BAB 4 ANALISA DEBIT
4.1 Analisa Curah Hujan DAS
Mengingat kondisi topografi dan sebaran jumlah stasiun yang ada, metode poligon Thiessen cocok digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata DAS
Sungai Cikidang. Tabel 4.1 memuat daftar stasiun curah hujan yang berada di sekitar DAS Sungai Cikidang. Masing-masing stasiun memiliki data pengamatan yang
menerus dari tahun 1995 sampai 2009 15 tahun sehingga pemodelan hujan– limpasan dapat dilakukan.
Tiga stasiun tersebut kemudian dihubungkan seperti pada Gambar 4.1 untuk memperoleh luas daerah pengaruh dari tiap stasiun hujan. Masing-masing stasiun
mempunyai daerah garis pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antar dua stasiun Sutarto, 2008. Persentase luas
stasiun hujan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1: Nama dan posisi stasiun hujan
No Nama Stasiun Hujan
Posisi koordinat Luas DAS
km
2
Persentase
1
Cikelat 06
41’LS, 106 27’ BT
23,63 61,99
2
Cianten 06
55’LS, 106 24’ BT
4,35 11,41
3 Panggarangan
06 51’LS, 106
16’ BT 10,14
26,60
sumber: BMKG Bogor
4.1.1 Uji Konsistensi
Uji konsistensi berdasarkan data curah hujan tahunan dan kumulatifnya seperti dalam Tabel 4.2 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan data hujan. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan data
56
Universitas Sumatera Utara
curah hujan tahunan kumulatif pada stasiun yang akan diuji dengan rerata curah hujan tahunan kumulatif dua
stasiun
lainnya.
Gambar 4.1: Lokasi stasiun hujan sekitar DAS Cikidang Tabel 4.2: Data curah hujan tahunan dan kumulatifnya
Tahun Sta Cianten A
Sta Cikelat B Sta Panggarangan
C Kurva
Tahunan Kumulatif Tahunan Kumulatif Tahunan Kumulatif
A BC2
1995 5644
5644 3538
3538 2017
2017 5644
2778
1996 5485
11129 2447
5985 4180
6197 11129 6091
1997
3914 15043
2722 8707
4044 10241 15043
9474
1998
3407 18450
3458 12165
4254 14495 18450
13330
1999
3614 22064
2319 14484
2771 17266 22064
15875
2000
2224 24288
1956 16440
3559 20825 24288
18632
2001 2060
26348 2247
18687 2915
23740 26348 21213
2002 6064
32412 1462
20149 1736
25476 32412 22812
2003
2311 34723
2639 22788
2728 28204 34723
25496
2004
5771 40494
1871 24658
3807 32011 40494
28335
2005
4519 45012
1674 26332
1533 33544 45012
29938
2006
4023 49035
1684 28016
3883 37427 49035
32722
2007
5518 54553
2144 30160
3748 41175 54553
35668
2008
6231 60784
2807 32967
3827 45002 60784
38985
2009
5287 66071
2393 35360
4502 49504 66071
42432
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2: Kurva uji konsistensi dengan Double Mass
Hasil analisa visual pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kurva data hujan pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004 berada di bawah kurva linear.
Namun secara umum kurva di atas memperlihatkan bahwa data hujan ke tiga stasiun memenuhi syarat terhadap konsistensi data antar stasiun karena banyak data yang
berada di atas kurva linear Zulfikar, 2007. Hasil perhitungan curah hujan wilayah DAS Cikidang disajikan pada Tabel
4.3. Gambar 4.3 menunjukkan grafik curah hujan maksimum DAS Cikidang selama kurun waktu 15 tahun. Curah hujuan maksimum adalah curah hujan yang terjadi pada
satu hari yang nilainya terbesar dalam kurun waktu satu tahun.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000
10000 20000
30000 40000
50000
C u
ra h
h u
ja n
t a
h u
n a
n d
i st
a si
u n
A m
m
Rerata curah hujan tahunan di stasiun BC BC 2 mm
Series1 Linear Series1
Curah Hujan Kum ulat if St asiun Kurva linear
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3: Curah hujan wilayah DAS Cikidang
TAHUN R max
mm 1995
78.11 1996
72.53 1997
63.84 1998
92.99 1999
65.09 2000
70.67 2001
75.63 2002
60.13 2003
40.29 2004
47.73 2005
50.83 2006
57.03 2007
41.53 2008
58.27 2009
54.55
Gambar 4.3: Grafik curah hujan wilayah DAS Sungai Cikidang selama 15 tahun
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
H u
ja n
M a
k si
m u
m m
m
Tahun
Universitas Sumatera Utara
4.2 Uji Kesesuian Distribusi