayun, Babar Kipas Jong sembah

Sembah Nunduk Rebah

Berdiri dengan lutut Babar kipas berdiri Punggawo Ratu

Kenui melayang + Balik palau

Balik palau Balik palau Sukhung sekapan (Duduk, arah belakang) Sukhung sekapan (Duduk, arah depan) Balik palau (Berdiri) Balik palau Nyiduk Salaman Kenui melayang Balik palau (Berdiri)

Lapah, Babar Kipas (Masuk ke Panggung) Lapah Ayun, Babar Kipas Jong sembah

Sembah Nunduk Rebah

Berdiri dengan lutut Babar kipas berdiri

Timbangan

Melayang kanan, kiri Nginyau Bias

Nginyau bias

(Kaki nginjak tahi manuk) Timbangan Melayang Nginyau bias Sukhung sekapan Sukhung sekapan Timbangan Melayang 18x8 2x8 1x8 ½x8 ½x8 1x8 3x8 ½x8 1x8 2x8+½x8 1x8 ½x8 1x8 4x8+½x8 1x8 ½x8 ½x8 1x8


(40)

21 C. 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Mulei Batangan Balik palau (membuka) Balik palau Balik palau Balik palau Balik palau Balik palau Sukhung sekapan Kenui melayang Balik palau Balik palau Balik palau Niti batang Balik palau Sukhung sekapan (mendekat) Kenui melayang Balik palau Balik palau Suali Balik palau Balik palau

Balik palau belakang Balik palau depan Balik palau Nginyau bias (maju) Nginyau bias Nginyau bias (Saling membelakangi) Timbangan

Melayang kanan, kiri Nginyau bias

Sukhung sekapan Timbangan

Melayang kanan, kiri Nginyau bias (Bergeser sejajar) Nginyau bias Nginyau bias (Searah) Sukhung sekapan Timbangan Melayang Nginyau bias

Nginyau bias + Nginjak tahi manuk Timbangan Melayang Nginyau bias Nginyau bias Nginyau bias 3x8+½x8 3x8 ½x8 1x8 2x8+½x8 1x8+½x8 ½x8 1x8 6x8+½x8 2x8 1x8+½x8 1x8+½x8 ½x8 1x8 2x8+½x8 1x8+½x8 ½x8 1x8 1x8 1x8 1x8+½x8


(41)

22 20 21 22 D. 23 24 25

Sukhung sekapan duduk Kenui melayang

Balik palau belakang Balik palau depan Suali Kenui melayang Balik palau Balik palau Niti batang Balik palau Sukhung sekapan Sukhung sekapan Balik palau Balik palau Kenui Melayang Nyiduk Salaman Kenui melayang Balik palau Balik palau Balik palau Balik palau Jong sembah Babar kipas Sukhung sekapan Timbangan Melayang Nginyau bias Nginyau bias

(Nginjak tahi manuk) Timbangan Melayang Nginyau bias Nginyau bias Nginyau bias Timbangan Melayang Nginyau bias Sukhung sekapan Sukhung sekapan Timbangan Melayang Nginyau bias Nginyau bias

(Kaki nginjak tahi manik) Nginyau bias Jong sembah Babar kipas 1x8+½x8 ½x8 1x8 2x8+½x8 1x8+½x8 ½x8 1x8 3x8+½x8 5x8 1x8 ½x8 1x8 4x8 1x8 ½x8 ½x8 1x8 5x8+½x8 1x8+½x8 3x8 13x8 3x8

2.2.2.2 Elemen musik

Elemen musik atau iringan dalam sebuah tarian, tidak hanya sekadar sebagai iringan karena musik merupakan patner yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh


(42)

23

karena itu musik yang dipergunakan untuk mengiringi tari harus digarap benar-benar sesuai dengan garapan tarinya. Hubungannya dengan seni tari, pada umumnya iringan berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana. Iringan dibagi dua macam, yakni musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik yang bersumber dari diri penari, misalnya suara yang ditimbulkan dari tepukkan tangan, vokal penari, dan hentakan kaki penari, sedangkan musik eksternal adalah musik yang berasal dari alat musik instrumental, misalnya talo balak, piano, gitar dan gamelan.

Fungsi musik ada tiga, yaitu sebagai pengiring, pemberi suasana, dan

ilustrasi. Sebagai pengiring tari, berarti peranan musik hanya mengiringi atau menunjang penampilan tari. Fungsi musik sebagai pemberi suasana berarti musik dipakai untuk membantu suasana adegan dalam tari. Sedangkan fungsi musik ilustrasi hanya berfungsi sebagai pengiring.

Iringan pada tari Melinting adalah iringan atau musik eksternal, nama seperangkat instrument yang digunakan adalan talo balak (kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah tabuh arus pada adegan pembukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh kedangdung pada adegan mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui melayang, dan tabuh arus pada adegan penutup. Berikut urutan penyajian musik tari Melinting (Novrida dan Nurhayati, 2004).


(43)

24

Tabel 2.2 Urutan Penyajian musik Tari Melinting

No Adegan Nama Adegan Jenis Tabuhan

1 Pertama Pembukaan Arus

2 Kedua Punggawo Ratu Cetik

3 Ketiga Mulei Batangan Kedanggung

4 Keempat Kenui Melayang Kedanggung

5 Kelima Penutup Arus

Dari tabel 2.2 dapat diketahui penyajian musik yang digunakan dalam tari Melinting, yaitu tabuh arus digunakan pada adegan pembukaan, tabuh cetik digunakan pada adegan punggawo ratu, tabuh kedanggung digunakan pada adegan mulei batangan dan kenui melayang dan pada adegan penutup digunakan kembali tabuh arus.

