Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Bagaimana pengaruh model Cooperative Learning tipe Make a Match
terhadap keterampilan sosial siswa dalam pelajaran IPA SMP? 2.
Bagaimana pengaruh model Cooperative Learning tipe Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPA SMP?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah.
1. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Make a Match
terhadap keterampilan sosial siswa dalam pelajaran IPA SMP. 2.
Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPA SMP.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1.
Manfaat bagi sekolah Diharapkan dengan adanya penelitian ini terdapat peningkatan hasil belajar
siswa. Setelah adanya penelitian ini diharapkan sekolah lebih kreatif dan variatif lagi dalam menggunakan model pembelajaran.
2. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPA.
Penelitian ini juga dapat menambah inovasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
3. Manfaat bagi siswa
Diharapakan setelah adanya penelitian ini siswa lebih aktif dan semangat lagi mengikuti pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar kognitif siswa
dapat meningkat. 4.
Manfaat bagi peneliti Setelah melakukan penelitian ini maka dapat meningkatkan kemampuan
peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti menggunakan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan dan membantu peneliti memperoleh gelar
sarjana pendidikan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat IPA
Sains berawal dari rasa ingin tahu manusia tentang gelaja alam yang diamati. Sains pada hakikatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan
a body of knowledge, cara atau jalan berpikir a way of thinking,dan cara untuk penyelidikan a way of investigating. Hakikat IPA atau sains
dipandang sebagai ilmu yang komprehensif Collette dan Chiappetta, 1994: 30. Hakikat IPA menurut Trianto 2010: 37, bahwa hakikat IPA
semata-mata tidaklah hanya dimensi pengetahuan keilmuan, namun juga dimensi nilai. Sehingga hakikat IPA adalah serangkaian cara berpikir
serta cara penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan melalui nilai-nilai sikap ilmiah. Menurut Trianto 2010: 137,
IPA sebagai
proses diartikan
semua kegiatan
ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun menemukan pengetahuan
baru. Dalam
mencari tahu
pengetahuan peneliti
menggunakan cara berpikir ilmiah dan langkah-langkah ilmiah. Langkah- langkah ilmiah dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang tidak
hanya dapat diakuioleh orang lain tetapi juga dapat dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya atau pengetahuannya. Selain menggunakan
langkah-langkah ilmiah, seorang peneliti juga wajib bersikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan pondasi dasar seorang peneliti, sebab tanpa
10
dilandasi sikap ilmiah maka tidak akan ilmu yang diperolehnya itu benar dan ilmu itu hanya tulisan atau produk yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Produk berupa pengetahuan, hukum, teori, dan yang lainnya apabiladilakukan dengan melalui langkah-langkah atau proses ilmiah
serta dilandasi sikap ilmiah maka produk tersebut akan diterima dan digunakan karena produk tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hakikat IPA adalah sekumpulan pengetahuan, cara berpikir dan proses
pengetahuan yang digunakan untuk mengetahui gejala alam. Dalam proses mencari pengetahuan peneliti berfikir ilmiah menggunakan
langkah ilmiah dan bersikap ilmiah. IPA memiliki tiga ilmu dasar yaitu, fisika, kimia dan biologi.
2. Pembelajaran IPA
Gagne dalam Ratna 2011: 2, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Sehingga belajar dapat diartikan sebagai pengalaman proses dimana siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan untuk membentuk siswa ke arah yang lebih baik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan kepada sebuah tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam belajar siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran Nana Sudjana, 2005: 28.
11
Proses pembelajaran IPA di kelas harus dapat memberikan pengalaman ilmiah kepada siswa, memberikan kesempatan bekerjasama,
mengembangkan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah, sehingga mencapai hasil belajar yang baik Pembelajaran merupakan suatu
proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswadan mengajar berorientasi pada apa
yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pembelajaran Jihas, Haris, 2008: 11.
Dari paparan di atas maka pembelajaran IPA merupakan suatu proses yang diarahkan kepada tujuan sehingga berubah perilakunya akibat
pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya melalui model pembelajaran. Pembelajaran IPA yang dilakukan juga harus beorientasi
terhadap lingkungan sebab tidak hanya guru saja yang digunakan sebagai sumber belajar tetapi lingkungan juga dapat digunakan sebagai sumber
belajar. Sumber belajar yang digunakan dan proses pembelajaran siswa harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Model pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran Slavin, 2010:4.
