Perseroan Terbatas Menurut UU No. 40 Tahun 2007

Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu; 2 Berdasarkan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu; 3 Bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga. Pasal 101 UU No. 1 Tahun 1995 menjelaskan bahwa : 1 Anggota Komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara oleh RUPS, 2 Ketentuan mengenai pemberhentian dan pemberhentian sementara anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 dan Pasal 92 ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6 dan ayat 7 berlaku pula terhadap Komisaris.

3. Perseroan Terbatas Menurut UU No. 40 Tahun 2007

Untuk menjelaskan pengertian atau pemahaman tentang Perseroan Terbatas PT, maka lebih dahulu penulis paparkan pemahaman tentang “korporasi” yang diterjemahkan sebagai badan hukum. Badan hukum yang dimaksud adalah, antara Universitas Sumatera Utara lain seperti perseroan terbatas, yayasan, koperasi atau perkumpulan-perkumpulan yang disahkan sebagai badan hukum. 56 Secara etimologi, kata “corporation” diturunkan dari Bahasa Latin yaitu corpus, yang berarti suatu badan yang mewakili “a body of people” keseluruhan. Dalam Black’s Law Dictionary yang ditulis oleh Bryan A. Garner sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan Widjaja disebutkan bahwa: Corporation is an entity usu, a business having authority under law to act a single person distinct from the shareholders who own and having rights to issue stock and axist indefinitely; a group of sucession of person established in accordance with legal rules into a legal or juristic person that has legal personality distinct from the natural persons who make it up, exist indefinitely a apart from them. and has the legal powers that it’s constitution gives it. 57 Rumusan tersebut menunjukkan bahwa korporasi adalah badan hukum yang dipersamakan dengan manusia. Sebagai badan hukum, korporasi dibedakan dari pemegang sahamnya, dalam pengertian bahwa semua kewajiban korporasi dijamin dengan harta kekayaannya sendiri, terlepas dari harta kekayaan para pemegang sahamnya. 56 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: PT. Grafiti Pers, 2007, hal. 45. Dapat ditambahkan bahwa bukan hanya hal-hal di atas itu saja yang dapat disebut sebagai badan hukum yang digolongkan sebagai korporasi, tetapi juga firma, perseroan komanditer CV dan maatschap persekutuan. 57 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 7 Universitas Sumatera Utara Sedangkan sebagai perbandingan pemahaman, penulis juga mengutip pemahaman tentang company perusahaan. Bryan A. Garner 58 1. A corporation - or, less commonly, an association, partnership or union - that carries on a commercial or industrial enterprise. 2. A corporation, partnership, association, joint stock company, trusts, fund or organized group on persons, whether incorporated or not, and in an official capacity any receiver, trustee in bankruptcy, or similar official, or liquidating agent, for any of the foregoing. mendefinisikan tentang company adalah: Dalam pengertian yang diberikan di atas, company perusahaan meliputi korporasi atau badan usaha yang tidak berbadan hukum termasuk di dalamnya persekutuan bahkan suatu perkumpulan dana milik bersama trusts fund. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan company memiliki makna yang lebih luas dari korporasi yang merujuk pada perseroan terbatas. 59 Corporation juga diterjemahkan dalam pengertian sebagai berikut: The most common form of business organization, and one which is chartered by a state and given many legal rights as an entity separate from its owners. This form of business is characterized by the limited liability of its owners, the issuance of share of easily transferable, stock, and existence as a going concern. The process of becoming a corporation, call incorporation, gives the company separate legal standing from its owners and protects those owners from being personally liable in the event that the company is sued a condition known as limited liability. Incorporation also provides companies with a more flexible way to manage their ownership structure. In addition, there are different tax implications for corporations, although these can 58 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8 th edition, St. Paul: West, 2004, hal. 298 59 Ibid, hal. 8 Universitas Sumatera Utara be both advantageous and disadvantageous. In these respects, corporation differ from sole proprietorships and limited. 60 Pengertian yang diberikan di atas memperjelas bahwa korporasi sebagai suatu badan hukum yang mandiri yang diakui oleh Negara, yang mempunyai personalia tersendiri terlepas dari pemegang sahamnya. Korporasi dicirikan pada sifat tanggung jawab yang terbatas dari pemegang sahamnya, saham-saham yang diterbitkan yang mudah sekali diperjualbelikan atau diperdagangkan, dan keberadaannya yang diakui secara terus-menerus. Keberadaan status badan hukum dan karenanya sifat pertanggungjawaban terbatas pada pemegang sahamnya ditentukan oleh saat “incorporation”-nya. Dinyatakannya suatu perusahaan sebagai incorporated, maka status badan hukum dengan sifat tanggung jawabnya yang terbataspun hadir demi hukum bagi kepentingan pemegang saham korporasi. Di Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan saat incorporation adalah saat perseroan memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. 61 Dalam penjelasan lain, pengertian corporation adalah: A corporation is a legal entity technically, a juristic person which has a lagal personality distinct from those of its members. The defining legal rights and obligations of a corporation consist of the capacities i to sue and to be sued, ii to have as assets, iii to employ agents, iv to engage in contracts, and v to make by-laws governing its internal affairs. 62 60 http:www.investorwords.com1140corporation.html diakses terakhir tgl. 10 April 2010 61 Pasal 7 ayat 4 UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 9 62 http:en.wikipedia.orgwikiCorporations diakses tgl. 23 Maret 2010 Universitas Sumatera Utara Pemahaman corporation pada akhirnya memberikan lima kapasitas Perseroan Terbatas, yaitu: 1. Dapat digugat dan menggugat to sue and to be sued, yang berarti memiliki suatu persona standi in judicio 63 2. Memiliki harta kekayaan tersendiri to have assets. Memiliki harta kekayaan di sini bukan memiliki harta kekayaan tetapi dalam makna milik bersama, melainkan harta kekayaan dari suatu kesatuan, suatu badan hukum, yang dapat dicatatkan atas namanya sendiri, yang menandakan bahwa perseroan adalah suatu subjek hukum tersendiri; tersendiri; 3. Dapat memberikan kuasa to employ agents 4. Dapat membuat perjanjian to engage in contracts, tentunya dengan segala akibat hukumnya; 5. Mampu membuat peraturan untuk mengatur kehidupan internalnya sendiri to make by-laws governing its internal affairs. 64 Perseroan Terbatas sebagai suatu bentuk modern corporation memiliki sedikitnya tiga karakteristik tambahan, sebagai berikut: 1. Kepemilikan diwadahkan dalam bentuk saham-saham yang dapat dengan mudah dipindahtangankan atau dialihkan kepada siapapun juga, 63 Person yang melakukan tindakan hukumsubjek hukum mandiri 64 http:en.wikipedia.orgwikiCorporations diakses terakhir tanggal 25 Maret 2010 Universitas Sumatera Utara 2. Mempunyai masa hidup yang abadi dengan jangka waktu pendirian yang tidak dapat ditentukan lamanya, yang tidak bergantung pada masa hidup pemegang sahamnya, 3. Sifat tanggung jawabnya yang tidak hanya terbatas pada pemegang saham, tidak hanya untuk tanggung jawab perdata melainkan juga tanggung jawab atas suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Perseroan. Di samping itu dikenal juga pertanggungjwaban terbatas terhadap para pengurusnya. 65 Dari karakteristik yang dimiliki Perseroan Terbatas sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dapatlah dilihat dan ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya suatu Perseroan Terbatas mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut: 66 1. Memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai badan hukum, yakni subjek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membentuk kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu manusia, orang-perorangan; 2. Memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggunghawabannya sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti bahwa perseroan dapat mengikat dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai subjek hukum mandiri persona standi in judicio yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan; 65 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 11 66 Ibid, hal. 11-12 Universitas Sumatera Utara 3. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri, atau pemegang sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk kerugian dan kepentingan dirinya sendiri; 4. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang-perorangan tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Undang-undang yang berlaku pada suatu waktu tertentu; 5. Keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya, dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya; 6. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus Direksi, Dewan Komisaris dan atau Pemegang Saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Uraian di atas memperlihatkan bahwa salah satu karakteristik mendasar dari suatu Perseroan Terbatas sebagai corporation adalah sifat badan hukum dan pertanggungjawaban terbatas dari Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara

B. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum Dengan Tanggung Jawab Terbatas Dari Perseroan Terbatas

Salah satu karakteristik mendasar dari suatu Perseroan Terbatas sebagai corporation adalah sifat badan hukum dan pertanggungjawaban terbatas dari Perseroan Terbatas. Dalam kepustakaan hukum Belanda, istilah badan hukum dikenal dengan sebutan “rechtsperson,” dan dalam kepustakaan tradisi hukum common law seringkali disebut dengan istilah-istilah legal entity, juristic person atau artificial person. 67 Demikian juga dalam Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia yang ditulis oleh AF. Elly Erawaty dan JS. Badudu, Legal Entity diartikan sebagai “badan hukum yaitu badan atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan sebagai subjek hukum, yaitu pemegang hak dan kewajiban.” 68 Sedangkan definisi yang dikemukakan dalam Black’s Law Dictionary menunjukkan bahwa pada dasarnya badan hukum artificial person adalah subjek 67 Ibid, hal. 12 68 AF. Elly Erawaty dan JS. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, Jakarta: Proyek Elips, 1996, hal. 78 Universitas Sumatera Utara hukum lain yang diakui memiliki kapasitas dan kewenangan untuk bertindak dalam hukum di samping individu manusia, orang-perorangan. 69 Subekti memberi pengertian badan hukum sebagai suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hukum. 70 Rahmat Soemitro mengatakan bahwa badan hukum rechtsperson ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seprti orang pribadi. 71 Definisi badan hukum juga dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro yaitu suatu badan yang di samping manusia perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. 72 69 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, St. Paul: West Publishing Co, 1990, edisi ke-6, hal. 113 Artificial Person is persons created and devised by human from laws for the purposes of society and government, as distinguished from natural person. Demikian pula pendapat Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo yang memberikan pengertian tentang pribadi hukum yaitu suatu badan yang memiliki harta kekayaan terlepas dari anggota- anggotanya, dianggap sebagai subjek hukum mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, mempunyai tanggung jawab dan memiliki hak-hak serta kewajiban-kewajiban seperti yang dimiliki oleh seseorang. Pribadi hukum ini 70 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Inter Masa, 1987, hal. 182 71 Rahmat Soemitro, Penuntutan Perseroan Terbatas dengan Undang-undang Pajak Perseroan, Jakarta: PT. Eresco Bandung, 1979, hal. 36 72 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perdata, Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1996, hal. 84 Universitas Sumatera Utara memiliki kekayaan tersendiri, mempunyai pengurus atau pengelola dan dapat bertindak sendiri sebagai pihak di dalam suatu perjanjian. 73 Rumusan-rumusan tentang pengertian atau definisi badan hukum memperlihatkan dengan jelas tentang badan hukum sebagai subjek hukum mandiri yang dipersamakan di hadapan hukum dengan individu pribadi orang-perorangan, meskipun dapat menjadi penyandang hak dan kewajibannya sendiri, terlepas dari orang-orang yang mendirikan atau menjadi anggota dari badan hukum tersebut, tidaklah sepenuhnya sama dengan individu pribadi orang-perorangan. Badan hukum hanya dipersamakan dengan individu pribadi orang- perorangan, dalam lapangan hukum benda dan hukum perikatan, serta hukum-hukum lain yang merupakan bagian dari pengembangan lebih lanjut dari kedua jenis hukum tersebut, yang juga dikenal dengan nama hukum harta kekayaan. Dengan demikian, karena badan hukum berada dalam lapangan hukum harta kekayaan, maka badan hukum, sama seperti halnya individu pribadi, dapat menggugat atau digugat guna memenuhi perikatannya. Kebendaan yang merupakan milik badan hukum itulah yang menjadi tanggungan bagi pemenuhan kewajiban hukum itu sendiri. 74 Sebagaimana telah dikatakan bahwa sebagai suatu subjek hukum mandiri, badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam hukum secara mandiri, tidaklah demi hukum mempunyai status yang sama dengan orang-perorangan. 73 Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo, Sendi-sendi Hukum Perdata, Jakarta: CV. Rajawali, 1983, hal. 51 74 Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara Banyak hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hanya dapat dimiliki dan dilaksanakan oleh orang-perorangan semata-mata. 75 Dari pendapat-pendapat di atas, dapatlah disimpulkan tentang pengertian badan hukum dalam hal ini yang dimaksud adalah Perseroan Terbatas sebagai subjek hukum itu, yang secara materiil mencakup: 76 1. Kumpulan atau asosiasi modal yang ditujukan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian dan atau tujuan khusus lainnya, 2. Kumpulan modal ini dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum rechtshandeling dalam hubungan-hubungan hukum rechtsbetrekking, dan karenanya dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan, 3. Modal yang dikumpulkan ini selalu diperuntukkan bagi kepentingan tertentu, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Sebagai suatu kumpulan modal, maka kumpulan modal tersebut harus dipergunakan untuk dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang sepenuhnya diatur dalam statute atau Anggaran Dasarnya, yang dibuat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, 4. Kumpulan modal ini mempunyai pengurus yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan badan hukum ini, yang harus sesuai dengan maksud dan tujuan 75 Hukum orangpribadi, hukum keluarga, hukum waris tidak berlaku bagi badan hukum. 76 Gunawan Widjaja, Op-Cit, hal. 15-16 Universitas Sumatera Utara kumpulan ini, artinya adanya pemisahan antara keberadaan harta kekayaan yang tercatat atas nama kumpulan modal ini dengan pengurusan harta kekayaan tersebut oleh pengurus, 5. Keberadaan modal badan hukum ini tidak dikaitkan dengan keanggotaan tertentu. Setiap orang yang memenuhi syarat dan persyaratan yang diatur dalam statuta atau anggaran dasarnya dapat menjadi anggota badan hukum ini dengan segala hak dan kewajibannya, 6. Sifat keanggotaannya tidak permanen dan dapat dialihkan atau beralih kepada siapapun juga, meskipun keberadaan badan hukum ini sendiri adalah permanen atau tidak dibatasi jangka waktu berdirinya, 7. Tanggung jawab badan hukum dibedakan dari tanggung jawab pendiri, anggota maupun pengurus badan hukum tersebut. Selain persyaratan materiil tersebut, kebaradaan suatu badan hukum Perseroan Terbatas sebagai subjek hukum mandiri juga harus didasarkan pada persyaratan formil, yaitu proses pembentukannya yang harus memenuhi formalitas dari suatu peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, hingga diakui sebagai subjek hukum mandiri. Dalam Perseroan Terbatas, persyaratan formil yang harus dipenuhi untuk dapat diakui menjadi badan hukum adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Akta pendirian dibuat dalam bentuk akta notaris, 77 2. Akta pendirian dibuat dalam bahasa Indonesia, 78 3. Harus sekurang-kurangnya didirikan oleh dua orangbadan hukum yang cakap dan berwenang untuk bertindak dalam hukum sebagai pendiri, 79 4. Nama perseroan harus mengikuti aturan yang telah ditentukan, 80 5. Penyetoran modal harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, 81 6. Harus disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak penandatanganan akta pendiriannya untuk memperoleh pengesahan. 