Panjang Akar Kultur Embrio Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lour) Pada Media Ms Dengan Perlakuan BAP

dibandingkan dengan media MS tanpa penambahan BAP. Hal ini terlihat dari nilai rataan jumlah daun yang lebih banyak terdapat pada perlakuan BAP.

4.7 Panjang Akar

Berdasarkan daftar sidik ragam pada Lampiran I, setiap perlakuan BAP memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap panjang akar. Respon panjang akar akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai panjang akar tertinggi minggu ke-1 terdapat pada perlakuan B yaitu 2,850 cm, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B 1 dan B 2 serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan B 3 dan B 4 . Untuk minggu ke-2 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 5,050 cm, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B 1 , B 2 , B 3 dan B 4 . Untuk minggu ke-3 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 5,567 cm, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B 1 , B 2 , B 3 dan B 4 . Untuk minggu ke-4 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 10,267 cm yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B 1 , B 2 , B 3 dan B 4 . Tabel 4.7 Respon panjang akar akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan Perlakuan Lama Pengamatan M 1 M 2 M 3 M 4 B 2,850 aA 5,050 aA 5,567 aA 10,267 aA B 1 1,283 cdCD 1,317 dC 1,175 bB 2,567 bB B 2 1,533 cdBCD 1,800 cdBC 1,900 bB 3,375 bB B 3 1,933 abcABC 2,850 bcBC 2,320 bB 2,980 bB B 4 2,517 abAB 3,167 bB 2,217 bB 2,200 bB Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 huruf kecil dan taraf 1 huruf besar menurut uji Duncan. B ppm, B 1 1 ppm, B 2 2 ppm, B 3 3 ppm, B 4 4 ppm, M 1 1 Minggu, M 2 2 Minggu, M 3 3 Minggu, M 4 4 Minggu. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa untuk minggu ke-1 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 2,850 cm dan nilai panjang akar terendah terdapat pada perlakuan B 1 yaitu 1,283 cm. Untuk minggu ke-2 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 5,050 cm dan nilai panjang akar terendah terdapat Universitas Sumatera Utara pada perlakuan B 1 yaitu 1,317 cm. Untuk minggu ke-3 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 5,567 cm dan nilai panjang akar terendah terdapat pada perlakuan B 1 yaitu 1,175 cm. Untuk minggu ke-4 nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 10,267 cm dan nilai panjang akar terendah terdapat pada perlakuan B 4 yaitu 2,200 cm. Hal ini menunjukkan bahwa BAP tidak memberikan pengaruh terhadap panjang akar. Rahardja 1989 Cleland 1995 dalam Kurnianingsih et al. 2009 menyebutkan bahwa dalam kultur jaringan auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat menyebabkan terjadinya pemanjangan sel pada jaringan tunas muda dan merangsang pembentukan akar. Diagram respon panjang akar akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.7.1. Gambar 4.7.1 Respon panjang akar akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan Gambar 4.7.1 menunjukkan bahwa pada minggu ke-1 sampai ke-3 nilai panjang akar cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi BAP, namun nilai panjang akar pada perlakuan B masih lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan pada minggu ke-4, nilai panjang akar cenderung menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi BAP, namun nilai panjang akar pada perlakuan B juga masih lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Nilai jumlah daun terbaik secara keseluruhan pengamatan terdapat pada minggu ke-4. Dari Gambar 4.7.1 juga dapat dilihat bahwa untuk setiap minggu nilai panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan B . Sitokinin biasanya tidak digunakan untuk 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 P an jan g a k a r cm Umur kultur minggu B0 B1 B2 B3 B4 Universitas Sumatera Utara tahap pengakaran pada mikropropagasi karena aktivitasnya yang dapat menghambat pembentukan akar, menghalangi pertumbuhan akar, dan menghambat pengaruh auksin terhadap inisiasi akar pada kultur jaringan sejumlah spesies tertentu George dan Sherrington, 1984. Pada perlakuan B terdapat juga ciri lain yaitu akar yang menggulung, hal ini diduga bahwa akar seharusnya dapat tumbuh lebih panjang lagi, namun karena kapasitas wadah kultur yang kecil sehingga membuat akar tumbuh menggulung. Menurut Salisbury Ross 1995, batang dan akar yang sedang memanjang tidak membutuhkan sitokinin, meskipun tanaman harus membutuhkan sitokinin untuk perpanjangan batang dan akar, kandungan sitokinin endogennya sudah mencukupi. Diduga bahwa sitokinin eksogen akan menghambat pertumbuhan in vitro yang disebabkan karena konsentrasi dalam tanaman menjadi berlebihan. akar akar menggulung a b Gambar 4.7.2 a. Akar yang menggulung; b. Bagian akar yang diamati

4.8 Jumlah Akar