35
tersebut juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
Brigham dan Gapenski, 2000.
2.3.5 Pelaku Pasar Saham
Fahmi 2012mengatakan bahwa para pelaku di pasar saham disamping perusahaan yang bersangkutan juga turut melibatkan pihak lainnya, yaitu:
a. Emiten, yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar
modal. b.
Underwriterpenjamin,yaituyang menjamin perusahaan tersebut dalam menjual sahamnya di pasar modal.
c. Broker atau pialang.
Shook 2002 menjelaskan bahwa broker adalah perantara antara pembeli dengan penjual sekuritas. Lebih jauh lagi ia menekankan bahwa broker, yang
biasanya mengenakan komisi sebagai imbalan atas jasa yang ia berikan, harus terlebih dahulu terdaftar pada bursa sebelum bisa berdagang pada bursa yang
dimaksud.
2.3.5.1 Penilaian Saham dari Segi Perspektif Investor
Perspektif investor adalah jauh lebih sederhana dalam memberikan penilaian terhadap kondisi suatu saham. Adapun penilaian seorang investor
terhadap suatu saham menurut Fahmi 2012 adalah: a.
Prospek usaha atau bisnis yang menjanjikan b.
Kinerja keuangan dan non keuangan adalah bagus.
36
c. Penyajian laporan keuangan jelas atau bersifat disclosure pengungkapan
secara terbuka dan jelas. d.
Terlihatnya sisi keuntungan yang terus meningkat.
2.3.5.2Kategori Saham Per Sektor Industri
Reilly dan Brown 2003 mengategorikan saham-saham per sektor industri menjadi lima, yaitu:
1. Saham-saham sektor finansial financial stocks excel.
2. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama consumer durables
excel. 3.
Saham-saham sektor barang modal capital goods excel. 4.
Saham-saham sektor industri dasar basic industries excel. 5.
Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok consumer staples excel.
Mengenai industri, ada empat bentuk atau kategori industri yang harus dipahami oleh para pialang dalam memutuskan pembelian saham, yaitu
sebagaimana dikatakan oleh Haryajid, dkk.2010 di bawah ini. a. Industri yang sedang bertumbuh terjadi pada perusahaan muda usianya dimana
perusahaan itu masih aktif untuk melakukan ekspansi. b. Industri matang adalah industri yang kondisinya sudah stabil sehingga lebih
cenderung untuk mempertahankan posisi yang sudah ada.
37
c. Industri yang mulai menurun adalah industri dimana telah sangat mapan dan pasarnya telah terbentuk sehingga perlu adanya inovasi bagus untuk menarik
pasar yang baru. d. Industri yang sedang berkembang adalah industri yang baru saja berdiri dan
masih berupaya untuk mempertahankan hidupnya.
2.3.6Menghitung Keuntungan yang Diharapkan dari Saham
Adapun rumus menghitung keuntungan yang diharapkan dari saham adalah:
Keterangan: r
= keuntungan yang diharapkan dari saham D
1
P = dividen tahun 1
P = harga beli
1
2.3.7Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham
= harga jual
Adapun rumus untuk menghitung nilai buku perlembar saham adalah:
r=
�
1
�
+
�
1 − �0
�
N
bp
=
�
�
�
��
38
Keterangan: N
bp
T = nilai buku perlembar saham
e
J = total ekuitas
sb
2.3.8Menghitung Pembiayaan Dividen yang tidak Teratur
= jumlah saham yang beredar
Dalam kondisi tertentu perusahaan kadang kala melakukan pembayaran dividen yang tidak teratur setiap waktunya, dan itu terjadi bukan disengaja namun
tentunya didasarkan dengan berbagai alasan. Adapun rumus untuk menghitung pembayaran dividen yang tidak teratur adalah:
2.3.9Price Earning Ratio PER
Bagi para investor, semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan leba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu price
earning ratio ratio harga terhadap laba adalah perbandingan antara market price pershare harga pasar perlembar saham dengan earning pershare laba perlembar
saham. Adapun menurut van Horne dan Wachowicz 2005,“price earning ratio adalah market price pershare dari saham sebuah perusahaandibagi earning per
share dua belas bulan terbaru dari perusahaan tersebut”. P
o
= D + D + … + D ∞
1 + k
1
1 + k
2
1 = K
∞
39
Adapun rumus PER adalah:
Keterangan : PER = Price earning ratio
MPS = Market price pershare EPS
= Earning pershare
2.4 Corporate Governance
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak
akanmencurimenggelapkanmenginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danacapital yang telah ditanamkan oleh
investor, serta berkaitan dengan bagaimana para investor mengkontrol para manajer Shleifer dan Vishny, 1997.
