Notaris dapat dimintakan pertanggungjawaban pidananya sepanjang perbuatan yang dilakukan oleh notaris melanggar pasal-pasal tertentu dalam
UUJN atau KUHP dan terbukti secara sengaja atau khilaflalai, bahwa akta yang dibuat di hadapan notaris dijadikan alat untuk melakukan suatu tindak
pidana atau membuat akta dengan cara melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi pihak tertentu atas lahirnya akta tersebut. Diperlukan adanya
kesalahan besar untuk pekerjaan di bidang ilmu pengetahuan seperti notaris. Sanksi pidana merupakan ultimum remidium, yaitu obat terakhir apabila
upaya-upaya pada cabang hukum lain tidak mempan atau dianggap tidak efektif. Artinya penggunaan sanksi pidana harus dibatasi.
D. Mekanisme Pertanggungjawaban Pidana Notaris yang Melakukan Perbuatan Pidana
Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 342986 tertanggal 12 April 1986 dikeluarkan sebelum diberlakukannya UUJN untuk
mengantisipasi ketentuan Pasal 17 dan Pasal 40 PJN. Surat Edaran tersebut dikeluarkan untuk melindungi dan menjaga kerahasiaan akta yang merupakan
arsip negara apabila minuta akta diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
139
139
Abdulkadir Muhammad, dalam Nina Tania Rahayu, Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Umum, Tesis Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Tahun
2010, hal 53-54.
Surat Edaran tersebut mengatur perihal izin penyitaan minuta akta yang disimpan oleh NotarisPanitera yang didalamnya menyangkut tata
cara pemanggilan, pemeriksaan Notaris dan penyitaan akta-akta Notaris.
Universitas Sumatera Utara
Sejak diundangkannya UUJN pada tanggal 6 Oktober 2004, pengaturan mengenai pengambilan minuta akta dan pemanggilan diatur dalam Pasal 66
UUJN. Bab sebelumnya telah menjelaskan perihal Pasal 66 UUJN mutlak kewenangan MPD yang tidak dipunyai oleh MPW maupun MPP. Substansi Pasal
66 bersifat imperatif dilakukan oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim, dengan batasan sepanjang berkaitan dengan tugas jabatan notaris dan sesuai
dengan kewenangan notaris sebagaimana tersebut dalam pasal 15 UUJN. MPD harus objektif ketika melakukan pemeriksaan atau meminta
keterangan dari notaris untuk memenuhi permintaan peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim. Artinya MPD harus menempatkan akta notaris sebagai objek
pemeriksaan yang berisi keterangan para pihak, bukan menempatkan subjek notaris sebagai objek pemeriksaan, sehingga tata cara atau prosedur pembuatan
akta harus dijadikan ukuran dalam pemeriksaan tersebut. Tanpa izin dari MPD penyidik, penuntut umum dan hakim tidak dapat memanggil atau meminta notais
dalam suatu perkara pidana.
140
1. Teguran lisan;
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya mempunyai wewenang, kewajiban dan larangan yang apabila kewajiban dilanggar dan larangan tersebut
dilakukan, maka notaris bisa dikenakan sanksi. Ketentuan mengenai sanksi diatur dalam Pasal 84 yaitu mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan
hukum pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau denda penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Pasal 85 menetapkan sanksi bagi notaris berupa:
140
Habib Adjie, Buku IV, Op.Cit., hal 7.
Universitas Sumatera Utara
2. Teguran tertulis;
3. Pemberhentian sementara;
4. Pemberhentian dengan hormat; atau
5. Pemberhentian dengan tidak hormat.
MPD melakukan pemeriksaan yang menempatkan notaris sebagai objek, maka MPD akan memeriksa tindakan notaris dalam menjalankan tugas
jabatannya, yang pada akhirnya akan menggiring notaris pada kualifikasi turut serta atau membantu terjadinya suatu tindak pidana. Tindakan tersebut tidak
dibenarkan, karena tidak ada aturan hukum yang membenarkan MPD mengambil tindakan dan kesimpulan yang dapat mengkualifikasikan notaris turut serta atau
membantu melakukan suatu tindak pidana bersama-sama para pihakpenghadap. MPD bukan instansi pemutus untuk menentukan notaris dalam kualifikasi seperti
itu.
141
MPD dalam menjalankan tugasnya mengawasi dan memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik atau pelanggaran pelaksanaan jabatan notaris,
menemukan adanya pelanggaran atas laporan dari masyarakat, maka MPD MPD harus menempatkan akta notaris sebagai objek karena berkaitan
dengan pembuatan akta, sehingga jika terbukti ada pelanggaran maka akan dikenai sanksi sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 84 dan 85 UUJN.
Wewenang MPD bukanlah mencari unsur-unsur pidana untuk menggiring notaris dengan kualifikasi turut serta atau membantu melakukan suatu tindakan
atau perbuatan pidana dalam menjalankan tugas jabatannya.
141
Ibid., hal 55-56
Universitas Sumatera Utara
berwenang untuk memeriksa laporan masyarakat terhadap notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada MPW dalam waktu 30 hari.
MPW menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas laporan masyarakat serta memanggil notaris yang bersangkutan untuk dilakukan
pemeriksaan. Keputusan yang dikeluarkan oleh MPW bersifat final. Notaris berhak mengajukan banding ke MPP atas penolakan terhadap sanksi yang
dijatuhkan MPW dan MPP berhak menjatuhkan sanksi yaitu pemberhentian sementara. Sidang MPP bersifat terbuka untuk umum.
MPD berwenang untuk menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelaksanaan jabatan notaris dalam
perkara pidana atas permintaan penyidik. Apabila ternyata MPD memutuskan berdasarkan surat keputusan yang dibuat oleh MPD untuk meloloskan notaris
untuk diperiksa oleh pihak penyidik, penuntut umum atau pengadilan, sebagai implementasi Pasal 66 UUJN, tidak ada kemungkinan untuk mengajukan
keberatan untuk dilakukan pemeriksaan ke instansi majelis yang lebih tinggi. Mekanisme seperti itu khusus untuk pelaksanaan Pasal 66 UUJN tidak ditentukan
atau tidak ada upaya hukum keberatan atau banding. Notaris yang diloloskan oleh MPD untuk diperiksa oleh penyidik dapat mengajukan upaya hukum ke
Pengadilan Tata Usaha Negara dengan objek gugatan surat MPD yang meloloskan notaris tersebut.
142
Hasil akhir dari pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD berupa Surat Keputusan. Surat Keputusan tersebut apabila dikaji bersifat konkret, individual,
142
Ibid., hal 58-59
Universitas Sumatera Utara
final dan menimbulkan akibat hukum. Konkret artinya objek yang diputuskan bukan suatu hal yang abstrak, dalam hal ini objeknya yaitu akta yang diperiksa
oleh MPD yang dibuat oleh notaris. Individual artinya keputusan ditujukan kepada notaris yang bersangkutan. Final artinya sudah definitif, tidak memerlukan
persetujuan dari pihak lain, dapat menimbulkan akibat hukum tertentu bagi notaris yang bersangkutan. Ketentuan semacam ini hanya berlaku untuk Surat Keputusan
MPD sebagai penerapan dari pasal 66 UUJN.
143
143
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA NOTARIS