Akta Perjanjian Jual Beli Nomor 165 dengan lampiran tanda terima sertifikat SHGB dan 2 dua lembar site plan dikembalikan kepada yang berhak
melalui Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Medan. 4
Membebankan kepada terdakwa agar membayar biaya perkara sebesar: Rp. 1000,- seribu rupiah.
3. Fakta Hukum
Membuktikan kebenaran dakwaan JPU di depan persidangan diperlukan adanya pembuktian dari alat-alat bukti yang ditentukan oleh
undang-undang. Pembuktian merupakan benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan dan merupakan bagian yang terpenting dalam
acara pidana. Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materil. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP menganut
sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-undang negatif negatief wettelijk.
144
Kalimat tersebut jelas menyatakan bahwa pembuktian harus didasarkan pada undang-undang KUHAP, yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam
Pasal 184 KUHAP, disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat- alat bukti tersebut. Pasal 184 menyebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah:
Pasal 183 KUHAP menyatakan sebagai berikut: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia peroleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
144
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 250.
Universitas Sumatera Utara
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Berikut uraian mengenai pembuktian berdasarkan kasus: a.
Keterangan saksi Berdasarkan keterangan saksi-saksi di pengadilan dapat dilihat bahwa
adanya saksi yang merupakan saksi a charge dan saksi a de charge. Para saksi tersebut secara garis besar memberikan kesaksian bahwa benar telah dibuat
Akta Perjanjian Jual-Beli No. 165 di hadapan Notaris San Smith sebagai tindak lanjut dari Akta Perjanjian Pendahuluan No. 138. Pada Akta No. 165
ditemukan adanya perubahan karena batas-batasnya tidak sesuai dengan Akta No. 138 yang baru disadari oleh Dulang Martapa setelah menerima salinan
akta tersebut. Penguasaan sisa luas tanah oleh pihak Tony Wijaya ditandai dengan pemagaran seng di sekeliling batas tanah yang dijual oleh Dulang
Martapa. Diadakannya laporan ke kepolisian oleh Dulang Martapa yang mengakibatkan Notaris San Smith diperiksa dan ditahan atas perbuatannya
mengakibatkan perubahan site plan yang merupakan satu kesatuan dari Akta No. 165. Berdasarkan uraian kronologis perkara dan keterangan para saksi
satu dengan lainnya, maka terdakwa diyakini benar telah melanggar ketetntuan Pasal 266 ayat 1 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1.
b. Keterangan ahli
Universitas Sumatera Utara
Ahli Prof. DR Syafruddin Kalo, SH memberikan keterangan bahwa akta merupakan perjanjian para pihak dan mengikat para pihak yang
melakukan perjanjian, di dalam minuta akta ditemukan ada pihak-pihak yang tidak berkepentingan dalam akta dan ikut menandatangani akta tersebut.
Seharusnya notaris mengerti kewajibannya dan tidak membiarkan orang lain ikut menandatangani akta. Notaris dapat dimintakan pertanggungjawaban
pidananya apabila terbukti melakukan tindak pidana. Akibat hukum bagi notaris yang melanggar kewajibannya dari segi administrasi UU No. 30
Tahun 2004 adalah akta notaris bisa dibatalkan dan dianggap tidak otentik, akta itu bisa sebagai akta di bawah tangan.
Ahli Syafnil Gani, SH, M.Hum. memberikan keterangan bahwa dalam hal notaris diperiksa oleh MPD atau MPW dan ternyata terdapat kesalahan
jabatan notaris, maka notaris tersebut dikenakan sanksi administrasi yang diatur dalam UUJN. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara para pihak
harus diselesaikan secara hukum perdata. Seharusnya jika dilakukan prosedural dalam pembuatan akta maka tidak akan terjadi kesalahan dalam
pembuatan akta. Notaris yang melakukan kesalahan dalam pembuatan akta yang diatur dalam UUJN merupakan suatu pelanggaran dan akibat hukum
bagi notaris tersebut adalah akta tersebut menjadi akta di bawah tangan. c.
Surat Bahwa yang dijadikan bukti surat dalam persidangan ialah Akta
Perjanjian Jual Beli Nomor 165 dengan lampiran tanda terima sertifikat SHGB dan 2 dua lembar site plan. Akta merupakan akta otentik yang dibuat
Universitas Sumatera Utara
oleh pejabat umum dalam hal ini Notaris San Smith. Notaris San Smith diangkat sebagai notaris Kota Medan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: C-356.HT.03.01-TH.2003 tanggal 31 Maret 2003.
d. Petunjuk
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh fakta-fakta sebagai berikut: 1
Bahwa benar pada tanggal 29 Mei 2008 di hadapan notaris Roosmidar, SH Dulang Martapa melakukan kesepakatan untuk menjual dan menyerahkan
17 kavling tanah yang terletak di Komplek Bukit Hijau Regency yang terdiri dari 21 dua puluh satu SHGB dan sebidang tanah seluas 4269,66
M
2
berdasarkan SHGB yang terdaftar pada Kantor Pertanahan Kota Medan atas nama PT Ira Widya Utama dengan Alwijaya AW sebagai pembeli
yang kemudian dituangkan dalam Akta Perjanjian Pendahuluan untu Jual Beli No. 138.