Salah satu mekanisme dari corporate governance adalah pembentukan dewan komisaris, dimana dewan komisaris berfungsi melakukan monitoring atau
pengawasan dalam memecahkan permasalahan agensi yang terjadi antara pihak manajemen puncak dan pemegang saham. Dengan adanya dewan komisaris
PER = ���
���
40
independen, maka diharapkan dapat menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil fair dan transparan transparent sehingga akan menghambat praktik
manajemen laba. Boediono 2005 mendefinisikan corporate governance sebagai
seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Shleifer dan Vishny 1997 mendefinisikan corporate governance sebagai seluruh sistem dari hak-hak rights, proses, dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan
di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholder. Hak-hak adalah wewenang yang dimiliki oleh
stakeholder untuk mempengaruhi manajemen. Proses merupakan mekanisme dari implementasi hak-hak tersebut. Sedangkan pengendalian merupakan mekanisme
yang memungkinkan stakeholderuntuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas perusahaan, misalnya mengenai laporan audit.
Lebih jauh, Shleifer dan Vishny 1997 mengemukakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk
memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh
manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Salah satu cara yang paling efisien
dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan
41
pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan
serta kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda Boediono, 2005.
Prinsip-prinsip good corporate governance menurut OECD 2004 dalam
Aldridge dan Sutojo 2008 adalah:
1. Fairness keadilan, yaitu menjamin perlindungan hak-hak para
pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan
para investor. 2.
Transparency transparansi, yaitu mewajibkan adanya suatu sistem informasi terbuka, tepat waktu, jelas, dan dapat diperbandingkan yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability akuntabilitas, yaitu menjelaskan peran dan tanggung
jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh
dewan komisaris. 4.
Responsibility pertanggungjawaban, yaitu memastikan dipatuhinya peraturanserta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya
nilai-nilai sosial. Selanjutnya Aldridge dan Sutojo 2008 menulis bahwa good corporate
governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu :
42
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham; 2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-
pemegang saham; 3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan komisaris dan manajemen perusahaan;
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan komisaris dengan manajemen perusahaan.
Mekanisme internal governance meliputi struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Sedangkan mekanisme
external governance terdiri dari institutional ownership, pasar untuk kontrol perusahaan, dan tingkat pendanaan dengan hutang debt financing Barnhart dan
Rosenstein, 1998.
2.5 Komisaris Independen
Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen atas
pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta memberikan
nasihat bilamana diperlukan Wedari, 2004. Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap
bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang
pendidikan di bidang ekonomi.
43
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan dalam aktivitas pengawasan. Vafeas dan
Afxentiou
2000 menyatakan bahwa selain kepemilikan manajerial, peran dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi
tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoringyang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah
atau ukuran dewan komisaris.
Dalam membangun sebuah model corporate governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta memiliki independensi.
Menurut Sugiri1999, ada beberapa faktor yang harus dicermati, yaitu :
1.Faktor kuantitas. Yang harus ditata pertama kali adalah menentukan jumlah komisaris yang efektif. Jumlah tidak boleh terlalu sedikit karena akan
mengganggu kinerja dewan direksi itu sendiri, tetapi juga tidak boleh terlalu banyak karena akan berdampak pada efisiensi.
