Jumlah Daun Kultur Embrio Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lour) Pada Media Ms Dengan Perlakuan BAP

4.6 Jumlah Daun

Berdasarkan daftar sidik ragam pada Lampiran H, perlakuan BAP pada minggu ke-2 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap jumlah daun. Respon panjang tunas akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai jumlah daun tertinggi minggu ke-2 terdapat pada perlakuan B 3 yaitu 6,167 helai, yang berbeda sangat nyata dengan B dan B 1 serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan B 2 dan B 4 . Walaupun tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata melalui hasil sidik ragam, nilai jumlah daun pada minggu ke-3 dan ke-4 terlihat menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan untuk tiap perlakuan. Tabel 4.6 Respon jumlah daun akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan Perlakuan Lama Pengamatan M 1 M 2 M 3 M 4 B 2,333 2,667 cD 2,667 4,000 B 1 2,667 3,000 cBCD 5,500 5,667 B 2 2,333 5,500 abABC 6,000 13,500 B 3 2,000 6,167 aA 6,200 6,200 B 4 2,667 5,833 abAB 7,833 10,400 Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 huruf kecil dan taraf 1 huruf besar menurut uji Duncan. B ppm, B 1 1 ppm, B 2 2 ppm, B 3 3 ppm, B 4 4 ppm, M 1 1 Minggu, M 2 2 Minggu, M 3 3 Minggu, M 4 4 Minggu. Tabel 4.6.1 menunjukkan bahwa untuk minggu ke-1 nilai jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B 1 dan B 4 yaitu 2,667 helai dan nilai jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan B 3 yaitu 2,000 helai. Untuk minggu ke-2 nilai jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B 3 yaitu 6,167 helai dan nilai jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan B yaitu 2,667 helai. Untuk minggu ke-3 nilai jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B 4 yaitu 7,833 helai dan nilai jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan B yaitu 2,667 helai. Untuk minggu ke-4 nilai jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B 2 yaitu 13,500 helai dan nilai jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan B yaitu 4,000 helai. Dari hasil ini menunjukkan bahwa BAP memberikan pengaruh dalam penambahan jumlah daun. Universitas Sumatera Utara Menurut Hess 1975 sitokinin mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan pucuk. Senyawa nitrogen yang terkandung dalam sitokinin berperan untuk proses sintesis asam-asam amino dan protein secara optimal yang selanjutnya digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan eksplan dalam hal ini pembentukan daun Gardner et al., 1991. Diagram respon panjang tunas akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.6.1. Gambar 4.6.1 Respon jumlah daun akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan Gambar 4.6.1 menunjukkan bahwa pada minggu ke-1 nilai jumlah daun cenderung konstan untuk setiap perlakuan. Pada minggu ke-2 dan ke-3 nilai jumlah daun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi BAP. Pada minggu ke-4 nilai jumlah daun pada perlakuan B 2 dan B 4 lebih mencolok dibandingkan dengan perlakuan B , B 1 , B 3 . B memiliki nilai jumlah daun terendah dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Nilai jumlah daun pada setiap perlakuan meningkat pada setiap minggu pengamatan. Nilai jumlah daun terbaik secara keseluruhan pengamatan terdapat pada minggu ke-4. Kurnianingsih et al. 2009, menyatakan bahwa BAP yang diberikan terhadap kultur Anthurium hookerii Kunth. menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun. Pemberian BAP dengan beragam konsentrasi dalam media MS mempunyai pengaruh merangsang pembentukan daun yang lebih baik bila 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 J um la h da un he la i Umur kultur minggu B0 B1 B2 B3 B4 Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan media MS tanpa penambahan BAP. Hal ini terlihat dari nilai rataan jumlah daun yang lebih banyak terdapat pada perlakuan BAP.

4.7 Panjang Akar