PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK MANDIRI DITINJAU DARI UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN
A. Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian dalam hukum Perbankan di Indonesia
Prinsip kehati-hatian prudential principle digunakan sebagai perlindungan secara tidak langsung oleh pihak perbankan terhadap kepentingan-kepentingan nasabah penyimpan
dana dan terhadap kepentingan bank itu sendiri atas risiko kerugian yang timbul dari kebijaksanaan dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Penerapan prinsip kehati-hatian
merupakan suatu upaya dan tindakan pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan.
1. Prinsip kehati-hatian dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Prinsip kehati-hatian prudential principle adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati
prudential dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati - hatian. Ada satu pasal dalam UU Perbankan yang secara eksplisit mengandung subtansi
prinsip kehati-hatian, yakni Pasal 29 ayat 2, 3 dan 4 UU Nomor 10 Tahun 1998. Adapun ketentuan Pasal 29 ayat 2 yaitu :
bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat 2 di atas, maka tidak ada alasan apapun juga
bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatn usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian
Ketentuan Pasal 29 ayat 3 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank
dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat 3 terkandung arti perlunya diterapkan prinsip
kehati- hatian dalam rangka penyaluran kredit. Sedangkan Pasal 29 ayat 4 yaitu :
untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat 4 sangat erat kaitannya dengan dua pasal
sebelumnya menyangkut perlindungan bagi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Hal menarik dalam ketentuan prinsip kehati-hatian bank adalah kewajiban bagi
bank untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 29 ayat 4 diatas. Penyediaan informasi tersebut dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi mengenai bank menjadi lebih terbuka. Apabila informasi tersebut
telah dilaksanakan maka bank dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa bank benar
– benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya.
2. Prinsip kehati-hatian dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009