2. Faktor pendidikan, di mana tugas-tugas dewan komisaris adalah berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat strategi. Oleh karena itu, dukungan latar belakang
yang memadai akan sangat menentukan kualitas keahlian, pengetahuan, dan pengelolaan informasi sehingga akan berdampak pada kedalaman pengawasan
yang diberikan.
3. Faktor pengalaman, di mana anggota komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan lebih baik apabila didukung oleh pengalaman yang
cukup. Dengan memiliki pengalaman yang cukup, maka bobot dari keluasan
44
pandangannya dan ketajaman analisisnya akan menambah kredibilitas anggota
komisaris.
Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara
independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa, jumlah komisaris minimum 30.
Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah
proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004. 2.6
Return Saham
Ang 1997 menulis bahwa setiap investor, baik jangka panjang atau jangka pendek, memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang disebut
return, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi Hartono, 2007.Return saham diperoleh dari
selisih kenaikan capital gain atau selisih penurunan capital loss. Capital gainatau capital loss sendiri diperoleh dari selisih harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa return saham adalah hasil atau keuntungan dari suatu investasi berbentuk saham yang diperoleh
dari selisih kenaikan harga atau selisih penurunan harga. Return saham dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
45
1. Return realisasi realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
2. Return ekspektasi expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Dengan demikian return ekspektasi
merupakan return yang sifatnya belum terjadi. Dalam penelitian ini return yang digunakan sebagai perhitungan adalah return realisasi.
Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih suatu aset selama periode tertentu dengan
harapan dapat memperoleh penghasilan atau mendapatkan peningkatan nilai investasi Husnan dan Pudjiastuti, 1998. Dalam berinvestasi, investor yang
rasional akan mempertimbangkan dua hal, yaitu pendapatan yang diharapkan expectedreturn dan resiko risk yang terkandung dalam alternatif investasi yang
dilakukan. Returnsaham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa ada tingkat keuntungan yang
dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Menurut Ang 1997, setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka
pendek mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung. Lebih lanjut, Ang 1997 menyatakan
bahwa komponen return terdiri dari dua jenis, yaitu current return dan capital gain keuntungan selisih harga. Hal yang sama diungkapkan Zainuddin dan
Hartono 1999, yang menulis bahwa current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti bunga deposito,
bunga obligasi, dividen, dan sebagainya.
46
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih harga antara harga beli dengan harga jual saham
yang diperdagangkan di pasar modal dalam hal ini di Indonesia jual beli saham publik di Bursa Efek Jakarta. Dengan adanya jual beli, maka akan timbul
perubahan nilai harga suatu saham berupa capital gain. Besarnya capital gain dihitung dengan menggunakan analisis return historis yang terjadi pada periode
sebelumnya, sehingga dapat dihitung besarnya tingkat kembalian yang diinginkan expectedreturn Hartono, 2000. Expected return merupakan return kembalian
yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa
yang akan datang.
Ang 1997 menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
perusahaan meliputi kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur utang, tingkat laba yang dicapai,serta kondisi-kondisi internal perusahaan
yang lain. Faktor eksternal perusahaan meliputi pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri, faktor ekonomi, dan sebagainya.Zainuddin
dan Hartono 1999 membedakan konsep return menjadi dua kelompok, yaitu return tunggal dan return portofolio. Return tunggal merupakan return yang
diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang terjadi berdasarkan data historis dan berfungsi
sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi di masa yang akan datang.
47
Returnekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh di masa yang
akan datang Hartono, 1998. Return realisasi dihitung dengan formula:
R
it
R =
���−����−1+�� ����−1
it
Merupakan hasil saham secara individual perusahaan yang diperoleh pada saat tertentu. Hasil saham diukur dalam
proporsi, semakin besar hasil saham individual
menunjukkan kemampuan saham menghasilkan keuntungan.
: Return saham i pada saat t
P
it
Merupakan harga saham individual perusahaan saat tertentu atau penutupan.
:Harga saham i pada saat t
P
itt-1
:Harga Saham i pada saat t Merupakan harga saham individual perusahaan pada satu
periode sebelumnya atau harga awal periode.
