Bangunan bendung weir Perencanaan Bangunan PLTM

Gambar 4.11: Penampang Sungai Cikidang  Nilai koefisien kekasaran Manning adalah 0,10, karena sungai Cikidang memiliki bagian yang tidak teratur dan kasar.  R = A P = 14,215 18,172 =0,782 m  I = hf L = 0,4 10 = 0,04  V= 1 0,10 . 0,782 . 0,04 = 0,313 mdetik  Q=A . V= 14,215 . 0,313 = 4,45 m 3 detik

4.12 Perencanaan Bangunan PLTM

Bangunan pada PLTM seperti yang dijelaskan di sub bab 2.4, harus direncanakan sedemikian rupa sesuai dengan keadaan topografi, tinggi jatuh air dan besarnya debit yang telah dihitung sebelumnya berdasarkan standar perencanaan irigasi PU, 1986. Untuk debit banjir digunakan pada penghitungan besarnya bangunan bendung weir, sedangkan debit rencana digunakan untuk menghitung rencana bangunan sadap intake hingga ke rumah turbin power house.

4.12.1 Bangunan bendung weir

Pada penghitungan debit banjir dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode hidrograf satuan Nakayasu, metode Weduwen dan metode MAF, didapat nilai yang berbeda-beda sehingga digunakan nilai debit banjir yang terbesar yaitu pada metode hidrograf satuan Nakayasu. Diambilnya nilai terbesar tersebut dikarenakan Universitas Sumatera Utara semakin besar nilai debit yang digunakan akan semakin baik untuk perencanaan bangunan bendung. Berikut langkah-langkah perhitungan untuk mengestimasi dimensi dari bangunan bendung berdasarkan rumus di standar perencanaan irigasi PU, 1986. Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 merupakan denah dan penampang bendung.  Debit banjir 100 tahun = 114,04 m 3 s,  Elevasi rencana dasar bendung = 633,00 m,  Tinggi rencana bendung = 3 meter,  Lebar sungai = 12 meter,  Perhitungan lebar bendung efektif Bef dengan lebar bendung adalah jarak antara pangkal-pangkalnya, diambil sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Bef = Bb - 2 n Kp+Ka H 1 4.23 di mana, Bb = lebar sungai, n = jumlah pilar, Kp dan Ka = koefisien kontraksi pilar dan koefisien kontraksi pangkal bendung yang nilainya 0,01 dan 0,10.  Perhitungan muka air hulu H 1 : Q d = cd x 23 √23 g x Bef x H 1 32 4.24 cd = 2,2 – 0,0416 H 1 p 0,99 4.25 di mana, cd = koefisien debit, p = tinggi bendung, dan g = percepatan gravitasi. Dengan percobaan trial and error didapatkan nilai H 1 yang tertera pada Tabel 4.26. Tabel 4.26: Perhitungan trial and error untuk menghitung muka air hulu H 1 m Bef m Cd Q m 3 s 2 11,560 2,183 122,615 1,911 11,580 2,173 114,084  Perhitungan kecepatan air di atas mercu V mdetik 935 , 1 mercu atas di air Tinggi bendung rencana BbTinggi Q V    Universitas Sumatera Utara  Perhitungan tinggi energi di hulu mercu h 1  Perhitungan bentuk mercu dengan bentuk ogee. Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bandung ambang tajam aerasi. Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung mengaliran air pada debit rencana. R 2 dan R 1 merupakan jari-jari mercu bagian atas.  Perhitungan kolam olak tipe bak tenggelam. Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama pada bendung-bendung rendah dan untuk bilangan-bilangan Froude rendah. q = Q 100 Bef = 9,85 m 3 detik Elevasi mercu bendung direncanakan = + 636 m Elevasi dasar kolam olak direncanakan = + 633 m Tinggi energi di hulu : + 636 + H 1 = 637,9 m Tinggi energi di hilir : + 636 - h 1 = 634,3 m ΔH = 637,9 - 634,3 = 3,6 m hc kedalaman kritis : = 2,15 m  Konstruksi rip rap yang biasanya menggunakan pasangan batu kosong digunakan sebagai peredam energi air di kolam olak dan mencegah penggerusan pada bagian hilir bendung. Lebar konstruksi rip rap =0,47 Q f 1 3 =0,47 114,04 0,96 1 3 = 2,3 m R 2 = 0,5 x h 1 = 0,86 m R 1 = 1,5 x h 1 = 2,58 m ≈ 2,6 m Tinggi bendung p = 3 m h 1 p=1,7203=0,573 1,72 19,58 3,744 1,911 g x 2 V H h 2 1 1      3 2 g q Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12: Denah bendung Gambar 4.13: Penampang bendung

4.12.2 Bangunan pengambil intake