Tabuh arus adalah jenis tabuhan Lampung yang mempunyai tempo yang cukup cepat sehingga cocok digunakan pada saat memasuki panggung dan keluar panggung. Tabuh cetik adalah jenis tabuhan Lampung yang lebih lembut dan mengalir, sehingga cocok digunakan pada saat adegan yang memperlihatkan kelembutan dan keramahan keratuan Melinting. Tabuh kedanggung adalah jenis tabuhan Lampung yang memiliki penekanan-penekanan pada nada-nada tertentu sehingga cocok digunakan untuk adegan yang memperlihatkan kegagahan dan kelembutan putra-putri Ratu


(44)

25

Gambar 3 : Seperangkat Alat Musik Talo Balak Lampung Pengiring Tari Melinting

(Foto : Agel Bayu Pinangkis, 2012)

2.2.2.3Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik, untuk

mewujudkan wajah peranan. Fungsi rias adalah memberikan bantuan dengan jalan memberikan dandanan atau perubahan pada pemain, hingga berbentuk suasana yang cocok dan wajar.

Bagi seorang penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Pemakaian tata rias yang digunakan untuk pertunjukkan akan berbeda dengan tatarias sehari-hari. Tata rias yang dipakai sehari-hari pemakaiannya cukup tipis dan tidak memerlukan garis-garis kuat pada bagian wajah, sedangkan untuk tata rias pertunjukkan tari, segala sesuatu diharapkan lebih jelas dan lebih tebal.


(45)

26

Hal ini penting sekali dalam pertunjukkan tari, karena untuk memperkuat garis-garis ekspresi dan menambah daya tarik penampilan. Tata rias merupakan hal penting dalam pertunjukkan tari karena membantu penari untuk membedakan karakter.

Tata rias yang digunakan penari putri dalam tari Melinting adalah rias cantik. Pada prinsipnya rias wajah pada tari Melinting adalah untuk membuat wajah cerah dan terlihat cantik, sedangkan untuk penari putera hanya menggunakan bedak, alis, serta sedikit rias pada mata untuk memperkuat karakter wajah.

2.2.2.4Busana Tari

Busana tari tidak sama dengan pakaian sehari-hari. Fungsi fisik busana adalah sebagai penutup dan pelindung tubuh, sedangkan fungsi estetiknya merupakan unsur keindahan dan keserasian bagi tubuh penari. Fungsi busana juga tidak jauh berbeda dengan tata rias, yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Dalam

perkembangannya, pakaian tari telah disesuaikan dengan kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung penampilan tari. Busana tari dipergunakan untuk melukiskan sesuatu oleh penciptanya dan dipakai oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai terhadap warna, garis dan bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat peranan, pemilihan


(46)

27

warna, garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni tari, serta akan memberi suasana yang dimaksudkan.

Dalam tari Melinting, busana yang digunakan penari putri adalah (1)siger bercadar Melinting, (2) kalung buah jukum, (3) gelang kano, (4) bulu seretei, (5) gelang rui, (6) tapis, (7) baju kebaya kurung, (8) sanggul/cemara, (9) kembang melati, (10) subang giwir, (11) peneken, (12) kalung inuh, (13) papan jajar, (14) gelang burung, (15) selendang putih, sedangkan busana penari putra adalah (1) kopiah emas, (2) kembang melur bunga pandan, (3) buah jukum, (4) kain bidak, (5) bulu seretei, (6) sesapur handak , (7) celana teluk belanga, (8) baju teluk belanga, (9) serempang betumpal, (10) kalung inuh, (11) gelang burung, (12) gelang kano, (13) kain putih. Adapun gambar penari tari Melinting dengan busana lengkap adalah sebagai berikut.

Gambar 4 : Pose Penari Putra Tari Melinting dengan Busana dan Tata Rias (Foto : Dwiyana Habsary, 2010)


(47)

28

Gambar 5 : Pose Penari putri Tari Melinting dengan Busana dan Tata Rias (Foto : Dwiyana Habsary, 2010)

Gambar 6 : Pose Penari Tari Melinting dengan Busana, Tata Rias dan Properti


(48)

29

Busana tari Melinting yang berkembang sekarang ini adalah busana yang disesuaikan dengan kemampuan pengadaan perlengkapan tari Melinting karena ada beberapa perlengkapan tari Melinting yang sulit didapat karena belum berkembang di masyarakat Lampung secara luas. Sebagai contoh penggunaan tapis Abung untuk menggantikan tapis Melinting yang sulit didapat. Selain itu seperti tampak pada gambar mahkota untuk penari laki-laki juga digunakan Siger pepadun yang seharusnya Siger Melinting karena pada saat penggalian Siger Melinting ini belum dikembangkan sehingga untuk kepentingan pertunjukan maka digunakan Siger Pepadun. Gambar penari di atas adalah gambar busana tari Melinting yang telah dikreasikan. Pada penelitian ini untuk elemen busana tari belum dinilai untuk indikator penilaian karena keterbatasan busana yang ada di sekolah sehingga elemen busana ini hanya sebagai pengetahuan bagi siswa.