Menurut Agus
Suprijono 2010:54-65
menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
12
jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif
cooperative learning
merupakan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen
Rusman, 2012: 202. Kelompok-kelompok kecil membuat siswa berinteraksi dengan siswa dalam satu kelompok. Siswa belajar tentang
kerja sama, bertukar pendapat dan menolong siswa lain. Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa
perspektif. Perspektif pertama yaitu motivasi artinya penghargaan diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. Perspektif kedua yaitu sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena anggota kelompok menginginkan semua anggotanya memperoleh keberhasilan. Perspektif ketiga yaitu pengembangan kognitif
artinya melalui interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi Wina
Sanjaya, 2006: 242. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe seperti
jigsaw, STAD, TGT, Make a Match dan lainnya. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Para siswa bekerja
dalam tim yang heterogen. Siswa diberi tugas membaca bab atau topik
13
dengan fokus yang berbeda pada masing-masing kelompok asal. Siswa yang telah membaca berkelompok dengan kelompok yang lain membahas
topik yang sama sebagai kelompok ahli. Para siswa yang berasal dari kelompok ahli bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik
mereka. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi. Setiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk memberikan informasi yang
diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilainan Slavin, 2005: 237-246.
Student Team-Achievement Divisions STAD merupakah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk guru baru menggunakan pendekatan kooperatif Slavin, 2005: 143. Model pembelajaran ini terdiri
lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.
Menurut Slavin 2005: 163-166 Team-Game-Turnamen TGT hampir sama dengan STAD hanya saja pada TGT menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu. Sistem skor kemajuan individu pada TGT yaitu para
siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja akademiknya setara dengan mereka.
Make a Match merupakan model pembelajaran kooperatif yang beranggotakan dua kelompok besar yaitu kelompok pertanyaan dan
jawaban. Para siswa yang sudah belajar tentang materi diberi kartu
14
pertanyaan dan jawaban. Siswa mencari pasangan mereka sesuai kartu yang mereka dapatkan.
Berdasarkan beberapa tipe-tipe model kooperatif ini peneliti mengambil tipe Make a Match sebagai variabel bebas penelitian. Tipe
Make a Match paling sesuai dengan materi yang digunakan pada penelitian yaitu “Getaran dan Gelombang”. Model kooperatif tipe Make a
Match pada penelitian ini digunakan pada akhir pembelajaran yang berfungsi sebagai evaluasi pembelajaran.
4. Ma
ke a Match
Make a Match merupakan salah satu bagian dari struktural yang menekankan pada struktur yang dirancang yang digunakan untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tersebut memiliki tujuan umum diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan
mengajarkan keterampilan sosial Sugiyanto, 2010: 44-48. Tabel 2.1.Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set Menyampaikan
tujuan dan
menyiapkan siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan siswa
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada siswa secara verbal Fase 3: Organize students into
learning teams Mengorganisir siswa ke dalam
tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada
siswa tentang
tata cara
pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
15
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan
siswa mengenai
materi pembelajaran
atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Memberikan penghargaan
Mempersiapkan cara
untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Sumber : Sugiyanto, 2010: 44-48. Metode Make a Match mencari pasangan pertama kali
dikembangkan oleh Lorna Curran Miftahul Huda, 2011: 113 mencari variasi mode berpasangan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode ini.
Langkah- langkah pembelajaran Make a Match: a.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk sesi review persiapan menjelang tes atau ujian.
b. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
c. Mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
d. Siswa dapat bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang
kartu yang berhubungan. Miftahul Huda 2013: 253-254 mengatakan bahwa kelebihan dan
kelemahan model Cooperative Learning tipe Make a Match adalah :
16
a. Kelebihan model pembelajaran tipe Make a Match antara lain.
1 Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik 2
Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan 3
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
4 Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi 5
Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. b.