82 Saat diperolehnya pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM itulah yang menjadikan Perseroan Terbatas itu sebagai badan hukum dalam arti formil. 83 77 Pasal 7 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Selanjutnya disebutkan bahwa ada dua macam implikasi sifat badan hukum legal personality; Pertama, adalah hak mendahului dari kreditur badan hukum atas harta kekayaan badan hukum pada saat pembubaran badan hukum dilakukan. Kedua, menunjukkan bahwa harta kekayaan badan hukum tersebut tidak dapat diambil begitu saja oleh pendirinya atau dalam hal perseroan adalah pemegang sahamnya, 78 Ibid. 79 Ibid. 80 Pasal 16 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 81 Pasal 34 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 82 Pasal 10 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 83 Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara termasuk kreditur dari para pendiri atau sahamnya tersebut. Implikasi kedua inilah yang memerlukan faktor campur tangan pemerintah dalam bentuk peraturan pemerintah. Suatu hubungan kontraktual yang dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak tidaklah cukup untuk menciptakan eksistensi badan hukum. Formalitas pengaturan pendirian dan pengakuan sebagai suatu badan hukum oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan yang dibuat olehnya sangatlah diperlukan. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sifat badan hukum, termasuk Perseroan Terbatas, senantiasa dikaitkan dengan pertanggungjawaban terbatas. 84 Dalam hal ini, keberadaan dari suatu Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum, melahirkan perlindungan harta kekayaan pribadi dari pendiri yang berubah status menjadi pemegang saham, dan pengurus Perseroan Terbatas, yang di Indonesia dilaksanakan oleh Direksi di bawah pengawasan Dewan Komisaris. C. Kedudukan dan Wewenang Dewan Komisaris Perseroan Terbatas Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan, Dewan Komisaris sebagai salah satu organ Perseroan Terbatas mempunyai kedudukan dan wewenang sebagaimana diatur dalam pasal-pasalnya. 84 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 18 Universitas Sumatera Utara Pada Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, disebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 85 Dari pengertian di atas secara jelas memberi arti bahwa badan hukum Perseroan Terbatas terbentuk dari modal-modal yang terkumpul dari orang-orang yang terikat oleh perjanjian pada saat pendiriannya yang dikelola oleh organ-organ kepengurusan berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan pelaksanaannya dengan tujuan untuk mencapai maksud badan hukum itu didirikan, yang pada umumnya adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, organ Perseroan Terbatas adalah: 1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, 2. Direksi, dan 3. Dewan Komisaris. 86 85 Ibid, hal. 111 86 Ibid, hal. 111 Universitas Sumatera Utara Dewan Komisaris Perseroan Terbatas sebagai salah satu organ penting Perseroan menjadi bagian utama pembahasan ini. Dalam Pasal 1 ayat 6 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. 87 Berdasarkan Pasal 108 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa Dewan Komisaris terdiri atas 1 satu orang anggota atau lebih. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 satu orang anggota merupakan mejelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. 88 Yang diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang Perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatannya pernah: 1. Dinyatakan pailit; 2. Pernah menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; dan 87 Ibid, hal. 112 88 Pasal 108 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara 3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. 89 Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham 90 dan anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. 91 Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta dapat juga mengatur tentang pencalonan anggota Dewan Komisaris. 92 Dalam hal kewenangan atau fungsi tugas Dewan Komisaris Perseroan Terbatas, fungsi fiduciary duty nya dapat ditemukan dalam ketentuan sebagai berikut: 1. Pasal 114 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu fungsi fiduciary duty dalam pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris yaitu: a. Dewan Komisaris berwenang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha-usaha Perseroan, serta memberi nasihat kepada Direksi. 93 b. Pengawasan oleh Dewan Komisaris dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Dalam hal ini, pengawasan 89 Pasal 110 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 90 Pasal 111 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 91 Pasal 111 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 92 Pasal 111 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 93 Pasal 108 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan Perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. c. Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris dapat atau berwenang membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota Dewan Komisaris. Dalam hal ini, komite-komite antara lain: Komite Audit, Komite Remunerasi dan Komite Nominasi. 94 Komite-komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris Perseroan Terbatas. 95 2. Pasal 108 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas fungsi fiduciary duty dalam memberi nasihat yang dilakukan Dewan Komisaris yiatu: a. Dewan Komisaris memberikan nasihat kepada Direksi. b. Nasihat yang diberikan ini akan menunjukkan sampai seberapa jauh itikad baik dan kehati-hatian prudent Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan. c. Fungsi pemberian nasihat ini adalah juga dalam rangka melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Direksi Perseroan. 