2.2.2.5 Tempat Pertunjukan

Tempat pertunjukan adalah tempat yang digunakan untuk mempergelarkan suatu pertunjukkan atau pementasan. Tempat pertunjukkan dapat berupa panggung proscenium, balai adat/sessat, atau tempat diadakannya acara. Tari Melinting dipentaskan di tempat upacara adat yang sedang berlangsung atau bisa juga di tempat pertunjukkan lainnya.

2.2.2.6 Properti

Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum dan perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari.


(49)

30

Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk kebutuhan suatu penampilan tataan tari atau koreografi. Properti adalah alat-alat yang dibawa dan digunakan penari sebagai pelengkap sesuai tuntutan tari tersebut.

Properti yang digunakan oleh penari putri dan putra pada tari Melinting adalah kipas yang dipegang di kiri kanan tangan penari (Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, 2007).

2.3 Pembelajaran Tari di SMA

Pembelajaran menurut Hadi Kusuma K. (1996: 15) adalah usaha oleh guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan

kebutuhan dan minatnya. Dalam pembelajaran, peran guru sebagai fasilitator yaitu menyediakan fasilitas yang diperlukan dan menciptakan situasi yang mendukung agar siswa dapat mewujudkan kemampuan belajarnya. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam rangka membimbing dan

mendorong siswa untuk memperoleh pengalaman yang berguna bagi

perkembangan dari seluruh potensi (kemampuan) yang dimilikinya semaksimal mungkin. Pembelajaran merupakan kegiatan yang memerlukan persiapan matang untuk mentransfer ilmu dari guru kepada peserta didik.

Dalam hal ini Tim Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK, 1996) berpendapat bahwa, (1) pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja, (2)

pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar, (3) pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa. Berdasarkan


(50)

31

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya guru untuk menciptakan suatu sistem atau cara yang memungkinkan terjadi suatu proses belajar siswa dalam rangka mengembangkan semua aspek dalam dirinya.

Menurut Tim MKDK (1996:46), menyatakan bahwa terdapat beberapa ciri pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Pembelajaran bertujuan untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur yang lain sebagai pengantar dan pendukung. b. Ada suatu prosedur yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka diperlukan langkah-langkah sistematik dan relevan.

c. Ditandai dengan aktivitas anak didik baik secara fisik maupun mental yang aktif. Anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

d. Memiliki batas waktu dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak dapat ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu akan tercapai.

e. Ada evaluasi, dari seluruh kegiatan belajar mengajar, karena evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui tercapainya tujuan yang sudah ditentukan.


(51)

32

Dari uraian di atas, diketahui bahwa suatu pembelajaran dapat dilihat dari tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan prosedur dan langkah-langkah yang sistematik, serta menekankan pada kompetensi siswa dan untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran harus ditentukan jenis evaluasi yang sesuai. Seperti pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat

menguasai sebuah tarian tradisional daerah Lampung yakni tari Melinting. Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada silabus kelas XI dengan standar kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni tari dan kompetensi dasar (KD) menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan tari kelompok nusantara dalam konteks budaya masyarakat Lampung.

2.4 Kemampuan Menari

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Yusdi, 2010:10). Seirama dengan Yusdi, menurut Robbin (2007:57), kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai suatu keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.


(52)

33

Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok, yaitu (1) kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk

melakukan berbagai aktivitas mental-berpikir, menalar dan memecahkan masalah. (2) kemampuan fisik (physical ability) adalah kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

Dalam hal ini kemampuan yang dimaksud ialah kemampuan menari. Menari adalah memainkan sebuah tarian dengan menggerak-gerakkan badan sesuai dengan gerakan dan iringan tarian tersebut, sehingga kemampuan menari dapat diartikan, kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menggerak-gerakan badan sesuai dengan gerakan dan iringan tarian tersebut (Robbin:2007,

Yusdi:2010 ).

Dalam seni tradisional (khususnya seni tari) dikenal adanya tiga tingkatan, yaitu (a) pemula/wiraga (kinetis, ruang), (b) madya/wirama (irama, time) , dan (c) utama/wirasa (perasaan, feeling, energy) (Nursantara, 2007 : 44). Ketiga istilah umum tersebut bukan merupakan urutan hierarkis yang terkotak-kotak, melainkan merupakan kesatuan. Namun pada umumnya (a) wiraga dianggap sebagai

indikator paling dasar, (b) wirama adalah keselarasannya dengan musik (rasa-irama dari gerak), dan (c) wirasa (sering disebut juga penjiwaan), merupakan tingkat yang paling tinggi. Ketiga indikator tersebut pada praktiknya telah

ditumbuhkan sejak awal belajar menari. Penari tingkat pemula tidak berarti sama sekali tidak memakai perasaan, tetapi perasaan tidak menjadi tekanan atau tuntutan pada penari pemula. Demikian juga sebaliknya, indikator wiraga bukan berarti


(53)

34

tidak penting untuk penari tingkat tinggi karena pada dasarnya ungkapan rasa dan jiwa itu terpancar melalui aspek kesempurnaan wiraga.


(54)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan objek penelitian sesuai dengan apa adanya (Arikunto, 1996 : 234). Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan menari Melinting siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2011/2012.