Kelemahan model pembelajaran tipe Make a Match antara lain: 1
Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2 Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya. 3
Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4 Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. 5
Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match merupakan model
pembelajaran konstrukstivisme yang membagi siswa menjadi dua
17
kelompok besar. Model pembelajaran ini membuat siswa lebih berinteraksi dengan siswa yang lain. Model pembelajaran ini menggunaka media kartu
untuk pertanyaan dan jawaban.
5. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial
adalah kemampuan
individu untuk
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari.
Remaja dengan
keterampilan sosial
akan mampu
mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain Hargie, Saunders,
Dickson dalam Gimpel Merrell, 1998. Keterampilan sosial yang dimaksudkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2007 mencakup kecakapan berkomunikasi communication skill, kecakapan
bekerjasama collaboration skill dan kecakapan bertanggung jawab accountability skill. Jarolimek dalam Jakiatin Nisa 2010: 62
mengemukakan bahwa keterampilan sosial dapat meliputi: living and working together;taking turns; respecting the right of others; being
socially sensitive hidup dan bekerjasama, bergiliran, respek dan sensitif terhadap hak orang lain. Learning self-control and self-direction belajar
mengontrol diri dan tahu diri. Sharing ideas and experience with others berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain.
18
Sub indikator dalam keterampilan sosial menurut Jarolimek dalam Jakiatin Nisa 2010: 62 yaitu:
1. Bekerja Sama meliputi membantumenolong orang lain, menghargai
orang lain, dan bergiliran 2.
Mengontrol diri dan orang lain meliputi mengucapkan kata-kata baik, mengontrol emosi, dan mengikuti petunjukaturan
3. Menyampaikan pendapat yaitu menyampaikan pendapat dan menerima
pendapat Berdasarkan rujukan maka keterampilan sosial adalah keterampilan
seseorang kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif sesuai dengan situasi dan kondisi dan mampu mengungkapkan perasaan baik
positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Keterampilan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi,
kecakapan bekerjasama dan kecakapan bertanggung jawab. Keterampilan sosial yang digunakan pada penelitian ini adalah keterampilan bekerja
sama, mengontrol diri dan orang lain, dan menyampaikan pendapat.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar menurut Sugandi 2007:63 hasil
belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas secara bergradasi dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan
teknik-teknik penilaian tertentu. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Aspek
19
perubahan perilaku tersebut tergantung yang dipelajari oleh siswa Achmad Rifa’i, 2009:85.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono: 2010:5-7 hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam
perkembangannya taksonomi Bloom dimulai sejak tahun 1948 oleh Bloom di bawah bimbingan Ralph Tyler, dan baru diselesaikan dan
dipublikasikan resmi
tahun 1956.
Bloom dan
kawan-kawan mengembangkan ranah koognitif menjadi enam klompok, yang tersusun
secara hierarki mulai dari kemampuan yang paling rendah lower order thinking sampai kemampuan berpikir tingkat tinggi higher order
thinking, yaitu: 1 knowledge, 2 comprehension, 3 application-ketiganya termasuk lower order thinking, dan 4 analysis, 5 syinthesis, dan
evaluation yang termasuk dalam higher order thinking. Taksonomi Bloom yang lama direvisi menurut Anderson dan
Krathwohl ada enam proses kognitif yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Hasil revisi
yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl menjadikan enam kategori proses kognitif menurut tingkat kompleksistas Wowo Sunaryo Kuswana,
2012: 109-110. Mengingat artinya mendapatkan kembali pengetahuan yang tersimpan pada memori jangka panjang. Memahami artinya
mendeskripsikan isi pembelajaran mencakup tulisan dan komunikasi grafik. Menerapkan artinya menggunakan prosedur dalam situasi yang
diharapkan. Menganalisis artinya memecah materi menjadi bagian-bagian
20
pokok dan menggambarkan bagian-bagian tersebut. Mengevaluasi artinya menilai yang didasarkan pada standar kriteria. Menciptakan artinya
menempatkan bagian secara bersama pada suatu ide untuk memperoleh hasil yang baik.
Tabel 2.2. Hubungan dan Dimensi Proses Kognitif
Kategori proses kognitif Contoh
1. Mengingat:
Mendapatkan pengetahuan dari memori jangka panjang 1.1 Mengenal
Tanggal-tanggal penting sejarah negara
1.2 Mengingat Mengingat kembali tanggal-tanggal
penting sejarah negara 2.
