10
dilandasi sikap ilmiah maka tidak akan ilmu yang diperolehnya itu benar dan ilmu itu hanya tulisan atau produk yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Produk berupa pengetahuan, hukum, teori, dan yang lainnya apabiladilakukan dengan melalui langkah-langkah atau proses ilmiah
serta dilandasi sikap ilmiah maka produk tersebut akan diterima dan digunakan karena produk tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hakikat IPA adalah sekumpulan pengetahuan, cara berpikir dan proses
pengetahuan yang digunakan untuk mengetahui gejala alam. Dalam proses mencari pengetahuan peneliti berfikir ilmiah menggunakan
langkah ilmiah dan bersikap ilmiah. IPA memiliki tiga ilmu dasar yaitu, fisika, kimia dan biologi.
2. Pembelajaran IPA
Gagne dalam Ratna 2011: 2, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Sehingga belajar dapat diartikan sebagai pengalaman proses dimana siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan untuk membentuk siswa ke arah yang lebih baik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan kepada sebuah tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam belajar siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran Nana Sudjana, 2005: 28.
11
Proses pembelajaran IPA di kelas harus dapat memberikan pengalaman ilmiah kepada siswa, memberikan kesempatan bekerjasama,
mengembangkan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah, sehingga mencapai hasil belajar yang baik Pembelajaran merupakan suatu
proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswadan mengajar berorientasi pada apa
yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pembelajaran Jihas, Haris, 2008: 11.
Dari paparan di atas maka pembelajaran IPA merupakan suatu proses yang diarahkan kepada tujuan sehingga berubah perilakunya akibat
pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya melalui model pembelajaran. Pembelajaran IPA yang dilakukan juga harus beorientasi
terhadap lingkungan sebab tidak hanya guru saja yang digunakan sebagai sumber belajar tetapi lingkungan juga dapat digunakan sebagai sumber
belajar. Sumber belajar yang digunakan dan proses pembelajaran siswa harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Model pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran Slavin, 2010:4.
Menurut Agus
Suprijono 2010:54-65
menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
12
jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif
cooperative learning
merupakan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen
Rusman, 2012: 202. Kelompok-kelompok kecil membuat siswa berinteraksi dengan siswa dalam satu kelompok. Siswa belajar tentang
kerja sama, bertukar pendapat dan menolong siswa lain. Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa
perspektif. Perspektif pertama yaitu motivasi artinya penghargaan diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. Perspektif kedua yaitu sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena anggota kelompok menginginkan semua anggotanya memperoleh keberhasilan. Perspektif ketiga yaitu pengembangan kognitif
artinya melalui interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi Wina
Sanjaya, 2006: 242. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe seperti
jigsaw, STAD, TGT, Make a Match dan lainnya. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Para siswa bekerja
dalam tim yang heterogen. Siswa diberi tugas membaca bab atau topik
13
dengan fokus yang berbeda pada masing-masing kelompok asal. Siswa yang telah membaca berkelompok dengan kelompok yang lain membahas
topik yang sama sebagai kelompok ahli. Para siswa yang berasal dari kelompok ahli bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik
mereka. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi. Setiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk memberikan informasi yang
diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilainan Slavin, 2005: 237-246.
Student Team-Achievement Divisions STAD merupakah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk guru baru menggunakan pendekatan kooperatif Slavin, 2005: 143. Model pembelajaran ini terdiri
lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.
Menurut Slavin 2005: 163-166 Team-Game-Turnamen TGT hampir sama dengan STAD hanya saja pada TGT menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu. Sistem skor kemajuan individu pada TGT yaitu para
siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja akademiknya setara dengan mereka.
Make a Match merupakan model pembelajaran kooperatif yang beranggotakan dua kelompok besar yaitu kelompok pertanyaan dan
jawaban. Para siswa yang sudah belajar tentang materi diberi kartu
14
pertanyaan dan jawaban. Siswa mencari pasangan mereka sesuai kartu yang mereka dapatkan.
Berdasarkan beberapa tipe-tipe model kooperatif ini peneliti mengambil tipe Make a Match sebagai variabel bebas penelitian. Tipe