3. 2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek yang akan dijadikan sasaran penelitian. Sampel adalah sebagian atau representatif dari populasi yang akan diteliti. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

a. Populasi

Populasi dalam peneltian ini ialah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 yang memilih cabang seni tari karena ada dua cabang seni yang diajarkan di SMA Negeri 1 Kotagajah yaitu


(55)

36

seni musik dan seni tari. Kedua cabang seni ini tidak diajarkan kepada seluruh siswa tetapi siswa memilih akan mengambil pelajaran seni musik atau seni tari, sehingga pada saat pembelajaran seni budaya, siswa berada pada dua tempat yang berbeda antara siswa yang memilih cabang seni musik dan cabang seni tari. Dengan demikian populasi penelitian ini berjumlah 121 siswa yakni siswa mengambil cabang seni tari, dari keseluruhan jumlah siswa kelas XI yakni 218 siswa. Berikut tabel yang menunjukkan jumlah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah yang memilih cabang seni tari.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012 yang Memilih Cabang Seni Tari

No Kelas L P Jumlah

1 XII IPA 1 2 14 16

2 XII IPA 2 0 15 15

3 XII IPA 3 2 14 16

4 XII IPA 4 1 13 14

5 XII IPA 5 7 18 25

6 XII IPA 6 0 16 16

7 XII IPS 4 15 19

Jumlah 16 105 121

(Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2011/2012)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Menurut pendapat (Arikunto, 1996 : 107) bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian


(56)

37

populasi. Akan tetapi, jika jumlah subjeknya lebih dari 100, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, bergantung pada (a) kemampuan penulis dilihat dari waktu, tenaga dan dana; (b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; (c) besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh penulis. Untuk penelitian yang besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

. Berdasarkan pendapat di atas, sampel yang diambil untuk penelitian ini sebesar 20% dari 121 siswa yakni 24 sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik proporsional-cluster random sampling dengan cara undian. Proporsional-cluster random sampling adalah gabungan antara teknik pengmabilan sampel proporsional sampling dan teknik cluster sampling Proporsional sampling adalah teknik sampling yang memperhatikan proporsi (perbandingan), sesuai dengan proporsi sehingga mengahasilkan sampel yang proporsional, jika random namanya proposional random sampling.

Sedangkan cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan kelompok-kelompok dalam populasi , tidak memperhatikan individu, namun kelompoknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan teknik pengambilan sampel proporsional-cluster random sampling adalah teknik sampling yang memperhatikan proporsi kelompok-kelompok dalam populasi yang diambil secara acak sehingga akan menghasilkan sampel yang


(57)

38

Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut.

1. Seluruh siswa di setiap kelas diberi kode berupa angka sesuai dengan namanya yang tercantum dalam absen.

2. Kode yang berupa angka tersebut ditulis di kertas dan digulung, kemudian dimasukkan ke dalam kotak. Diambillah sebanyak distribusi sampel masing-masing kelas.

3. Jumlah kelas XI terbagi dalam tujuh kelas sehingga keseluruhan sampel sesuai dengan distribusi sampel masing-masing kelas, seperti yang ada dalam distribusi sampel dari jumlah siswa yang memilih cabang seni tari kelas XI tertera dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Distribusi sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI SMAN 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012 yang Memilih Cabang Seni Tari

NO Kelas Jumlah Siswa 20% dari

Jumlah Siswa

Sampel yang ditetapkan

1 XI IPA 1 16 3,20 3 siswa

2 XI IPA 2 15 3,00 3 siswa

3 XI IPA 3 16 3,20 3 siswa

4 XI IPA 4 14 2,80 3 siswa

5 XI IPA 5 25 5,00 5 siswa

6 XI IPA 6 16 3,20 3 siswa

7 XI IPS 19 3,80 4 siswa

Jumlah 121 24,20 24 siswa

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik tes praktik tari Melinting. Tes dilaksanakan secara praktik dalam bentuk menarikan tari


(58)

39

Melinting secara individu dan kelompok. Pengambilan data dilaksanakan di dalam ruangan aula SMA Negeri 1 Kotagajah.

Langkah-langkah pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Seluruh siswa memakai pakaian praktik dan memegang kipas.

b. Siswa dipanggil satu persatu untuk menarikan 10 motif tari Melinting untuk siswa laki-laki dan 9 motif tari Melinting untuk siswa perempuan.

c. Pada saat siswa menarikan motif demi motif tari Melinting, penulis menilai secara langsung siswa yang tampil. Dalam hal ini penulis dibantu oleh satu orang penilai, yakni guru seni tari SMA Negeri 1 Kotagajah.

d. Setelah siswa menarikan motif demi motif gerak tari Melinting, kemudian siswa menarikan tari Melinting secara kelompok lengkap dengan musik iringannya. Dengan alokasi waktu ± 8 menit untuk masing-masing kelompok. e. Pada saat siswa menarikan tari Melinting secara utuh ini, penulis menilai

setiap kelompok yang tampil. Agar penilaian lebih objektif dan valid penulis dibantu oleh seorang penilai yakni guru seni tari SMA Negeri 1 Kotagajah. f. Selain menilai secara langsung, penulis juga mendokumentasikan melalui

kamera foto dan video dengan menggunakan ponsel.

