Penilaian Saham dari Segi Perspektif Investor

35 tersebut juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham Brigham dan Gapenski, 2000.

2.3.5 Pelaku Pasar Saham

Fahmi 2012mengatakan bahwa para pelaku di pasar saham disamping perusahaan yang bersangkutan juga turut melibatkan pihak lainnya, yaitu: a. Emiten, yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar modal. b. Underwriterpenjamin,yaituyang menjamin perusahaan tersebut dalam menjual sahamnya di pasar modal. c. Broker atau pialang. Shook 2002 menjelaskan bahwa broker adalah perantara antara pembeli dengan penjual sekuritas. Lebih jauh lagi ia menekankan bahwa broker, yang biasanya mengenakan komisi sebagai imbalan atas jasa yang ia berikan, harus terlebih dahulu terdaftar pada bursa sebelum bisa berdagang pada bursa yang dimaksud.

2.3.5.1 Penilaian Saham dari Segi Perspektif Investor

Perspektif investor adalah jauh lebih sederhana dalam memberikan penilaian terhadap kondisi suatu saham. Adapun penilaian seorang investor terhadap suatu saham menurut Fahmi 2012 adalah: a. Prospek usaha atau bisnis yang menjanjikan b. Kinerja keuangan dan non keuangan adalah bagus. 36 c. Penyajian laporan keuangan jelas atau bersifat disclosure pengungkapan secara terbuka dan jelas. d. Terlihatnya sisi keuntungan yang terus meningkat. 2.3.5.2Kategori Saham Per Sektor Industri Reilly dan Brown 2003 mengategorikan saham-saham per sektor industri menjadi lima, yaitu: 1. Saham-saham sektor finansial financial stocks excel. 2. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama consumer durables excel. 3. Saham-saham sektor barang modal capital goods excel. 4. Saham-saham sektor industri dasar basic industries excel. 5. Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok consumer staples excel. Mengenai industri, ada empat bentuk atau kategori industri yang harus dipahami oleh para pialang dalam memutuskan pembelian saham, yaitu sebagaimana dikatakan oleh Haryajid, dkk.2010 di bawah ini. a. Industri yang sedang bertumbuh terjadi pada perusahaan muda usianya dimana perusahaan itu masih aktif untuk melakukan ekspansi. b. Industri matang adalah industri yang kondisinya sudah stabil sehingga lebih cenderung untuk mempertahankan posisi yang sudah ada. 37 c. Industri yang mulai menurun adalah industri dimana telah sangat mapan dan pasarnya telah terbentuk sehingga perlu adanya inovasi bagus untuk menarik pasar yang baru. d. Industri yang sedang berkembang adalah industri yang baru saja berdiri dan masih berupaya untuk mempertahankan hidupnya. 2.3.6Menghitung Keuntungan yang Diharapkan dari Saham Adapun rumus menghitung keuntungan yang diharapkan dari saham adalah: Keterangan: r = keuntungan yang diharapkan dari saham D 1 P = dividen tahun 1 P = harga beli 1 2.3.7Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham = harga jual Adapun rumus untuk menghitung nilai buku perlembar saham adalah: r= � 1 � + � 1 − �0 � N bp = � � � �� 38 Keterangan: N bp T = nilai buku perlembar saham e J = total ekuitas sb 2.3.8Menghitung Pembiayaan Dividen yang tidak Teratur = jumlah saham yang beredar Dalam kondisi tertentu perusahaan kadang kala melakukan pembayaran dividen yang tidak teratur setiap waktunya, dan itu terjadi bukan disengaja namun tentunya didasarkan dengan berbagai alasan. Adapun rumus untuk menghitung pembayaran dividen yang tidak teratur adalah: 2.3.9Price Earning Ratio PER Bagi para investor, semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan leba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu price earning ratio ratio harga terhadap laba adalah perbandingan antara market price pershare harga pasar perlembar saham dengan earning pershare laba perlembar saham. Adapun menurut van Horne dan Wachowicz 2005,“price earning ratio adalah market price pershare dari saham sebuah perusahaandibagi earning per share dua belas bulan terbaru dari perusahaan tersebut”. P o = D + D + … + D ∞ 1 + k 1 1 + k 2 1 = K ∞ 39 Adapun rumus PER adalah: Keterangan : PER = Price earning ratio MPS = Market price pershare EPS = Earning pershare

