Keseimbangan antara BAP dan NAA sangat penting dalam menginduksi tunas karena masing-masing zat pengatur tumbuh tersebut mempunyai peranan dalam
menginduksi tunas. Menurut Kusumo 1984 zat pengatur tumbuh sitokinin berperanan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedang auksin berperanan dalam
mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Hal ini menunjukkan bahwa sitokinin termasuk BAP dan auksin termasuk NAA berperanan saling melengkapi dalam
menginduksi tunas. Bagian tunas yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.4.2
berikut:
Tunas
Gambar 4.4.2 Bagian tunas yang diamati
4.5 Jumlah Tunas
Berdasarkan daftar sidik ragam pada Lampiran G, setiap perlakuan BAP memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah tunas. Respon jumlah tunas akibat
peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Respon jumlah tunas akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan
Perlakuan Lama Pengamatan
M
1
M
2
M
3
M
4
B 1,333
1,333 1,333
1,500 B
1
1,167 1,500
1,750 2,000
B
2
1,167 1,833
2,000 4,250
B
3
1,000 2,000
2,000 2,000
B
4
1,333 2,500
2,667 3,200
Keterangan: B 0 ppm, B
1
1 ppm, B
2
2 ppm, B
3
3 ppm, B
4
4 ppm, M
1
1 Minggu, M
2
2 Minggu, M
3
3 Minggu, M
4
4 Minggu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5.1 menunjukkan bahwa untuk minggu ke-1 nilai jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B
dan B
4
yaitu 1,333 buah dan nilai jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan B
3
yaitu 1,000 buah. Untuk minggu ke-2 nilai jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B
4
yaitu 2,500 buah dan nilai jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan B
yaitu 1,333 buah. Untuk minggu ke-3 nilai jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B
4
yaitu 2,667 buah dan nilai jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan B
yaitu 1,333 buah. Untuk minggu ke-4 nilai jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B
2
yaitu 4,250 buah dan nilai jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan B
yaitu 1,500 buah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa BAP memberikan pengaruh dalam penambahan jumlah tunas.
Nilai jumlah tunas terendah pada akhir pengamatan terdapat pada perlakuan B
, sedangkan nilai jumlah tunas lebih tinggi pada perlakuan B
1
, B
2
, B
3
dan B
4
. Hal ini menunjukkan bahwa BAP berpengaruh pada penambahan jumlah tunas. Menurut
Sutopo 1993 sitokinin yang banyak digunakan adalah BAP dan kinetin. Sitokinin dalam kultur jaringan berperan dalam pembelahan sel dan merangsang pembentukan
tunas. Bila sitokinin dalam konsentrasi rendah akan dapat memacu perkembangan tunas sedangkan bila sitokinin konsentrasinya tinggi dalam media kultur akan dapat
merangsang penggandaan tunas Nurwahyuni et al., 2005.
Pembentukan dan multiplikasi tunas pada media perlakuan diduga karena konsentrasi sitokinin eksogen yang ditambahkan ke dalam media kultur lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi auksin eksogen yang diberikan. Jika dalam media kultur konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibandingkan dengan auksin maka akan
merangsang pembentukan dan multiplikasi tunas Hartmann Kester, 1959 dalam Widiastoety et al., 1997. Diagram respon jumlah tunas akibat peningkatan
konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.5.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.1
Respon jumlah tunas akibat peningkatan konsentrasi BAP pada setiap minggu pengamatan
Gambar 4.5.1 menunjukkan bahwa pada minggu ke-1 nilai jumlah tunas cenderung konstan untuk setiap perlakuan. Pada minggu ke-2 dan ke-3 nilai jumlah
tunas meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi BAP. Nilai jumlah tunas terbaik pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3 terdapat pada perlakuan B
4
, namun pada minggu ke-4 nilai jumlah tunas terbaik terdapat pada perlakuan B
2
. Perlakuan B
2
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada minggu ke-4. Nilai jumlah tunas pada setiap perlakuan meningkat pada setiap minggu pengamatan. Nilai jumlah tunas
terbaik secara keseluruhan pengamatan terdapat pada minggu ke-4.
Widiastoety et al. 1991 dalam Kurnianingsih 2009 menyatakan bahwa pemberian BAP dalam media kultur dapat merangsang terjadinya pembentukan dan
multiplikasi tunas dari eksplan. Hal ini terlihat dari nilai jumlah tunas yang dihasilkan pada media dengan penambahan BAP lebih banyak dibandingkan dengan media tanpa
penambahan BAP. Menurut Utami 1998 sitokinin dalam hal ini BAP berperan memacu terjadinya sintesis RNA dan protein pada berbagai jaringan yang selanjutnya
dapat mendorong terjadinya pembelahan sel. Selain itu, BAP juga dapat memacu jaringan untuk menyerap air dari sekitarnya sehingga proses sintesis protein dan
pembelahan sel dapat berjalan dengan baik.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0
1 2
3 4
J um
la h t
una s
bua h
Umur kultur minggu
B0 B1
B2 B3
B4
Universitas Sumatera Utara
4.6 Jumlah Daun