Kamera foto dan video digunakan untuk mereview kembali hasil tes perbuatan menari Melinting yang dilakukan oleh siswa. Selain itu video juga digunakan untuk mencocokkan hasil dari penilaian yang telah dilakukan pada saat


(59)

40

Dalam penilaian ini siswa diharapkan mampu menarikan tari Melinting secara baik dengan memperhatikan indiktor wiraga, wirama dan wirasa dalam tari Melinting. Ketiga indikator ini adalah indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan menari seseorang (Nursantara, 2007 : 44). Untuk merumuskan indikator dalam kemampuan menari Melinting siswa digunakan pedoman tari Melinting yang disusun oleh Novrida dan Nurhayati Taman Budaya Provinsi Lampung (2004). Alokasi waktu untuk menari Melinting ± 8 menit untuk setiap penampil. Untuk lebih jelas tentang rincian indikator penilaian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Indikator Tes Kemampuan Menari Melinting

No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor Skor

Maksimal

1 Aspek Wiraga

a. Teknik Gerak

Semua gerak dilakukan dengan teknik yang benar

Terlihat 1-2 gerak dilakukan dengan teknik yang tidak benar Terlihat 3-4 gerak dilakukan dengan teknik yang tidak benar Terlihat 5-6 gerak dilakukan dengan teknik yang tidak benar Terlihat lebih dari 7 gerak

dilakukan dengan teknik yang tidak benar 5 4 3 2 1 5


(60)

41

b. Urutan Gerak

Semua urutan gerak dilakukan dengan lancar

Terlihat 1-2 urutan gerak dilakukan tidak lancar

Terlihat 3-4 urutan gerak dilakukan tidak lancar

Terlihat 5-6 urutan gerak dilakukan tidak lancar

Terlihat lebih 7 urutan gerak yang tidak lancar 5 4 3 2 1 5 c. Penggunaan Properti

Semua gerak dilakukan dengan teknik penggunaan properti yang benar

Terlihat 1-2 gerak dilakukan dengan teknik penggunaan properti yang tidak benar

Terlihat 3-4 gerak dilakukan dengan teknik penggunaan properti yang tidak benar

Terlihat 5-6 gerak dilakukan dengan teknik penggunaan properti yang tidak benar

Terlihat lebih dari 7 gerak dilakukan dengan teknik

penggunaan properti yang tidak benar 5 4 3 2 1 5

2 Aspek Wirama

a. Tempo/ Ketukan Gerak

Tidak terdapat kesalahan dalam tempo gerak baik tenaga, ruang, dan kecepatan seluruh gerak Terdapat kesalahan 1-2 tempo gerak baik tenaga, ruang dan kecepatan

Terdapat kesalahan 3-4 tempo gerak baik tenaga, ruang dan kecepatan

Terdapat kesalahan 5-6 tempo gerak baik tenaga, ruang dan kecepatan

Terdapat kesalahan lebih dari 7 tempo gerak baik tenaga, ruang dan kecepatan 5 4 3 2 1 5


(61)

42

b. Kesesuian dengan Musik

Semua gerak dilakukan sesuai dengan musik

terdapat 1-2 gerak dilakukan tidak sesuai dengan musik

Terdapat 3-4 gerak dilakukan tidak sesuai musik

Terdapat 5-6 gerak dilakukan tidak sesuai musik

Terdapat lebih dari 7 gerak dilakukan tidak sesuai musik

5 4 3 2 1 5

3 Aspek Wirasa (Ekspresi Wajah)

Dari awal hingga akhir ekspresi wajah selalu senyum

Terlihat 1-2 kali ekspresi wajah tanpa senyum/bingung

Terlihat 3-4 kali ekspresi wajah tanpa senyum/bingung

Terlihat 5-6 kali ekspresi wajah tanpa senyum/bingung

Terlihat lebih dari 7 kali ekspresi wajah tanpa senyum/bingung

5 4 3 2 1 5

Penjelasan tentang subindikator dari penilaian di atas diuraikan sebagai berikut.

a. Teknik Gerak

Teknik gerak yang dimaksud dalam subindikator penilaian adalah penggunaan teknik yang sesuai dengan teknik gerak motif-motif gerak tari Melinting, seperti yang telah dipaparkan pada Bab II tentang elemen gerak tari Melinting. Bahwa setiap motif tari Melinting mempunyai teknik gerak masing-masing. Contoh kesalahan dalam teknik gerak menari Melinting, yakni siswa menggerakkan gerakan kaki nginjek lado yang seharusnya, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai, angkat dan letakkan tumit ke arah kanan, tepukkan telapak kaki kiri ke arah kanan, angkat dan letakkan tumit kaki kiri kearah kanan, lakukan berulang-ulang


(62)

43

Tetapi siswa menggerakkan kaki nginjek lado, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai tumit tidak diangkat dan langsung menepukkan telapak kaki kiri sehingga jelas siswa bergerak tidak sesuai teknik gerak kaki nginjek lado.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menarikan dengan teknik gerak yang benar maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak tekniknya tidak tepat diberi skor 4. Jika terlihat 3-4 gerak tekniknya tidak tepat maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 teknik gerak yang tidak tepat dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 atau lebih gerak yang tidak tepat yang tidak sesuai dengan teknik gerak tari Melinting.

b. Urutan Gerak

Urutan gerak yang dimaksud dalam subindikator penilaian adalah urutan gerak tari Melinting mulai dari awal sampai pada akhir tarian. Contoh urutan gerak yang kurang tepat, yakni pada saat siswa menarikan tari Melinting seharusnya gerak nginyau bias 2x8 tetapi yang digerakkan gerak melayang 2x8. Hal ini terjadi bisa karena lupa atau kurang latihan sehingga pada saat menari Melinting siswa tidak sesuai urutan geraknya, yang berdampak pada tidak seragamnya gerakan dengan teman kelompoknya.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menarikan dengan urutan yang tepat maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak urutannya tidak tepat maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terlihat 3-4 urutan geraknya tidak