2.4 Corporate Governance

Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akanmencurimenggelapkanmenginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danacapital yang telah ditanamkan oleh investor, serta berkaitan dengan bagaimana para investor mengkontrol para manajer Shleifer dan Vishny, 1997. Salah satu mekanisme dari corporate governance adalah pembentukan dewan komisaris, dimana dewan komisaris berfungsi melakukan monitoring atau pengawasan dalam memecahkan permasalahan agensi yang terjadi antara pihak manajemen puncak dan pemegang saham. Dengan adanya dewan komisaris PER = ��� ��� 40 independen, maka diharapkan dapat menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil fair dan transparan transparent sehingga akan menghambat praktik manajemen laba. Boediono 2005 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Shleifer dan Vishny 1997 mendefinisikan corporate governance sebagai seluruh sistem dari hak-hak rights, proses, dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholder. Hak-hak adalah wewenang yang dimiliki oleh stakeholder untuk mempengaruhi manajemen. Proses merupakan mekanisme dari implementasi hak-hak tersebut. Sedangkan pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholderuntuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas perusahaan, misalnya mengenai laporan audit. Lebih jauh, Shleifer dan Vishny 1997 mengemukakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan 41 pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda Boediono, 2005. Prinsip-prinsip good corporate governance menurut OECD 2004 dalam Aldridge dan Sutojo 2008 adalah: 1. Fairness keadilan, yaitu menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 2. Transparency transparansi, yaitu mewajibkan adanya suatu sistem informasi terbuka, tepat waktu, jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3. Accountability akuntabilitas, yaitu menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris. 4. Responsibility pertanggungjawaban, yaitu memastikan dipatuhinya peraturanserta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Selanjutnya Aldridge dan Sutojo 2008 menulis bahwa good corporate governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu : 42 1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham; 2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non- pemegang saham; 3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham; 4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan komisaris dan manajemen perusahaan; 5. Meningkatkan mutu hubungan dewan komisaris dengan manajemen perusahaan. Mekanisme internal governance meliputi struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Sedangkan mekanisme external governance terdiri dari institutional ownership, pasar untuk kontrol perusahaan, dan tingkat pendanaan dengan hutang debt financing Barnhart dan Rosenstein, 1998.

2.5 Komisaris Independen

Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta memberikan nasihat bilamana diperlukan Wedari, 2004. Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi. 43 Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan dalam aktivitas pengawasan. Vafeas dan Afxentiou 2000 menyatakan bahwa selain kepemilikan manajerial, peran dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoringyang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Dalam membangun sebuah model corporate governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta memiliki independensi. Menurut Sugiri1999, ada beberapa faktor yang harus dicermati, yaitu : 1.Faktor kuantitas. Yang harus ditata pertama kali adalah menentukan jumlah komisaris yang efektif. Jumlah tidak boleh terlalu sedikit karena akan mengganggu kinerja dewan direksi itu sendiri, tetapi juga tidak boleh terlalu banyak karena akan berdampak pada efisiensi. 2. Faktor pendidikan, di mana tugas-tugas dewan komisaris adalah berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat strategi. Oleh karena itu, dukungan latar belakang yang memadai akan sangat menentukan kualitas keahlian, pengetahuan, dan pengelolaan informasi sehingga akan berdampak pada kedalaman pengawasan yang diberikan. 3. Faktor pengalaman, di mana anggota komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan lebih baik apabila didukung oleh pengalaman yang cukup. Dengan memiliki pengalaman yang cukup, maka bobot dari keluasan 44 pandangannya dan ketajaman analisisnya akan menambah kredibilitas anggota komisaris. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa, jumlah komisaris minimum 30. Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004. 2.6 Return Saham Ang 1997 menulis bahwa setiap investor, baik jangka panjang atau jangka pendek, memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi Hartono, 2007.Return saham diperoleh dari selisih kenaikan capital gain atau selisih penurunan capital loss. Capital gainatau capital loss sendiri diperoleh dari selisih harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa return saham adalah hasil atau keuntungan dari suatu investasi berbentuk saham yang diperoleh dari selisih kenaikan harga atau selisih penurunan harga. Return saham dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 45 1. Return realisasi realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. 2. Return ekspektasi expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Dengan demikian return ekspektasi merupakan return yang sifatnya belum terjadi. Dalam penelitian ini return yang digunakan sebagai perhitungan adalah return realisasi. Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih suatu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau mendapatkan peningkatan nilai investasi Husnan dan Pudjiastuti, 1998. Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan dua hal, yaitu pendapatan yang diharapkan expectedreturn dan resiko risk yang terkandung dalam alternatif investasi yang dilakukan. Returnsaham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa ada tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Menurut Ang 1997, setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung. Lebih lanjut, Ang 1997 menyatakan bahwa komponen return terdiri dari dua jenis, yaitu current return dan capital gain keuntungan selisih harga. Hal yang sama diungkapkan Zainuddin dan Hartono 1999, yang menulis bahwa current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan sebagainya. 46 Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih harga antara harga beli dengan harga jual saham yang diperdagangkan di pasar modal dalam hal ini di Indonesia jual beli saham publik di Bursa Efek Jakarta. Dengan adanya jual beli, maka akan timbul perubahan nilai harga suatu saham berupa capital gain. Besarnya capital gain dihitung dengan menggunakan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat dihitung besarnya tingkat kembalian yang diinginkan expectedreturn Hartono, 2000. Expected return merupakan return kembalian yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Ang 1997 menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur utang, tingkat laba yang dicapai,serta kondisi-kondisi internal perusahaan yang lain. Faktor eksternal perusahaan meliputi pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri, faktor ekonomi, dan sebagainya.Zainuddin dan Hartono 1999 membedakan konsep return menjadi dua kelompok, yaitu return tunggal dan return portofolio. Return tunggal merupakan return yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang terjadi berdasarkan data historis dan berfungsi sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi di masa yang akan datang. 47 Returnekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang Hartono, 1998. Return realisasi dihitung dengan formula: R it R = ���−����−1+�� ����−1 it Merupakan hasil saham secara individual perusahaan yang diperoleh pada saat tertentu. Hasil saham diukur dalam proporsi, semakin besar hasil saham individual menunjukkan kemampuan saham menghasilkan keuntungan. : Return saham i pada saat t P it Merupakan harga saham individual perusahaan saat tertentu atau penutupan. :Harga saham i pada saat t P itt-1 :Harga Saham i pada saat t Merupakan harga saham individual perusahaan pada satu periode sebelumnya atau harga awal periode. -1 D 1 Merupakan dividen saham individual perusahaan yang dibagikan perusahaan pada saat perusahaan membagikan dividen. Dividen ini biasanya dibagikan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Jika pada bulan tertentu perusahaan tidak membagikan dividen, maka dividen = 0. :Dividen Saham i 48