Memahami: Membangun pengertian dari pesan pembelajaran, diantaranya oral,
tulisan dan komunikasi grafik 2.1 Mengartikan
Menguraikan dengan
kata-kata sendiri dalam pidato
2.2 Memberikan contoh Memberikan contoh macam-macam
gaya lukisan artistik 2.3 Mengklasifikasi
Mengamati atau menggambarkan kasus kekacauan mental
2.4 Menyimpulkan Menulis kesimpulan pendek dari
kejadian yang ditayangkan video 2.5 Menduga
Mengambil kesimpulan dasar-dasar contoh dari pembelajaran bahasa
asing
2.6 Membandingkan Membandingkan
peristiwa- peristiwa sejarah dengan situasi
sekarang 2.7 Menjelaskan
Menjelaskan penyebab peristiwa penting Perancis abad ke 18
3. Menerapkan:
Menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan 3.1 Menjalankan
Membagi sau angka dengan seluruh angka dengan perkalian
3.2 Melaksanakan Menetapkan situasi tepatnya hukum
Newton yang kedua
21
Kategori proses kognitif Contoh
4. Menganalisis:
Memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan mendeskripsikan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain
maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan
4.1 Membedakan Membedakan angka yang relevan
dan tidak relevan dalam satu soal matematika
4.2 Mengorganisasi Bukti-bukti
struktur dalam
deskripsi sejarah menjadi sesuatu atau melawan sesuatu penjelasan
sejarah
4.3 Mendekonstruksi Menetapkan pandangan para ahli
dalam pandangan politiknya 5.
Menilai: Membuat penilaian yang didasarkan pada kriteria standar
5.1 Memeriksa Menetapkan apakah kesimpulan
para ilmuan sesuai dengan data yang diteliti
5.2 Menilai Menilai antara dua metode mana
yang terbaik
yang dapat
menyelesaikan masalah 6.
Menciptakan: Menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama kedalam suatu ide
semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik 6.1 Menghasilkan
Menghasilkan hipotesis
untuk menghitung fenomena yang sudah
diteliti 6.2 Merencanakan
Merencanakan penelitian mengenai masalah sejarah
6.3 Membangun Membangun sebuah habitat baru
untuk menyakinkan tujuan yang baru
Sumber: Wowo Sunaryo Kuswana, 2012: 117-118 Berdasarkan paparan di atas bahwa hasil belajar kognitif adalah
perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Hasil belajar kognitif digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran.
22
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 tingkatan kognitif yaitu mengingat,
memahami, menerapkan
dan menganalisis.
23
7. Kajian Keilmuan
a. Getaran
Getaran adalah salah satu bentuk gerak yang khusus Mirza Satriawan, 2007: 1. Getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui
titik kesetimbangan. Satu getaran didefinisikan sebagai satu kali bergetar penuh, yaitu dari titik awal kembali ke titik tersebut. Gerakan yang
dilakukan dari titik awal kembali ke titik tersebut disebut getaran harmonis. Getaran-getaran harmonis ini banyak dijumpai sehari-hari
misalnya sebatang per yang disimpangkan kemudian dilepaskan, getaran- getaran senar, dan kolom udara pada alat musik dan lain sebagainya.
Gambar 2.1. Gerak Bolak-Balik Benda Sumber: Saeful Karim, 2008: 238
Satu kali getaran yang dialami bandul pada gambar di atas adalah ketika bandul bergerak dari titik A1 kembali ke titik A A-B-C-B-A atau
dari titik B kembali ke titik B B-C-B-A-B Saeful Karim, 2008: 238.. Getaran juga dapat dilihat pada pegas yang diberi beban, kemudian diberi
simpangan dan dibiarkan bergerak bolak-balik di sekitar titik
24
kesetimbangannya. Mistar plastik yang salah satu ujungnya ditahan tetap dan ujung yang lain diberi simpangan akan bergetar pula setiap benda
yang melakukan gerak bolak balik di sekitar titik kesetimbangannya dikatakan bergetar
Parameter-parameter getaran 1
Amplitudo Getaran
Gambar 2.2 Gerak Amplitudo Benda Sumber: Saeful Karim, 2008: 328
Pada gambar di atas, misalkan kita anggap titik B adalah titik kesetimbangan. Simpangan terbesar getaran pada gambar di atas adalah
jarak BA atau BC. Simpangan terbesar disebut amplitudo.