-1
D
1
Merupakan dividen saham individual perusahaan yang dibagikan perusahaan pada saat perusahaan membagikan
dividen. Dividen ini biasanya dibagikan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Jika pada bulan tertentu perusahaan
tidak membagikan dividen, maka dividen = 0. :Dividen Saham i
48
2.7 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis
yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tingkat EVA economic value added yang baik mengartikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari
biaya modalnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau
calon investor untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut. Hal ini juga mendorong terjadinya permintaan terhadap saham yang bersangkutan
semakin banyak,sehingga harga saham cenderung meningkat di pasar modal.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehn and Makhija 1996 dan penelitian Chen dan Dodd 1997 yang menemukan
bahwa terdapat hubungan positif dengan return saham, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara EVA dan
Return saham EVA economic value added
ROE return on equity ROA return on assets
Independensi Dewan Komisaris
49
returnsaham.Artinya bahwa semakin tinggi nilai EVA yang diciptakan perusahaan, maka harga saham akan mengalami kenaikan yang pada akhirnya
memberikan return saham yang tinggi.
ROA return on assets memberikan informasi mengenai pendapatan apa yang dihasilkan dari modal yang diinvestasikan. ROA untuk perusahaan publik
dapat bervariasi secara substansial dan dapat dengan sangat bergantung pada industri itu sendiri. Cara terbaik saat menggunakan ROA sebagai pengukuran
komparatif adalah dengan membandingkannya dengan nilai ROA pada periode sebelumnya atau dengan nilai ROA dari perusahaan yang sejenis dengan
perusahaan yang diukur itu. Aset perusahan yang diukur ialah hutang maupun ekuitas. Kedua tipe aset keuangan ini digunakan untuk mendanai proses operasi
perusahaan. ROA memberi ide kepada investor mengenai seberapa efektif perusahaan mengubah uang yang diinvestasikan menjadi pendapatan bersih.
Semakin tinggi nilai ROA, makaakan semakin baik bagi perusahaan, karena perusahaan tersebut memperoleh lebih banyak uang pada investasi yang lebih
sedikit nilainya.
ROE return on equity yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tinggi bagi pemegang saham.
Semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut dikehendaki untuk dibeli. Hal ini menyebabkan permintaan
akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut naik. ROE yang tinggi akan mempengaruhi perubahan harga saham,
selanjutnya perubahan harga saham tersebut menghasilkan return saham yang
50
tinggi. ROE dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan oleh para pemodal dikelola oleh pihak manajemen untuk beroperasi
menghasilkan keuntungan. Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan
netto yang tersedia bagi pemegang saham Riyanto, 2010.
Pengertian rentabilitas modal sendiri yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal sendiri yang digunakan
dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini berarti rentabilitas modal sendiri merupakan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham. ROE yang
tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tinggi bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan
keuntungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut dikehendaki untuk dibeli. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat dan selanjutnya
akan menyebabkan harga saham tersebut naik. ROE yang tinggi akan mempengaruhi perubahan harga saham, selanjutnya perubahan harga saham
tersebut menghasilkan return saham yang tinggi.
Proporsidewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara
independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa, jumlah komisaris minimum adalah
30. Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang
jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
51
pemegang saham pengendali, dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004.
2.8
Hipotesis
Menurut Erlina 2008,”hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat
diuji secara empiris”. Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dan untuk membuktikan kebenarannya, maka hipotesis
tersebut harus diuji secara empiris. Hipotesis akan diterima apabila terbukti kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini
adalah : H
1
H : Tingkat EVA economic value addedmempunyai hubungan positif
dengan return saham perusahaan.
2
H : Tingkat ROA return on assetsmempunyai hubungan positif dengan
return saham perusahaan.
3
H : Tingkat ROE return on equitymempunyai hubungan positif dengan
return saham perusahaan.
4
: Independensi dewan komisaris memiliki hubungan positif dengan return saham perusahaan.
52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Menurut Sekaran2006, variabel adalah “apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai”. Penelitian yang dilakukan
penulis adalah mencari hubungan antara EVA economic value added, return on assets, return on equity, dan independensi dewan komisarisdengan return saham.
Variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah EVA
economic value added, return on assets, return on equity, dan independensi dewan komisarissebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel
terikat. 3.1.1 Variabel Bebas
Independent Variable
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat dependent variable. Dalam penelitian ini, variabel-variabel
bebasnya ialah : 1.
EVA economic value added; 2.
Return on assets; 3.
Return on equity; 4.
Independensi dewan komisaris. Faktor-faktor yang tersangkut dalam variabel-variabel bebas tersebut
adalah sebagai berikut.
53
1. EVA economic value added
Mencakup: a.
NOPAT Net Operating Profit after Tax atau laba operasi bersih setelah dikurangi pajak;
b. WACC weighted average cost of capitalatau biaya rata-rata
tertimbang dari modal; c.
Invested capital yang terdiri dari kewajiban jangka panjangdan ekuitas. 2.
ROA Return on assets Mencakup :
a. Pendapatan bersih;
b. Total asset.
3. ROE Return on equity
Mencakup : a.
NIAT net income after tax atau pendapatan bersih sesudah pajak; b.
D
p
c. ASE average shareholder’s equityatau ekuitas pemegang saham
rata-rata, dengan rumus rata-rata dari ekuitas pemegang saham atau ekuitas pemegang saham awal ditambah denganekuitas pemegang
saham akhir dibagi dua. preferred dividend atau dividen untuk saham preferen;
4. Independensi Dewan Komisaris
Peran dewan komisaris independen dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring
atau pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan
54
komisari dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Komisaris independen yang memiliki sekurang-kurangnya 30 tiga
puluh persen dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna menjaga
independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat Wedari, 2004.
Definisi operasional variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Economic value added X
1
Economic value added adalah pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan yang didasarkan pada kekayaan residual yang dikalkulasikan
dengan cara mengurangi keuntungan operasi dengan biaya modal disesuaikan dengan pajak pada basis kas. EVA adalah keuntungan
operasi bersih setelah pajak NOPAT dikurangi capital charge yang merupakan hasil dari biaya modal dan modal ekonomis. Rumus dasarnya
adalah sebagai berikut. EVA = NOPAT – Capital Charge
di mana : NOPAT =Net Operating Profit after Tax Penghasilan setelah
pajak tetapi belum dikurangi dengan biaya bunga Capital charge =Invested capitalxCost of capital
Jika EVA 0, maka telah ada tambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan bisnis tersebut. Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa
secara ekonomis perusahaan impas, karena semua laba digunakan untuk
55
membayar kewajiban kepada penyandang dana, baik kreditur maupun pemegang saham. Jika EVA 0, maka tidak ada nilai tambah ke dalam
perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana terutama pemegang saham.
2. ROA Return on assets X
2
Return on assets adalah salah satu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur keefektifitasan operasi
perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan. Ang 1997 secara matematis memformulasikan ROA sebagai
berikut: Return on assets =
pendapatan bersih total aset
3. ROE Return on equity X
3
Return on equity adalah salah satu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur keefektifitasan perusahaan
beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan. Keuntungan adalah hasil kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Ang 1997
menulis bahwa secara matematis, ROE diformulasikan sebagai berikut: Return on equity =
���� −�� ���
x 100 Di mana:
NIAT = Net income after tax atau pendapatan bersih sesudah pajak D
p
= Preferred dividend yaitu dividen untuk saham preferen
56
ASE =Averageshareholder’s equity atau ekuitas pemegang saham rata- rata, dengan rumus rata-rata dari ekuitas pemegang saham atau
ekuitas pemegang saham awal ditambah denganekuitas pemegang saham akhir dibagi dua. Jika ekuitas pemegang saham awal tidak
ada, maka digunakan ekuitas pemegang saham akhir. 4.
Independensi Dewan KomisarisX
4
Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat,
serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di
Bursa,dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen
yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris Wedari, 2004.
3.1.2 Variabel Terikat Dependent Variable