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Tingkat EVA economic value added yang baik mengartikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut. Hal ini juga mendorong terjadinya permintaan terhadap saham yang bersangkutan semakin banyak,sehingga harga saham cenderung meningkat di pasar modal. Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehn and Makhija 1996 dan penelitian Chen dan Dodd 1997 yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif dengan return saham, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara EVA dan Return saham EVA economic value added ROE return on equity ROA return on assets Independensi Dewan Komisaris 49 returnsaham.Artinya bahwa semakin tinggi nilai EVA yang diciptakan perusahaan, maka harga saham akan mengalami kenaikan yang pada akhirnya memberikan return saham yang tinggi. ROA return on assets memberikan informasi mengenai pendapatan apa yang dihasilkan dari modal yang diinvestasikan. ROA untuk perusahaan publik dapat bervariasi secara substansial dan dapat dengan sangat bergantung pada industri itu sendiri. Cara terbaik saat menggunakan ROA sebagai pengukuran komparatif adalah dengan membandingkannya dengan nilai ROA pada periode sebelumnya atau dengan nilai ROA dari perusahaan yang sejenis dengan perusahaan yang diukur itu. Aset perusahan yang diukur ialah hutang maupun ekuitas. Kedua tipe aset keuangan ini digunakan untuk mendanai proses operasi perusahaan. ROA memberi ide kepada investor mengenai seberapa efektif perusahaan mengubah uang yang diinvestasikan menjadi pendapatan bersih. Semakin tinggi nilai ROA, makaakan semakin baik bagi perusahaan, karena perusahaan tersebut memperoleh lebih banyak uang pada investasi yang lebih sedikit nilainya. ROE return on equity yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tinggi bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut dikehendaki untuk dibeli. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut naik. ROE yang tinggi akan mempengaruhi perubahan harga saham, selanjutnya perubahan harga saham tersebut menghasilkan return saham yang 50 tinggi. ROE dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan oleh para pemodal dikelola oleh pihak manajemen untuk beroperasi menghasilkan keuntungan. Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan netto yang tersedia bagi pemegang saham Riyanto, 2010. Pengertian rentabilitas modal sendiri yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal sendiri yang digunakan dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini berarti rentabilitas modal sendiri merupakan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham. ROE yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tinggi bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut dikehendaki untuk dibeli. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut naik. ROE yang tinggi akan mempengaruhi perubahan harga saham, selanjutnya perubahan harga saham tersebut menghasilkan return saham yang tinggi. Proporsidewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa, jumlah komisaris minimum adalah 30. Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan 51 pemegang saham pengendali, dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004. 2.8 Hipotesis Menurut Erlina 2008,”hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dan untuk membuktikan kebenarannya, maka hipotesis tersebut harus diuji secara empiris. Hipotesis akan diterima apabila terbukti kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah : H 1 H : Tingkat EVA economic value addedmempunyai hubungan positif dengan return saham perusahaan. 2 H : Tingkat ROA return on assetsmempunyai hubungan positif dengan return saham perusahaan. 3 H : Tingkat ROE return on equitymempunyai hubungan positif dengan return saham perusahaan. 4 : Independensi dewan komisaris memiliki hubungan positif dengan return saham perusahaan. 52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Sekaran2006, variabel adalah “apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai”. Penelitian yang dilakukan penulis adalah mencari hubungan antara EVA economic value added, return on assets, return on equity, dan independensi dewan komisarisdengan return saham. Variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah EVA economic value added, return on assets, return on equity, dan independensi dewan komisarissebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikat. 3.1.1 Variabel Bebas Independent Variable Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat dependent variable. Dalam penelitian ini, variabel-variabel bebasnya ialah : 1. EVA economic value added; 2. Return on assets; 3. Return on equity; 4. Independensi dewan komisaris. Faktor-faktor yang tersangkut dalam variabel-variabel bebas tersebut adalah sebagai berikut. 