2 Periode Getaran
Periode getaran adalah waktu yang ditempuh benda dalam melakukan satu kali getaran. Periode dilambangkan dengan T. Untuk
menghitung periode getaran, digunakan persamaan berikut Saeful Karim, 2008: 239
25
T = ............................................ 1 Saeful Karim, 2008: 239
dimana : T = periode getaran sekon atau detik
� = Waktu sekon atau detik N = banyaknya getaran
3 Frekuensi Getaran
Frekuensi getaran adalah banyaknya getaran yang dilakukan dalam satu detik. Frekuensi dilambangkan dengan f. Untuk menghitung frekuensi
getaran, digunakan persamaan berikut Saeful Karim, 2008: 239. f = ........................................... 2
Saeful Karim, 2008: 239 dimana :
f = frekuensi getaran Hertz atau Hz � = Waktu sekon atau detik
N = banyaknya getaran
b. Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Setiap titik yang dilalui gelombang terjadi getaran, dan getaran tersebut berubah fasenya sehingga
tambak sebagai getaran yang merambat Mirza Satriawan, 2007: 14. Gelombang adalah getaran yang merambat dalam suatu medium. Dalam
peristiwa perambatan
gelombang yang
merambat hanyalah
26
getarannyausikannya, sedang mediumnyazat perantaranya tetap Saeful Karim, 2008: 239.
1 Berdasarkan medium perantaranya gelombang dibedakan menjadi 2
macam yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnet Sutrisno, 1979: 5.
a Gelombang mekanik adalah gelombang yang merambat
memerlukan zat perantara. Gelombang mekanis dicirikan oleh pengangkutan tenaga melalui materi oleh gerak suatu gangguan di
dalam materi tersebut tanpa suatu gerak yang bersangkutan dari materi itu sendiri Halliday,R.1985:609-610.Contoh : gelombang
laut, gelombang bunyi, gelombang pada tali, gelombang pada slinki.
b Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang ditimbulkan
oleh getaran medan listrik dan medan magnet dan dapat merambat tanpa medium zat perantara. Contohnya : gelombang
radio, gelombang cahaya, gelombang radar, sinar x, sinar alfa, sinar beta, dan sinar gama.
2 Jenis-jenis Gelombang
Ada dua jenis gelombang yang dapat di lihat dari arah ramabatan gelombangnya,
yaitu gelombang
transversal dan
gelombang longitudinal.
a Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya
tegak lurus dengar arah getarannya.Misalnya, sebuah tali vertikal di
27
bawah tegangan dibuat berosilasi bolak-balik di sebuah ujung maka sebuah gelombang transversal akan berjalan sepanjang tali tersebut.
Gangguan atau usikkan bergerak sepanjang tali tetapi partikel- partikel tali bergetar di dalam arah yang tegak lurus kepada arah
penjalaran gangguan Halliday,R.1985: 610. b
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar berimpit dengan arah getarnya. Misalnya, bila sebuah
pegas vertikal di bawah tegangan dibuat berisolasi ke atas dan ke bawah di suatu ujung maka sebuah gelombang longitudinal
berjalan sepanjang pegas tersebut. Tali-tali akan bergetar bolak- balik di dalam arah dimana gangguan berjalan sepanjang pegas
atau sejajar. Contoh lain pada gelombang longitudinal yaitu
gelombang bunyi di dalam gas Halliday,R.1985: 612.
