BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jeruk selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan dan juga untuk
meningkatkan selera makan. Selain vitamin C, buah jeruk juga mengandung mineral- mineral yang baik untuk kesehatan Pracaya, 1985.
Kebutuhan akan jeruk di masa yang akan datang diperkirakan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan pasar
internasional. Menurut Supriyanto et al. 2003, dari Data Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura menyebutkan bahwa impor buah jeruk segar Indonesia
pada tahun 1997 mencapai 67.117 ton dengan nilai setara 240 milyar rupiah dan pada akhir tahun 2002 telah mencapai 76.595 ton dengan nilai 434 milyar rupiah. Hal ini
mengindikasikan adanya segmen pasar khusus yang menghendaki buah jeruk bermutu prima yang belum mampu dipenuhi oleh produsen jeruk dalam negeri.
Salah satu jenis jeruk yang saat ini mengalami kemunduran hasil penurunan produktifitas atau bahkan hampir mengalami kepunahan adalah jeruk keprok. Jeruk
ini merupakan salah satu spesies dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Mutu dan penampilannya sangat mempengaruhi dan
memegang peranan penting dalam perdagangan Zahara, 2002. Jeruk keprok tumbuh di beberapa daerah Sumatera Utara seperti di desa Mardinding Kabupaten Karo,
Mules, Guru Kinayan, Bukit, Sompat 4, Sipirok dan Beganding. Jeruk keprok juga tumbuh di daerah Aceh seperti di Takengon. Jeruk keprok ini selain mempunyai nilai
Universitas Sumatera Utara
jual yang cukup tinggi juga mempunyai potensi pasar domestik serta peluang ekspor yang terus berkembang.
Perbanyakan jeruk pada umumnya dilakukan secara konvensional melalui perbanyakan generatif dengan biji dan vegetatif dengan stek dan okulasi. Namun
penyediaan bibit jeruk secara tradisional tersebut sudah perlu diganti dengan bibit yang berkualitas supaya produktifitasnya dapat ditingkatkan. Dalam hal ini metode
kultur jaringan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan bibit jeruk khususnya jeruk keprok yang memiliki sifat yang serupa dengan induknya.
Menurut Suryowinoto 1996, salah satu alternatif perbanyakan bibit secara cepat yaitu melalui teknik kultur jaringan atau teknik in vitro. Dalam budidaya
tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang
ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru.
Penelitian tentang kultur biji jeruk keprok Brastepu Citrus nobilis Lour. var.
Brastepu sudah pernah dilakukan, di antaranya yaitu Bintang 1996, dengan penambahan IAA dan kinetin konsentrasi 0,0-3,0 mgl. Dari hasil penelitian
diperoleh kombinasi IAA 3,0 mgl dan kinetin 3,0 mgl pada kultur biji jeruk Brastepu memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar dan pengaruh sangat
nyata terhadap berat akar. Butar-butar 2006, juga melakukan penelitian terhadap kultur biji jeruk Brastepu pada media MS diperkaya kinetin 0,0; 0,1; 1,0; 10 mgl
dan atonik 0,0; 0,5; 1,0; 1,5 dari penelitian tersebut diperoleh pada kombinasi atonik 0,5 mll dan kinetin 1,0 mgl memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
tunas sedangkan pada perlakuan 0,5 mll atonik dan 1,0 mgl kinetin memberikan pengaruh terbaik untuk berat basah kultur dan jumlah tunas. Selanjutnya Silalahi
2006 juga melakukan penelitian pengaruh konsentrasi media MS 14 MS, ½ MS, MS penuh dengan kombinasi 2,4 D 1 mgl dan BAP 1 mgl. Dari penelitian
diperoleh 2,4 D 1 mgl dan media ¼ MS memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sementara perlakuan tanpa ZPT dan media MS penuh memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap volume akar. Serta pada perlakuan tanpa ZPT dan media MS
Universitas Sumatera Utara
penuh, BAP 1 mgl dan media MS penuh, 2,4 D 1 mgl dan BAP 1 mgl dan media MS penuh memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada pembentukan kalus.
Penelitian tentang jeruk juga pernah dilakukan oleh Devi Hardiyanto 2007 terhadap kultur nuselus “Japanes Citroen”. Dalam penelitian tersebut digunakan
kombinasi antara BA dan ekstrak malt. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa kalus akan berkembang baik pada media MS + 3 ppm BA + 500 mgl eksrak malt +
5 sukrosa. Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penelitian ini, embrio jeruk keprok akan dikulturkan dalam media MS dengan penambahan ekstrak malt 500 mgl
NAA 0,05 mgl dengan perlakuan zat pengatur tumbuh BAP dalam 5 konsentrasi yaitu 0, 1, 2, 3, 4 ppm.
1.2 Permasalahan