94 Pasal 121 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 95 Pasal 121 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara Fungsi fiduciary duty dalam hal pengawasan, Dewan Komisaris juga melakukan pengawasan dengan memberi nasihat kepada Direksi. Misalnya pada kondisi tertentu Dewan Komisaris memberikan nasihat kepada Direksi untuk tidak melakukan diversifikasi usaha yang keluar dari ketentuan dalam Perseroan, akan tetapi Direksi tetap melakukan hal tersebut, maka Direksilah yang harus bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut. Selain hal di atas, kewenangan-kewenangan lain yang dimiliki Dewan Komisaris sebagaimana diatur dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 adalah: 1. Berdasarkan Pasal 117 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum business judgment rule tersebut. 96 96 Gunawan Widjaja, Ibid, hal. 179 Yang dimaksud dengan “memberikan persetujuan” adalah memberikan persetujuan secara tertulis dari Dewan Komisaris. Yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan Dewan Komisaris mendampingi Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Persetujuan yang diberikan secara tertulis. Kemudian, Dewan Komisaris juga berwenang untuk memberi bantuan yaitu mendampingi Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Namun demikian, kewenangan memberi persetujuan atau bantuan oleh Dewan Komisaris kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu tersebut bukanlah merupakan tindakan pengurusan. Universitas Sumatera Utara 2. Dalam Pasal 117 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dikatakan bahwa dalam hal Anggaran Dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris, perbuatan hukum tersebut tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. 97 3. Pada Pasal 118 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa berdasarkan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. 98 Hal-hal lain yang dapat dijadikan pedoman bertindak bagi Dewan Komisaris danatau Direksi dalam hal kewenangannya antara lain: Pada ayat 2 dikatakan bahwa Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan pihak ketiga. 99 97 Ibid, hal. 179 Yang dimaksud dengan “perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan” adalah perbuatan hukum yang dilakukan tanpa persetujuan Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar tetap mengikat Perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak lainnya tidak beritikad baik. 98 Ibid, hal. 179 Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk melakukan pengurusan Perseroan dalam hal Direksi tidak ada. 99 Ibid, hal. 98-102 Universitas Sumatera Utara 1. Melakukan keterbukaan sepenuhnya antara sesama anggota Direksi atau Dewan Komisaris, tentang adanya kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung terhadap suatu tindakan atau perbuatan hukum yang akan dilakukan oleh Perseroan dengan pihak tertentu, 2. Menarik diri dari setiap tindakan atau perbuatan hukum perseroan dengan pihak ketiga, di mana anggota Direksi atau Dewan Komisaris tersebut memiliki benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, 3. Mewajibkan dilaksanakannya setiap transaksi dengan pihak ketiga yang masih berhubungan dalam bentuk perbuatan yang “arms’length,” yang dibuktikan dengan dokumentasi yang menunjukkan bahwa transaksi tersebut dibuat dengan syarat-syarat yang sama atau tidak lebih ringan dari transaksi dengan pihak lain yang independen dengan diperoleh pendapat hukum kewajaran tentang transaksi tersebut yang dibandingkan dengan perusahaan lainnya, 4. Mengikutsertakan Perseroan dalam setiap transaksi yang diketahuinya dapat menerbitkan keuntungan bagi Perseroan, 5. Memastikan bahwa standard operating procedure sudah mencukupi, sehingga seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris dapat dengan cepat mengetahui adanya perubahan atau perkembangan yang material terhadap kegiatan usaha Perseroan, dan bahwa seluruh anggota Direksi danatau Dewan Komisaris Universitas Sumatera Utara memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh seluruh data dan informasi yang diperlukan pada waktunya, 6. Setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris harus menghargai dan melaksanakan seluruh kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan secara bersama, 7. Mewajibkan setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris untuk secara aktif turut serta dalam melakukan pengelolaan dan proses pengambilan keputusan oleh Perseroan, dan jangan terlalu mengandalkan satu dengan yang lain, termasuk untuk melakukan pendelegasian yang berlebihan, 8. Melakukan monitoring secara berkala. Di sinilah peran Dewan Komisaris sebagai pengawas Direksi dengan tanggung jawab renteng yang menghendaki agar Dewan Komisaris mengetahui apa yang dikerjakan oleh anggota Direksi Perseroan, dan selanjutnya memberi nasihat kepada anggota Direksi jika perlu, 9. Memastikan bahwa Perseroan memiliki sistem pengawasan internal yang cukup baik dan sistem pelaporan manajemen yang sesuai, 10. Memastikan bahwa dokumentasi Perseroan menunjukkan bahwa setiap tindakan atau keputusan yang diambil oleh Direksi atau Dewan Komisaris telah dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan pada alasan yang cukup, Universitas Sumatera Utara 11. Mewajibkan Perseroan untuk menyampaikan pemberitahuan di muka dalam jangka waktu yang layak untuk setiap agenda pertemuan, seluruh dokumen yang diperlukan dan terkait dengan pertemuan tersebut, yang memuat data, informasi, adagium, asumsi dan analisis yang perlu diambil dan dilakukan terhadap suatu usulan tertentu, sehingga setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris memiliki waktu, informasi dan pertimbangan yang layak untuk mengambil keputusan, 12. Selalu mendapat dan memperoleh informasi yang akurat terkait dengan perkembangan internal danatau eksternal Perseroan, yang akan memberikan batasan dan gambaran menyeluruh terhadap berbagai persoalan yang dihadapi Perseroan 13. Melakukan pengawasan yang baik terhadap kinerja senior manajeman, khususnya terhadap keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang telah diambil, apakah semuanya telah dilaksnakan sesuai dengan maksud dan tujuannya, 14. Akrab dengan pengawasan internal Perseroan dan program kepatuhan yang diharapkan, termasuk pengawasan keuangan dan kepatuhan hukum. Dari uraian di atas, Dewan Komisaris danatau Direksi dalam melakukan kewenangannya haruslah memperhatikan berbagai hal yang dapat memberi pengaruh bagi kemajuan dan perkembangan kinerja Perseroan. Diperlukan keterbukaan tentang kepentingan pribadi untuk menghindari benturan-benturan tindakan. Keakuratan Universitas Sumatera Utara dalam pengawasan transaksi Perseroan dilakukan dengan baik guna keuntungan Perseroan. Dewan Komisaris danatau Direksi juga harus dapat memastikan penggunaan SOP untuk mengetahui perubahan dan perkembangan material kegiatan Perseroan. Pengawasan internal bagi manajemen Perseroan dilakukan dengan seksama untuk kemudian dibuat laporan-laporan tentang perkembangan dan kemajuan Perseroan, termasuk pengawasan keuangan serta kepatuhan hukum demi kemajuan Perseroan yang dikelola. Universitas Sumatera Utara KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP ORGAN PERSEROAN TERBATAS BAB III