3 Parameter-parameter gelombang
a Periode
Periode gelombang
adalah waktu
yang diperlukan
gelombang untuk melakukan satu panjang gelombang Saeful Karim, 2008: 240.
b Frekuensi
28
Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang lewat satu titik selama satu detik Saeful Karim, 2008: 240. Hubungan
antara periode dan frekuensi dapat dituliskan sebagai berikut : T = atau f = ........................................ 3
Saeful Karim, 2008: 240 dimana :
T = periode gelombang sekon atau detik f = frekuensi gelombang Hertz atau Hz
c Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu periode. Panjang satu gelombang sama dengan jarak
yang ditempuh dalam waktu satu periode. Panjang gelombang dari gelombang transversal
Gambar 2.3. Gelombang Transversal Sumber: Saeful Karim 2008: 241
Pada gelombang transversal, satu gelombang terdiri atas 1 puncak dan 1lembah. Jarak antara dua puncak atau dua lembah
yang berurutan disebut setengah panjang gelombang atau ½ λ
lambda
29
Panjang gelombang dari gelombang longitudinal
Gambar 2.4 Gelombang Longitudinal Sumber: Saeful karim, 2008: 246
Pada gelombang longitudinal, satu gelombang 1 λ terdiri dari 1 rapatan dan 1 renggangan.
d Cepat rambat gelombang
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang tiap detik Saeful Karim, 2008: 247. Hubungan antara
v, λ, dan f dituliskan dalam persamaan sebagai berikut. v=
atau v = f λ .................................. 4 Saeful Karim, 2008: 247
dimana : v = cepat rambat gelombang ms
λ = panjang gelombang m T = per iode gelombang s
f = frekuensi gelombang Hz 4
Pemantulan Gelombang
Pada saat berteriak di lereng sebuah bukit, maka akan terdengar suara kembali setelah beberapa saat. Hal ini membuktikan
bahwa bunyi dapat dipantulkan. Bunyi merupakan salah satu contoh gelombang mekanik. Berdasarkan uraian sebelumnya dan dari hasil
30
diskusi, dapat disimpulkan bahwa salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering melihat
pemantulan gelombang air kolam oleh dinding kolam, ataupun gelombang ombak laut oleh pinggir pantai. Dapat diterimanya
gelombang radio dari stasiun pemancar yang sedemikian jauh juga menunjukkan bahwa gelombang radio dapat dipantulkan atmosfer
bumi Saeful Karim, 2008: 248
Gambar 2.5 Pemantulan Tali Ujung Terikat Sumber: Saeful Karim, 2008: 249
Sebuah gelombang merambat pada tali, jika ujung tali diikat pada suatu penopang, gelombang yang mencapai ujung tetap
tersebut memberikan gaya keatas pada penopang. Penopang memberikan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke bawah
pada tali. Gaya ke bawah pada tali inilah yang membangkitkan gelombang pantulan yang terbalik Saeful Karim, 2008: 249.
31
Gambar 2.6. Pemantulan Tali Ujung Bebas Sumber: Saeful Karim, 2008: 249
Pada Gambar ujung yang bebas tidak ditahan oleh sebuh penopang. Gelombang cenderung melampaui batas. Ujung yang
melampaui batas memberikan tarikan ke atas pada tali dan inilah yang membangkitan gelombang pantulan yang tidak terbalik
Saeful Karim, 2008: 249.
B. Hasil Penelitian Relevan
1. Pada tahun 2012, penelitian Ita Ulansari dan Bertha Yonanta mengenai
keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutan penyangga di SMAN 1 Sumberrejo
Bojonegoro, hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial yang meliputi keterampilan komunikasi, keterampilan
kerjasama dan keterampilan tanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan
32
belajar mengajar dapat dikategorikan memberikan hasil yang positif, karena rata-rata pada tiap aspek keterampilan sosial yang diamati sebanyak
≥ 60 siswa memperoleh nilai memuaskan. Berdasarkan kegiatan belajar mengajar I, II dan III keterampilan sosial siswa yang diamati semakin
menunjukkan peningkatan terhadap kategori penilaian. 2.
Tahun 2014, penelitian Anita Ekantini pengembangan LKPD IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpadu eksperimen untuk
meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif siswa SMP berdasarkan hasil uji-t terhadap keterampilan sosial H
ditolak dengan taraf signifikansi 0,000. Variabel keterampilan sosial memberikan
sumbangan efektif terhadap hasil belajar kognitif lebih besar 9,76 jika dibandingkan kemampuan awal 8,24
33
C. Kerangka Pikir Penelitian