(63)

44

tepat maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 urutan gerak yang tidak tepat dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 atau lebih urutan gerak yang tidak tepat yang tidak sesuai dengan urutan gerak yang dibuat dalam tari Melinting.

c. Penggunaan Properti

Properti yang digunakan dalam tari Melinting ialah sepasang kipas, yang

digunakan di tangan kanan dan tangan kiri penari. Cara memegang kipas ini kipas harus berdiri tegak di kedua tangan. Tekniknya yakni dengan memegang pegangan kipas tersebut dengan empat jari kecuali ibu jari, kegunaannya agar ibu jari dapat menahan berdiri tegaknya kipas dikedua tangan. Penggunaan kipas ini harus mengikuti gerak pergelangan tangan seperti gerak memutar maka kipas harus berputar sempurna seperti tangan. Begitu juga saat mendorong tangan ke depan kipas harus berdiri tegak serta pada saat gerakan babar kipas kipas juga harus tetap berdiri tegak namun tetap luwes mengikuti gerakan tangan (Novrida, Nurhayati, 2004). Contoh penggunaan properti kipas yang kurang tepat, yakni ketika siswa menari Melinting, kipas tidak berdiri tegak, sehingga terlihat kurang estetis.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menggunakan properti dengan benar maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak penggunaan properti tidak maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terlihat 3-4 gerak penggunaan properti tidak tepat maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 gerak penggunaan properti yang tidak tepat


(64)

45

dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 gerak atau lebih penggunaan properti tidak tepat yang tidak sesuai dengan teknik gerak tari Melinting.

b. Tempo Gerak

Tempo gerak yang dimaksud dalam subindikator penilaian adalah kerja sama antara tenaga, ruang gerak, dan kecepatan gerak. Setiap motif gerak harus digerakkan sesuai dengan teknik gerak masing-masing sehingga tenaga, ruang gerak, dan kecepatan gerakan akan tepat, tidak terlalu lemah, terlalu melebar atau menyempit dan terlalu cepat atau terlalu lambat karena itu tempo gerak dalam menari Melinting harus tepat. Contoh tempo gerak yang kurang tepat, yakni ketika siswa menari Melinting, siswa menggerakkan gerakan sughung sekapan, misal yang harusnya hitungan keempat adalah tangan kiri dan kaki kanan tapi siswa menggerakkan satu ketukan lebih cepat atau lebih lambat dari hitungan yang seharusnya.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menarikan dengan tempo yang tepat, maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak temponya tidak tepat atau terlalu cepat maupun lambat maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terlihat 3-4 gerak temponya tidak tepat atau terlalu cepat maupun lambat maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 tempo gerak yang tidak tepat, tidak bertenaga atau gerak tidak sesuai teknik dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 atau


(65)

46

lebih tempo gerak yang tidak tepat yang tidak sesuai dengan teknik gerak tari Melinting.

c. Kesesuaian Gerak dengan Musik

Dalam tari Melinting sudah ada pedoman tentang penggunaan musik/tabuhan apa saja yang digunakan dalam menari Melinting. Dalam menari, gerak harus sesuai dan menyatu dengan musik sehingga tarian yang dibawakan akan lebih indah untuk dinikmati. Contoh kesesuaian gerak dengan musik yang kurang tepat, yakni ketika siswa menari pada saat adegan pembukaan yang diiringi dengan musik arus, tapi gerakan siswa tidak sesuai dengan karakter musik arus yang cepat dan tegas, gerakan siswa justru lebih cenderung pelan dan lembut, sehingga kurang menyatu dengan musik.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menarikan dengan musik yang tepat maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak dilakukan tidak sesuai dengan musik maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terlihat 3-4 gerak dilakukan tidak sesuai dengan musik maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 gerak dilakukan tidak sesuai dengan musik dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 atau lebih gerak dilakukan tidak sesuai dengan musik.


(66)

47

f. Ekspresi Wajah

Tari Melinting pada dasarnya adalah tari Keratuan Melinting yang ditarikan oleh putra-putri Keratuan Keratuan Melinting, yang ditarikan pada upacara adat saja. Dalam perkembangannya tari Melinting boleh ditarikan oleh siapa saja dan tidak hanya dalam upacara adat saja, seperti menyambut tamu agung sehingga

pembawaan dan ekspresi penari harus layaknya putra putri Keratuan Melinting yang gagah dan anggun, ramah yang ditunjukkan selalu menebar senyum, selain itu ekspresi wajah sangat penting dalam menari karena akan menambah karakter dan kharisma tarian tersebut. Dalam menari Melinting harus selalu terlihat ramah dengan senyumannya. Sebaliknya, penari tidak boleh terlihat bingung dan tatapan mata tidak terarah atau selalu melihat ke bawah. Contoh kesalahan dalam ekspresi wajah ialah pada saat sedang menari Melinting siswa lupa gerakan karena belum hafal urutan gerak sehingga ekspresi wajah siswa akan terlihat bingung dan selalu melihat kearah temannya yang lain.