A. Pengertian Kepailitan

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya ditulis: PKPU dijelaskan bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang. 100 Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dalam tulisan Sunarmi 101 100 Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU bahwa kepailitan adalah sita umum, bukan sita individual. Karena itu diisyaratkan dalam Undang-undang Kepailitan bahwa untuk mengajukan permohonan pailit harus memiliki dua atau lebih kreditur. Seorang debitur yang hanya memiliki satu kreditur tidak dapat dinyatakan pailit. Hal ini bertentangan dengan prinsip sita umum. Bila hanya satu kreditur maka hanya berlaku sita individual. Sita individual bukanlah sita dalam kepailitan. Dalam sita umum maka seluruh harta kekayaan debitur akan berada di bawah penguasaan dan pengurusan kurator. Debitur tidak memiliki hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya. 101 Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan: USU Press, 2009, hal. 24 Universitas Sumatera Utara Dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998, pengertian pailit tercermin pada Pasal 1 ayat 1 yang menentukan: “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.” 102 Pengertian yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary tentang “Bankrupt” sebagaimana yang dikutip Sunarmi 103 The state or conditional of a person individual, partnership, corporation municipality who is unable to pay its debt as they are, or became due.’ The term includes a person against whom an involuntary petition has been failed, or has filed a voluntary petition, or who has been adjudged a bankrupt.” adalah: Dari pengertian bankraupt yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary tersebut di atas diketahui bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk membayar” dari seorang debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak dibayarnya utang meskipun telah ditagih, dan ketidakmampuan tersebut harus 102 Ibid, hal. 23 103 Ibid, hal. 20 Universitas Sumatera Utara disertai dengan proses pengajuan ke pengadilan, baik atas permintaan debitur itu sendiri atau permintaan seorang atau lebih krediturnya. 104 Sedangkan Siti Soemarti Hartono sebagaimana dikutip Sunarmi mendefinisikan tentang kepailitan adalah suatu lembaga hukum perdata Eropa sebagai realisasi dari dua asas pokok dalam hukum perdata Eropa yang tercantum dalam pasal-pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. 105 Jika definisi kepailitan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dikaitkan dengan rumusan yang diberikan dalam Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, dapat diketahui bahwa pernyataan pailit merupakan suatu putusan Pengadilan. Ini bermakna bahwa sebelum adanya suatu putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan, seorang Debitur tidak dapat dinyatakan pailit. Dengan adanya pengumuman putusan pailit tersebut, maka berlakulah ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata atas seluruh harta kekayaan Debitur pailit, yang berlaku umum bagi semua Kreditur konkuren dalam kepailitan tanpa kecuali, untuk memperoleh pambayaran atas seluruh piutang- piutang konkuren mereka. Dalam hal demikian, berarti terjadi sitaan umum terhadap seluruh harta kekayaan Debitur, yang diperlukan untuk memenuhi seluruh 104 Ibid, hal. 21 105 Ibid, hal. 22 Universitas Sumatera Utara kewajibannya berdasarkan ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata secara pari passa dan pro rata. 106 Dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum, pailit diartikan sebagai debitur yang berutang yang berhenti membayar utang-utangnya. Hal ini tercermin dalam Pasal 1 Faillisement Verordening Peraturan Kepailitan yang menentukan: “Setiap pihak yang berutang debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar utang- utangnya, dengan putusan hakim, baik atas permintaan sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih pihak berutangnya krediturnya, dinyatakan dalam keadaan pailit.” 107 Dalam rumusan Pasal 1 Faillisement Verordening di atas dapat diketahui bahwa agar debitur dapat dinyatakan pailit, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Terdapat keadaan berhenti membayar, yakni jika seorang debitur sudah tidak mampu atau tidak mau lagi membayar utang-utangnya, 2. Harus terdapat lebih dari seorang kreditur, dan salah seorang dari mereka itu piutangnya sudah dapat ditagih. 106 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Pailit, Jakarta: Forum Sahabat, 2009, hal. 16-17 107 Ibid, hal. 22 Universitas Sumatera Utara

B. Kepailitan Perseroan Terbatas

Kepailitan dapat dimohonkan apabila debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. 108 Sebelum berlakunya Undang-undang Kepailitan, maka pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Negeri ada tiga, yakni Debitur sendiri, seorang Kreditur atau lebih dan Jaksa Penuntut Umum. Dalam lampiran Undang-undang Kepailitan yang baru, ketentuan ini telah mengalami perubahan atau penambahan menjadi lima pihak, yakni Debitur sendiri, Seorang Kreditur atau lebih, Kejaksaan demi kepentingan umum, Bank Indonesia dan BAPEPAM. 109 Badan hukum sebagai subjek hukum yang mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan Perseroannya juga dapat dinyatakan pailit. Dengan pernyataan pailit, organ badan hukum tersebut akan kehilangan hak untuk mengurus kekayaan badan hukum. Pengurusan harta kekayaan badan hukum yang dinyatakan pailit beralih pada kuratornya. 110 Dalam hal Perseroan Terbatas yang dinyatakan pailit, maka pengurus mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepailitan tersebut. 111 108 Pasal 2 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Terhadap peryataan pailit yang dimintakan oleh Perseroan Terbatas, maka 109 Selengkapnya tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 1 ayat 1 sampai ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU 110 Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 111 Pasal 113 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara pengadilan yang berwenang adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan tersebut. Dalam menghadapi sebuah Perseroan yang dinyatakan pailit, langkah pertama yang seyogyanya dilakukan adalah memeriksa Anggaran Dasar Perseroan tersebut, untuk mengetahui siapa penanggungjawab dan sampai di mana tanggung jawabnya terhadap Perseroan tersebut. Jika ternyata memang Direksi dan Dewan Komisaris yang telah bersalah atau lalai dalam menjalankan kepengurusan Perseroan sehingga mengakibatkan terjadinya kepailitan, maka jelaslah bahwa Direksi dan Dewan Komisarislah yang bertanggung jawab atas kepailitan tersebut. 112 Akan tetapi jika kepailitan yang terjadi karena terjadinya krisis moneter sehingga mengakibatkan usaha Perseroan mengalami kemunduran dan mengakibatkan Perseroan tersebut tidak dapat membayar utang-utangnya, maka kreditur Perseroan tersebut dapat dimohonkan kepada Pengadilan Niaga agar Perseroan dinyatakan pailit.

C. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas

Putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap debitur. Pasal 21 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa kepailitan 112 Pasal 104 ayat 2 dan ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang ketentuan pertanggungjawaban Direksi dalam hal terjadinya kepailitan. Pasal 114 ayat 3 dan ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang ketentuan pertanggungjawaban Dewan Komisaris dalam hal terjadinya kepailitan. Universitas Sumatera Utara meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. 113 Adapun akibat-akibat yuridis dari kepailitan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Akibat kepailitan bagi Debitur sendiri Pada Pasal 24 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU mengatur bahwa debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan. Ketentuan ini mengakibatkan debitur menjadi tidak mampu membuat perjanjian. Tetapi walau demikian, debitur tidak kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan hukum, perbuatan itu tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya yang tercakup dalam harta kepailitan. yang tercakup dalam harta kepailitan. Hanya pada harta yang termasuk bundel pailit, debitur kehilangan wewenang untuk mengurusnya dan mengalihkannya. Jika debitur melanggar ketentuan ini, maka perbuatannya tidak mengikat kekayaannya itu, kecuali perikatan yang bersangkutan mendatangkan keuntungan bagi bundel pailit. 114 Sebagai konsekuensi dari hal di atas, maka setiap dan seluruh perikatan antara debitur yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang dilakukan sesudah 113 Sunarmi, Loc.Cit, hal. 83 114 Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang, Jakarta: Tatanusa, 2003, hal. 35 Ketentuan ini terdapat pada Pasal 25 dan Pasal 26 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Universitas Sumatera Utara pernyataan pailit, tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali jika perikatan- perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. 2. Akibat kepailitan bagi Kreditur Kedudukan para kreditur terhadap debitur pailit adalah sama paritas creditorum dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi bundel pailit sesuai dengan besarnya tagihan masing-masing, kreditur ini disebut kreditur konkuren. Namun demikian ada pengecualian yaitu terhadap golongan kreditur yang haknya didahulukan berdasarkan Pasal 1139 dan 1149 KUH Perdata, kreditur ini disebut kreditur separatis. 115 3. Akibat kepailitan terhadap kekayaan Debitur Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut: a. Putusan Pailit Dapat Dijalankan Lebih Dahulu Serta-Merta. Pada dasarnya, putusan kepailitan adalah serta-merta dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut masih dilakukan upaya hukum lebih lanjut. Akibat-akibat pailitpun mutatis mutandis berlaku meskipun sedang ditempuh upaya hukum lebih lanjut. Kurator yang didampingi oleh Hakim Pengawas dapat langsung menjalankan fungsinya untuk melakukan pengurusan dan pemberesan pailit. Sedangkan apabila putusan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya upaya hukum tersebut, segala perbuatan yang dilakukan oleh kurator sebelum atau pada 115 K. Santoso “Akibat Putusan Pailit,” Makalah Seminar Kepailitan, Jakarta, 14 Juli 1998, hal. 2 sebagaimana dikutip Parwoto Wignjosumarto, Ibid, hal. 36 Universitas Sumatera Utara tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan maka tetap sah dan mengikat bagi debitur. Dalam hal ini, kepailitan pada dasarnya sebagai alat untuk mempercepat likuidasi terhadap harta-harta debitur untuk digunakan sebagai pembayaran utang-utangnya. 116 b. Sitaan Umum Public Attachment, Gerechtelijk Beslag. Dalam Pasal 21 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU diketahui bahwa kepailitan merupakan sita umum. Dengan adanya sita umum ini hendak dihindari adanya sita perorangan. Pembentuk Undang-undang memandang perlu untuk memungkinkan adanya eksekusi “massal” dengan cara melakukan sitaan umum atas seluruh harta kekayaan debitur untuk kepentingan seorang Hakim Pengawas. Sita umum haruslah bersifat konservatoir yaitu bersifat penyimpanan bagi kepentingan semua kreditur yang bersangkutan. Para kreditur harus berindak secara bersama-sama concursus creditorium sesuai dengan Pasal 1132 KUH Perdata. Perlu ditekankan bahwa tujuan kepailitan adalah untuk membagi seluruh kekayaan debitur kepada semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing. Dengan terjadinya kepailitan berlakulah “general statutory attachment” atas seluruh kekayaan debitur khususnya tidak membicarakan persoalaan mengenai apakah debitur dapat dimintai pertanggungjawaban atas kekayaan finansialnya. 117 116 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hal. 162-163 Undang-undang kepailitan secara netral mengatur tentang kepailitan menyangkut debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar. Di dalam kepailitan 117 Ibid, hal. 83 Universitas Sumatera Utara dihindari terjadinya berbagai kemungkinan faktual dan yuridis yang mungkin timbul di dalam kegiatan khusus untuk mendapatkan barang-barang milik debitur. Kepailitan adalah sita umum atas barang-barang milik kreditur untuk kepentingan kreditur secara bersama. Semua barang dieksekusi dan hasilnya dikurangi dengan biaya eksekusi dibagi-bagi di antara kreditur dengan mengingat hak-hak istemewa yang diakui oleh undang-undang. 118 Kepailitan juga berlaku terhadap semua harta kekayaan debitur yang berada di luar negeri. Terhadap harta kekayaan debitur yang berada di luar negeri itu dapat dilakukan sita umum dengan memperhatikan asas teritorialitas. 119 c. Kehilangan Wewenang dalam Harta Kekayaan. Kepailitan mengakibatkan Debitur yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdatanya untuk mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit. Pembekuan hak perdata ini diberlakukan oleh Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU terhitung sejak saat keputusan pernyataan pailit diucapkan. Hal ini juga berlaku bagi suami atau istri Debitur pailit yang kawin dalam persatuan harta kekayaan. 120 118 Sunarmi, Loc.Cit, hal. 84 Ratio legis ketentuan bahwa kepailitan hanya bersangkut paut dengan harta kekayaan debitur saja adalah bahwa maksud adanya kepailitan adalah untuk melakukan distribusi harta kekayaan dari debitur untuk membayar utang-utang debitur kepada para krediturnya. Dengan demikian, kepailitan hanya 119 Ibid, hal. 49 120 Gunawan Widjaya, Loc.Cit, hal. 46-47 Universitas Sumatera Utara bermakna terhadap persoalan harta kekayaan saja. Debitur pailit sama sekali tidak terpengaruh terhadap hal-hal lain yang tidak bersangkutan dengan harta kekayaan. Ia masih cakap untuk melaksanakan hak-haknya sebagai warga negara di bidang hukum publik seperti menjadi pejabat publik dan sebagainya. 