2 Bahwa benar dalam akta tersebut disepakati juga batas tanah yang akan
dijual, uang panjar, harga tanah, dan hak-hak serta kewajiban penjual dan pembeli serta dilampirkan gambar site plan yang distabilo. Site plan
tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akta No. 138. Harga tanah disepakati untuk 17 tujuh belas kavling tanah seluas 19.210
M
2
dengan harga sebesar Rp. 1.562.175,-M
2
dengan jumlah harga keseluruhan sebesar Rp. 29.989.073.475,- sedangkan harga sebidang tanah
seluas 4.269,66 M
2
dengan harga Rp. 750.000,-M
2
dengan jumlah harga
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan sebesar Rp. 3.202.245.000,- sehingga total harga adalah sebesar Rp. 33.191.318.475,-.
3 Bahwa benar dalam penandatanganan Akta No. 138 tersebut Dulang
Martapa telah menerima uang panjar sebesar Rp. 2 Milyar. 4
Bahwa benar sebelum pembayaran kedua jatuh tempo Alwijaya memberitahukan kepada Dulang Martapa bahwa akan mengalihkan
transaksi tersebut kepada pihak Tony Wijaya dan Akta No.138 ditindak lanjuti dengan dibuatnya Akta Pengikatan Diri untuk Melakukan Jual Beli
No. 165 di hadapan terdakwa Notaris San Smith pada tanggal 27 Juni 2008.
5 Bahwa benar dalam Akta No. 165 hanya pihak pembeli yang berubah,
mengenai objek, harga, luas tanahnya tetap. Tetapi setelah beberapa bulan kemudian Dulang Martapa menerima salinannya ternyata ada perubahan
pada site plan menjadi tidak sama dengan Akta No. 138 sebelumnya tentang batas-batas tanah. Hal ini dibuktikan dengan uji laboratorium
kriminalistik dan penguasaan luas tanah di lapangan dengan pagar seng yang melebihi batas tanah yang diperjanjikan.
6 Bahwa benar setelah Dulang Martapa menanyakan perbedaan batas dalam
site plan tersebut terdakwa tidak bisa menjelaskannya. 7
Bahwa benar penguasaan fisik dilaksanakan oleh PT Mega Residence pada awal November 2008 dengan melakukan pemagaran di lokasi tidak
pada area yang dibeli tetapi melebihi dari area dalam transaksi pada Akta No. 165.
Universitas Sumatera Utara
8 Bahwa benar pada tanggal 11 Desember 2008 telah masuk dana ke
rekening PT. Ira Widya Utama dari PT. Mega Residence dengan alasan pembayaran selisih luas tanah tanpa koordinasi dengan pihak Dulang
Martapa. Dana tersebut langsung dikembalikan ke rekening PT. Mega Residence.
9 Bahwa sesuatu yang menjadi hak dan kewajiban atas objek menjadi
tanggung jawab penerima seperti penguasaan lapangan dan lain-lain. 10
Bahwa benar sisa tanah yang tidak ikut dijual dan pihak Dulang Martapa tidak mau menjual kepada pihak PT. Mega Residence karena telah ada
permasalahan menyangkut gambar yang diubah merupakan di luar sertifikat dan yang akan dilakukan pengukuran bersama tidak bisa
dilaksanakan. 11
Bahwa benar terhadap akta pernah dilakukan perubahan mengenai pengelolaan tanah sebatas tanah yang dibeli dan para pihak telah diberi
kesempatan untuk membaca. e.
Keterangan terdakwa Berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan, keterangan Notaris San
Smith intinya membenarkan bahwa telah dibuat akta No. 165 di hadapannya oleh penghadap dari pihak Dulang Martapa PT. Ira Widya Utama dan pihak
Tony Wijaya PT. Mega Residence. Tony Wijaya menyerahkan data-data kepada terdakwa melalui karyawannya Henny Trescia Lawin, salah satunya
berupa 2 dua lembar site plan atau gambar denah lokasi yang distabilo warna kuning merupakan batas-batas tanah yang akan dijual dalam akta
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kedua belah pihak. Terdakwa telah membacakan kepada para pihak pada saat penandatanganan minut akta karena merupakan kewajiban terdakwa
selaku notaris. Terdakwa menyatakan bahwa site plan tidak pernah menjadi bagian
dari akta kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. Para pihak tidak menjelaskan kepada terdakwa mengenai letak dan posisi tanah. Pihak Tony
Wijaya tidak pernah mempermasalahkan tentang selisih luas tanah 4546 M
2
dengan 4269,66 M
2
. Terdakwa menempatkan Alwijaya di dalam akta sebagai pihak yang member persetujuan pada Dulang Martapa dan Tony Wijaya
untuk melanjutkan Akta No. 138 tersebut. Apabila terdapat perbedaan luas tanah dengan harga yang dibayar telah diatur dalam Pasal 5 Akta No.165 dan
hal tersebut sudah disepakati oleh para pihak. Pihak Dulang Martapa tidak mengajukan keberatan selaku pembuat akta dan setelah akta ditandatangani
barulah pihak Dulang Martapa datang dan menghadap kepada terdakwa.
4. Putusan Hakim 4.1. Pada tingkat Pertama