53 1. EVA economic value added Mencakup: a. NOPAT Net Operating Profit after Tax atau laba operasi bersih setelah dikurangi pajak; b. WACC weighted average cost of capitalatau biaya rata-rata tertimbang dari modal; c. Invested capital yang terdiri dari kewajiban jangka panjangdan ekuitas. 2. ROA Return on assets Mencakup : a. Pendapatan bersih; b. Total asset. 3. ROE Return on equity Mencakup : a. NIAT net income after tax atau pendapatan bersih sesudah pajak; b. D p c. ASE average shareholder’s equityatau ekuitas pemegang saham rata-rata, dengan rumus rata-rata dari ekuitas pemegang saham atau ekuitas pemegang saham awal ditambah denganekuitas pemegang saham akhir dibagi dua. preferred dividend atau dividen untuk saham preferen; 4. Independensi Dewan Komisaris Peran dewan komisaris independen dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atau pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan 54 komisari dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Komisaris independen yang memiliki sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat Wedari, 2004. Definisi operasional variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Economic value added X 1 Economic value added adalah pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan yang didasarkan pada kekayaan residual yang dikalkulasikan dengan cara mengurangi keuntungan operasi dengan biaya modal disesuaikan dengan pajak pada basis kas. EVA adalah keuntungan operasi bersih setelah pajak NOPAT dikurangi capital charge yang merupakan hasil dari biaya modal dan modal ekonomis. Rumus dasarnya adalah sebagai berikut. EVA = NOPAT – Capital Charge di mana : NOPAT =Net Operating Profit after Tax Penghasilan setelah pajak tetapi belum dikurangi dengan biaya bunga Capital charge =Invested capitalxCost of capital Jika EVA 0, maka telah ada tambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan bisnis tersebut. Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomis perusahaan impas, karena semua laba digunakan untuk 55 membayar kewajiban kepada penyandang dana, baik kreditur maupun pemegang saham. Jika EVA 0, maka tidak ada nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana terutama pemegang saham. 2. ROA Return on assets X 2 Return on assets adalah salah satu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur keefektifitasan operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan. Ang 1997 secara matematis memformulasikan ROA sebagai berikut: Return on assets = pendapatan bersih total aset 3. ROE Return on equity X 3 Return on equity adalah salah satu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur keefektifitasan perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan. Keuntungan adalah hasil kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Ang 1997 menulis bahwa secara matematis, ROE diformulasikan sebagai berikut: Return on equity = ���� −�� ��� x 100 Di mana: NIAT = Net income after tax atau pendapatan bersih sesudah pajak D p = Preferred dividend yaitu dividen untuk saham preferen 56 ASE =Averageshareholder’s equity atau ekuitas pemegang saham rata- rata, dengan rumus rata-rata dari ekuitas pemegang saham atau ekuitas pemegang saham awal ditambah denganekuitas pemegang saham akhir dibagi dua. Jika ekuitas pemegang saham awal tidak ada, maka digunakan ekuitas pemegang saham akhir. 4. Independensi Dewan KomisarisX 4 Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa,dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004.

3.1.2 Variabel Terikat Dependent Variable

Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 2012-2014

6 87 92

Pengaruh Laba Akuntansi, Profitabilitas, Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2011 - 2013

0 22 93

Pengaruh Market Value Added, Price Earning Ratio, dan Economic Value Added terhadap Return Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

2 13 84

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 7 125

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TAHUN 2016.

0 1 133

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDUAL PADA PERUSAHAAN – PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-201

0 0 12

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Economic Value Added (EVA) 2.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) - Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property y

0 1 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11