Analisis Data Persentase Kultur yang Hidup Tipe Pertumbuhan Kultur

3.6 Analisis Data

Data penelitian menggunakan metode RAL non faktorial dengan Analysis of Variant ANOVA. Sedangkan untuk menguji beda antara perlakuan dilakukan dengan Uji Jarak Duncan UJD atau sering disebut Duncan New Multiple Range Test DNMRT Sastrosupadi, 2004. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persentase Kultur yang Hidup

Persentase kultur yang hidup pada kultur embrio jeruk keprok Citrus nobilis Lour. dengan perlakuan BAP sebanyak 100 dari 120 kultur, walaupun terdapat beberapa kultur yang terkontaminasi pada minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini menunjukkan bahwa eksplan embrio yang digunakan dapat menyerap unsur-unsur hara yang terdapat dalam media secara optimal. Masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan eksplan. Pemberian zat pengatur tumbuh harus sesuai jenis dan konsentrasinya karena akan mempengaruhi pertumbuhan eksplan Santi Kusumo, 1996 dalam Ardiyana, 2009. Megawati 2003 menyatakan bahwa konsentrasi yang diperlukan dari setiap zat pengatur tumbuh tergantung dari jenis eksplan, kondisi kultur dan jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan. Jadi dapat dikatakan bahwa macam dan kombinasi penggunaan zat pengatur tumbuh pada media kultur jaringan sangat tergantung pada jenis eksplan yang digunakan.

4.2 Tipe Pertumbuhan Kultur

Hasil yang diperoleh dari kultur embrio jeruk keprok Citrus nobilis Lour. pada media MS diperkaya ekstrak malt dan NAA dengan perlakuan BAP adalah planlet. Pertumbuhan planlet disebabkan karena eksplan yang digunakan adalah embrio. Embrio merupakan bakal tumbuhan yang memiliki akar lembaga, daun lembaga dan batang lembaga. Universitas Sumatera Utara Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah NAA dan BAP. Masing-masing zat pengatur tumbuh tersebut memiliki peranan dalam menginduksi tunas dan akar. Sitokinin dalam hal ini BAP berperanan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedangkan auksin dalam hal ini NAA berperanan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Selain itu didukung pula oleh hormon endogen yang terdapat pada ekplan. Gunawan 1992 menyatakan bahwa interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen dan endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur. Komposisi zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu NAA 0,05 mgl dan BAP 0, 1, 2, 3 dan 4 ppm juga sangat menentukan tipe pertumbuhan kultur yang muncul pada eksplan embrio jeruk keprok. Menurut Hendaryono Wijayani 1994, pemberian sitokinin dengan kadar yang relatif tinggi akan cenderung menghasilkan diferensiasi ke arah pembentukan primordia batang atau tunas. Cahaya yang diberikan pada proses pemeliharaan kultur embrio jeruk keprok dengan perlakuan BAP memberikan pengaruh pada tipe pertumbuhan kultur. Menurut Hendaryono Wijayani 1994, pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap. Kultur yang membentuk planlet dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut: Planlet Gambar 4.2 Kultur yang membentuk planlet Universitas Sumatera Utara

4.3 Berat Planlet