Apabila dalam menari Melinting siswa dapat menarikan dengan ekspresi yang benar, maka siswa akan mendapat skor 5. Jika terlihat 1-2 gerak ekspresinya tidak tepat atau terlihat bingung maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terlihat 3-4 gerak ekspresinya tidak tepat atau selalu menatap ke bawah maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam menari terlihat 5-6 gerak dengan ekspresi wajah tidak tepat, bingung atau tidak wajar dan skor 1 diperoleh apabila siswa dalam menari Melinting terlihat 7 atau lebih gerak dengan ekspresi yang tidak tepat, bingung atau selalu menatap ke bawah.


(67)

48

3.4 Teknik Analisis Data

Cara yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian adalah sebagai berikut.

a. Memeriksa kembali hasil yang sudah didapat.

b. Memberi skor hasil kemampuan menari Melinting berdasarkan indikator yang dijadikan acuan. Skor terendah 1 dan skor tertinggi 5 untuk setiap indikator. Hasil tes siswa dikoreksi oleh dua penskor, yaitu penskor I (penulis) dan penskor II (guru seni tari SMAN 1 Kotagajah).

c. Menjumlah skor menarikan tari Melinting per indikator per siswa dengan mengambil skor rata-rata dari hasil penskor 1 dan hasil skor penskor II. d. Menentukan nilai persentase kemampuan menari Melinting siswa pada

indikator yang dinilai berdasarkan rumus berikut.

=� �� �ℎ� � � � X %

e. Menghitung rata-rata tingkat kemampuan menari Melinting siswa dengan rumus berikut.

� = ∑�X %

Keterangan:

X = Skor rata-rata

∑X = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah sampel


(68)

49

f. Menentukan tingkat kemampuan menari Melinting siswa berdasarkan penilaian yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2001:339) seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menari Melinting Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah.

Interval Persentase Tingkat Kemampuan

Keterangan 85%-100%

75%-84% 59%-74% 40%-58% 0%-39%

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali (Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399)


(69)

86

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 tergolong dalam kategori baik, yakni dengan skor rata-rata 76%. Kemampuan siswa dalam menari Melinting tersebut ditinjau dari tiga indikator, yaitu:

1. Indikator wiraga dengan nilai rata-rata 75,03% yang terbagi dalam subindikator teknik gerak dengan nilai rata-rata 79,67%, indikator hafalan gerak dengan nilai rata-rata 80,25% dan indikator teknik penggunaan properti dengan nilai rata-rata 74,54%.

2. Indikator wirama diperoleh nilai rata-rata 72,82% yang terbagi dalam subindikator tempo/ketukan gerak dengan nilai rata-rata 78,45% dan indikator kesesuaian dengan musik dengan nilai rata-rata 73,25%. 3. Indikator wirasa diperoleh nilai rata-rata 72,75% dengan subindikator


(70)

87

5.2 Implikasi

Dengan dilakukannya penelitian ini memberikan informasi kepada siswa, guru dan sekolah tentang kemampuan menari siswa, khususnya kemampuan menari melinting. Hal ini menumbuhkan kesadaran kepada siswa untuk membenahi indikator-indikator yang masih kurang dengan dipantau oleh guru secara berkala, sekolah juga mendapat informasi mengenai kemampuan menari siswa-siswinya sehingga memberikan perhatian yang lebih, dapat terlihat dari sarana dan prasarana yang semakin dilengkapi, begitu juga dengan aktivitas belajar siswa. Perkembangan yang cukup membanggakan ialah saat ini SMA Negeri 1 Kotagajah mendapat juara 1 pada seleksi provinsi untuk mewakili Lampung pada FLS2N tingkat SMA di lombok serta juara-juara menari lainya semenjak dilakukannya penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sangat membantu dan penting dilakukan.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal berikut. a. Guru Mata Pelajaran Seni Budaya Cabang Seni Tari

Guru mata pelajaran seni budaya cabang seni tari khusunya di SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012 agar lebih meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam yakni pada pelajaran menari Melinting khususnya pada aspek wiraga pada indikator penggunaan properti, aspek wirama pada indikator kesesuian dengan musik dan aspek wirasa pada indikator ekspresi


(71)

88

wajah, dengan cara mengontrol latihan secara berkala dan selalu melihat perkembangan masing-masing siswa tiap pekannya.

b. Siswa

Siswa khususnya siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 untuk rajin berlatih menari dengan

memperhatikan ketiga aspek kepenarian tersebut, sehingga kemampuan menari siswa akan lebih baik lagi.

c. Peneliti Selanjutnya

Kajian penelitian ini berfokus pada kemampuan menari melinting siswa SMA sebagai hasil belajar. Belum mendeskripsikan data menerapkan strategi dalam proses belajar di sekolah. Dengan demikian, disarankan bagi peneliti yang berminat pada kajian sejenis untuk melanjutkan penelitian pada proses pembelajaran dengan penerapan strategi tertentu dalam pembelajaran seni tari Melinting mata pelajaran seni budaya di sekolah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences; The Theory in Practice. New York:

Basic Book Inc

Gibson, Ivancevich Donnelly. 1997. Organization. Texas: Richard D. Irwin Inc. Hadikusuma, Kunaryo. Munib, Achmad. Budiono. Suryono, Sawa. 1996. Pengantar

Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Pres.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Pendekatan Tari Nonliteral. Yogyakarta: Manthili. Hawkins, Alma M. 1990. Creating Through Dance. Los Angeles : University Of

California. Dialih bahasakan oleh Y. Sumandyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Junaidi. 1996. Mengenal Tari Bedana. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.

Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Novrida, Nurhayati. 2004. Deskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung: Taman Budaya.

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.


(73)

89

Robbin, Stephen P. 2007. Organizational Behavior 12th. New Jersey: Prentice Hall.

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

The, Liang Gie. 1977. Ensiklopedi Administrasi. Edisi Revisi. Jakarta: Gunung Agung.

The, Liang Gie. 1981. Kamus Administrasi Perkantoran (Dictionary of Office Managament). Yogyakarta: Nur Cahaya.

Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Usman, Husaini. Setiady Akbar, Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Yusdi, Milman. 2010. Pengertian Kemampuan. http://milmanyusdi.blogspot.com/


(1)

f. Menentukan tingkat kemampuan menari Melinting siswa berdasarkan penilaian yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2001:339) seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menari Melinting Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah.

Interval Persentase Tingkat Kemampuan

Keterangan 85%-100%

75%-84% 59%-74% 40%-58% 0%-39%

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali (Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399)


(2)

86

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan menari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 tergolong dalam kategori baik,

yakni dengan skor rata-rata 76%. Kemampuan siswa dalam menari Melinting tersebut ditinjau dari tiga indikator, yaitu:

1. Indikator wiraga dengan nilai rata-rata 75,03% yang terbagi dalam subindikator teknik gerak dengan nilai rata-rata 79,67%, indikator hafalan gerak dengan nilai rata-rata 80,25% dan indikator teknik penggunaan properti dengan nilai rata-rata 74,54%.

2. Indikator wirama diperoleh nilai rata-rata 72,82% yang terbagi dalam subindikator tempo/ketukan gerak dengan nilai rata-rata 78,45% dan indikator kesesuaian dengan musik dengan nilai rata-rata 73,25%. 3. Indikator wirasa diperoleh nilai rata-rata 72,75% dengan subindikator


(3)

5.2 Implikasi

Dengan dilakukannya penelitian ini memberikan informasi kepada siswa, guru dan sekolah tentang kemampuan menari siswa, khususnya kemampuan menari melinting. Hal ini menumbuhkan kesadaran kepada siswa untuk membenahi indikator-indikator yang masih kurang dengan dipantau oleh guru secara berkala, sekolah juga mendapat informasi mengenai kemampuan menari siswa-siswinya sehingga memberikan perhatian yang lebih, dapat terlihat dari sarana dan prasarana yang semakin dilengkapi, begitu juga dengan aktivitas belajar siswa. Perkembangan yang cukup membanggakan ialah saat ini SMA Negeri 1 Kotagajah mendapat juara 1 pada seleksi provinsi untuk mewakili Lampung pada FLS2N tingkat SMA di lombok serta juara-juara menari lainya semenjak dilakukannya penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sangat membantu dan penting dilakukan.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal berikut. a. Guru Mata Pelajaran Seni Budaya Cabang Seni Tari

Guru mata pelajaran seni budaya cabang seni tari khusunya di SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2011/2012 agar lebih meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam yakni pada pelajaran menari Melinting khususnya pada aspek wiraga pada indikator penggunaan properti, aspek wirama pada indikator kesesuian dengan musik dan aspek wirasa pada indikator ekspresi


(4)

88

wajah, dengan cara mengontrol latihan secara berkala dan selalu melihat perkembangan masing-masing siswa tiap pekannya.

b. Siswa

Siswa khususnya siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 untuk rajin berlatih menari dengan

memperhatikan ketiga aspek kepenarian tersebut, sehingga kemampuan menari siswa akan lebih baik lagi.

c. Peneliti Selanjutnya

Kajian penelitian ini berfokus pada kemampuan menari melinting siswa SMA sebagai hasil belajar. Belum mendeskripsikan data menerapkan strategi dalam proses belajar di sekolah. Dengan demikian, disarankan bagi peneliti yang berminat pada kajian sejenis untuk melanjutkan penelitian pada proses pembelajaran dengan penerapan strategi tertentu dalam pembelajaran seni tari Melinting mata pelajaran seni budaya di sekolah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences; The Theory in Practice. New York:

Basic Book Inc

Gibson, Ivancevich Donnelly. 1997. Organization. Texas: Richard D. Irwin Inc. Hadikusuma, Kunaryo. Munib, Achmad. Budiono. Suryono, Sawa. 1996. Pengantar

Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Pres.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Pendekatan Tari Nonliteral. Yogyakarta: Manthili. Hawkins, Alma M. 1990. Creating Through Dance. Los Angeles : University Of

California. Dialih bahasakan oleh Y. Sumandyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Junaidi. 1996. Mengenal Tari Bedana. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.

Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Novrida, Nurhayati. 2004. Deskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung: Taman Budaya.

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.


(6)

89

Robbin, Stephen P. 2007. Organizational Behavior 12th. New Jersey: Prentice Hall. Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

The, Liang Gie. 1977. Ensiklopedi Administrasi. Edisi Revisi. Jakarta: Gunung Agung.

The, Liang Gie. 1981. Kamus Administrasi Perkantoran (Dictionary of Office

Managament). Yogyakarta: Nur Cahaya.

Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Usman, Husaini. Setiady Akbar, Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Yusdi, Milman. 2010. Pengertian Kemampuan. http://milmanyusdi.blogspot.com/