121 d. Perikatan Setelah Pailit. Segala perikatan debitur yang terbit setelah putusan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit. Jika ketentuan ini dilanggar oleh debitur pailit, maka perbuatannya tidak mengikat kekayaan tersebut, kecuali perikatan tersebut mendatangkan keuntungan terhadap harta pailit. 122 Ketentuan ini sering kali diselundupi dengan membuat perikatan yang di-antedateer ditanggali mundur ke belakang dan bahkan sering terjadi adanya kreditur fiktif untuk kepentingan debitur pailit. Ratio legis ketentuan ini adalah harta kekayaan debitur dimaksudkan untuk didistribusikan pada para krediturnya yang telah ada. Syarat untuk permohonan pailit adalah antara lain minimal terdapatnya dua kreditur yang telah dimiliki, dan tidak berbicara terhadap kreditur-kreditur yang akan ada. 123 e. Pembayaran Piutang Debitur Pailit. Pembayaran piutang dari debitur pailit setelah adanya putusan pailit tidak boleh dibayarkan pada debitur pailit, jika hal tersebut dilakukan maka tidak membebaskan utang tersebut. Demikian juga terhadap tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban di bidang harta kekayaan tidak 121 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hal. 165 122 Pasal 25 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU 123 M. Hadi Shubhan, Loc.Cit, hal. 165-166 Universitas Sumatera Utara boleh ditujukan oleh atau kepada debitur pailit melainkan harus oleh atau kepada kurator. 124 f. Penetapan Putusan Pengadilan Sebelumnya. Putusan pernyataan pailit juga berakibat bahwa segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitur yang telah dimulai sebelum kepailitan harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera debitur. Serta semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus dan jika diperlukan Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretannya. 125 124 Pasal 26 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Akibat putusan pailit ini juga merupakan konsekuensi logis dari akibat adanya sitaan umum tersebut di atas. Dengan adanya sitaan umum tersebut, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan harta kekayaan atau harta pailit harus dihentikan baik secara tentatif maupun secara definitif. Karena hal ini merupakan esensi utama dari suatu kepailitan di mana harta kekayaan debitur harus dihentikan sementara demi hukum dari semua transaksi yang ada. Apabila sebelum putusan pailit terdapat sebuah penetapan pengadilan untuk melakukan sita jaminan atas sebagian harta yang termasuk sebagai harta pailit, maka demi hukum penetapan tersebut terangkat oleh adanya putusan pailit ini. Ratio legis nya adalah bahwa kepailitan antara lain ditujukan untuk menghindari dan menghentikan perebutan harta baik yang mendahului 125 Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Universitas Sumatera Utara maupun yang saling adu kekuatan, sehingga dapat dihindari dan bahkan jika hal itu sudah terlanjur terjadi, maka dapat dihentikan dengan putusan pailit. 126 g. Hubungan Dengan Para Pekerja Perseroan Pailit. Pekerja yang bekerja pada debitur dapat memutuskan hubungan kerja, dan sebaliknya kurator dapat memberhentikan dengan mengindahkan jangka waktu menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan pengertian bahwa hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45 empat lima hari sebelumnya. 127 Dalam hukum perburuhan, secara teoretis pemutusan hubungan kerja dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 128 1. Pemutusan hubungan kerja demi hukum; 2. Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha; 3. Pemutusan hubungan kerja oleh buruh; dan 4. Pemutusan hubungan kerja oleh hakim. Jika terjadi perselisihan mengenai pemutusan hubungan kerja yang sebagai akibat kepailitan, maka penyelesaiannya adalah melalui Hakim Pengawas dan sejauhmana perlu melalui Pengadilan Niaga. Dalam pada itu juga telah dipahami bahwa pekerja suatu Perseroan pailit adalah merupakan kreditur dari harta pailit tersebut dan bahkan masuk klasifikasi kreditur preferen, sehingga persoalan 126 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hal. 168 127 Pasal 39 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU 128 M. Hadi Shubhan, Loc.Cit, hal. 169 Universitas Sumatera Utara pemenuhan hak-hak pekerja adalah persoalan pendistribusian harta pailit kepada para krediturnya. 129 h. Kreditur Separatis dan Penangguhan Hak stay. Para kreditur separatis yang memegang hak jaminan atas kebendaan seperti pemegang hak tanggungan, hak gadai, atau lainnya, dapat menjalankan hak eksekusinya seakan-akan tidak terjadi kepailitan. 130 Ketentuan ini merupakan implementasi lebih lanjut dari prinsip structured prorate, di mana kreditur dari debitur pailit diklasifikasikan sesuai dengan kondisi masing-masing. Ratio legis dari ketentuan ini adalah bahwa maksud diadakannya lembaga hukum jaminan adalah untuk memberikan preferensi bagi pemegang jaminan dalam pembayaran utang-utang debitur. Pemberian preferensi ini mutatis mutandis juga berlaku dalam kepailitan, karena kepailitan adalah operasionalisasi lebih lanjut dari Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Namun demikian, pelaksanaan hak preferensi dari kreditur separatis ini ada pengaturan yang berbeda dengan pelaksanaan hak preferensi kreditur pemegang jaminan ketika tidak dalam kepailitan. Ketentuan khusus tersebut adalah mengenai masa tangguh stay dan eksekusi jaminan oleh kurator setelah kreditur pemegang jaminan diberi waktu dua bulan untuk menjual sendiri. Ketentuan hak tangguh stay diatur dalam Pasal 56 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. 131 129 Ibid, hal. 170-172 130 Pasal 55 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU 131 M. Hadi Shubhan, Loc.Cit, hal. 172-173 Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya, sebagai konsekuensi dari Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, seperti diuraikan tadi, maka setiap dan seluruh perbuatan hukum termasuk perikatan antara debitur yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, kecuali bila perikatan- perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. Terhadap tindakan atau perbuatan debitur yang dinyatakan dengan transfer dana melalui Bank atau lembaga lain selain Bank yang dilakukan sebelum pernyataan pailit diucapkan tetap dianggap sah dan dapat dilanjutkan atau diteruskan transfer dana tersebut. Dalam hal ini, termasuk juga transaksi jual-beli efek di bursa yang dilakukan sebelum pernyataan pailit diucapkan tetapi pada hari pernyataan pailit diucapkan tidak dianggap sah dan tetap dilanjutkan. 132 Selanjutnya, gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang secara langsung diajukan diajukan kepada debitur pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan tersebut demi hukum mengambil alih kedudukan debitur pailit dalam gugatan yang sedang berlangsung tersebut. Meskipun gugatan tersebut hanya memberikan akibat hukum dalam bentuk pencocokan, namun hal itu sudah cukup untuk dapat dijadikan sebagai salah satu 132 Ibid, hal. 47 Universitas Sumatera Utara bukti yang dapat mencegah berlangsungnya daluwarsa atas hak dalam gugatan tersebut. 133

D. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas Terhadap Organ Perseroan Terbatas

Kepailitan yang terjadi pada Perseroan Terbatas membawa akibat hukum terhadap organ Perseroan Terbatas. Terhadap debitur pailit, Direktur dan Dewan Komisaris dari suatu perseroan Terbatas yang dinyatakan pailit tidak diperbolehkan menjadi Direksi atau Dewan Komisaris Perusahaan lain. Akan tetapi ketentuan ini tidak tepat mengingat bahwa kepailitan hanya berakibat hukum terhadap harta kekayaan saja namun tidak berakibat pada hak-hak subjektif lainnya. Ada hal yang tidak wajar seperti yang diatur dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, di mana dalam Pasal 6 Undang- undang tersebut disebutkan bahwa salah satu syarat calon Presiden dan Wakil Presiden adalah tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan. Demikian pula dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menentukan bahwa calon kepala daerah harus tidak sedang dinyatakan pailit. 134 133 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 47 134 M. Hadi Shubhan, Loc.Cit, hal. 174 Universitas Sumatera Utara 1. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas Terhadap Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Perseroan Terbatas Sebagai organ Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham RUPS mengalami akibat hukum terhadap terjadinya kepailitan Perseroan Terbatas. Sebagaimana diketahui dalam kepustakaan bahwa organ Dewan Komisaris dan RUPS juga memiliki wewenang yang cukup strategis dalam perjalanan kegiatan suatu Perseroan Terbatas. Wewenang dari RUPS bahkan sangat besar sebagaimana yang dikemukakan oleh Rudhi Prasetya bahwa RUPS diberikan kekuasaan atau wewenang: 1. mengesahkan neraca untung rugi tahunan dari Perseroan Terbatas yang disampaikan oleh Direksi dan Dewan Komisaris, sebagai pertanggungjawaban dari Direksi; 2. menentukan pembagian keuntungan tahunan dividen dan di mana perlu menentukan besarnya dana cadangan; 3. menghentikan danatau mengangkat anggota Direksi dan Dewan Komisaris; 4. mengubah Anggaran Dasar; 5. menentukan pembubaran Perseroan serta menentukan pembagian sisa harta kekayaan Perseroan Terbatas; Universitas Sumatera Utara 6. mengambil keputusan-keputusan danatau ketentuan-ketentuan sepanjang sudah tidak ditentukan dalam Anggaran Dasar sebagai wewenang dari Direksi danatau Dewan Komisaris. 135 Dalam menentukan kewenangan-kewenangan RUPS mana yang beralih kepada kurator dan mana yang tidak beralih, M. Hadi Shubhan mengutip pandangan Fred BG. Tumbuan yang menyatakan bahwa dalam hubungan ini hendaknya dibedakan antara vermogensrechtelijke rechten hak berkaitan dengan hukum kekayaan, misalnya hak atas dividen dan zeggenschapsrechten hak berkaitan dengan kepemilikan, umpamanya hak untuk hadir dalam RUPS dan mengeluarkan pendapat. 136 Selanjutnya Fred BG. Tumbuan mengatakan bahwa hukum Perseroan Indonesia tegas mengatur bahwa hak menghadiri RUPS dan mengeluarkan pendapat adalah hak perorangan miliki Pemegang Saham persoonlijke andeelhoudersrechten yang melekat pada saham dan oleh karena itu, tidak dapat dipisahkan dari kepemilikan yang bersangkutan. Hal ini dinyatakan jelas dalam Pasal 53 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hak untuk menghadiri RUPS dan mengeluarkan suara pendapat tetap ada 135 Rudhi Prasetya, Aspek Hukum Penerapan Good Corporate Governance,Makalah: disampaikan dalam Lokakarya Pengelolaan Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance, Jakarta, 2000, hal. 21-22 136 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hal. 214 Universitas Sumatera Utara pada pemegang saham karena hal itu merupakan hak perorangan dari pemegang saham, sedangkan kewenangan menjual saham adalah kewenangan kurator. 137 Sebagai perbandingan, di Negeri Belanda yang hukum tentang Perseroan Terbatas sebagaimana yang dimaksud dalam Buku 2 Pasal 89 ayat 3 KUH Perdata Baru Belanda memungkinkan diperjanjikan secara sah bahwa hak suara atas saham dikuasakan kepada pemegang gadai atas saham tersebut sehingga selanjutnya pemegang gadaipemberi gadai tidak lagi berwenang menghadiri RUPS dan mengeluarkan suara atas sahamnya yang digadaikan. 138 Sebaliknya di Indonesia, sekalipun diperjanjikan dalam perjanjian gadai saham bahwa pemegang gadai diberi kuasa untuk melaksanakan hak suara atas saham yang digadaikan, janji tersebut tidak akan meniadakan atau menghilangkan hak pemegang saham atau pemberi gadai untuk sewaktu-waktu sendiri hadir dalam RUPS dan dengan sah menurut hukum melaksanakan haknya selaku pemegang saham, semisal hak mengeluarkan suara dalam RUPS. Kehadiran pemegang saham atau pemberi gadai tersebut dalam RUPS demi hukum mengakibatkan pemberian kuasa dimaksud menjadi batal, sekalipun perbuatan pemegang saham atau pemberi gadai tersebut adalah perbuatan cedera atau ingkar janji breach of contract. 139 137 Ibid, hal. 214-215 138 Ibid, hal. 215 139 Fred BG. Tumbuan, Op.Cit, hal. 249 Universitas Sumatera Utara

2. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas Terhadap Direksi Perseroan Terbatas

Dokumen yang terkait

Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 63 72

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PENERAPAN DOKTRIN ULTRA VIRES TERHADAP DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KE.

0 0 1

EKSISTENSI DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL DI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS TERHADAP TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS TERJADINYA KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS.

0 0 13

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS | Kurniawan | Mimbar Hukum 16126 30674 1 PB

0 0 13

A. Pendahuluan - TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS

0 0 15

99 TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DALAM KEPAILITAN

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 1 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN KEPAILITAN A. Perseroan Terbatas - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 23

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16