Prinsip kehati-hatian dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009

dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat 3 terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati- hatian dalam rangka penyaluran kredit. Sedangkan Pasal 29 ayat 4 yaitu : untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat 4 sangat erat kaitannya dengan dua pasal sebelumnya menyangkut perlindungan bagi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Hal menarik dalam ketentuan prinsip kehati-hatian bank adalah kewajiban bagi bank untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 29 ayat 4 diatas. Penyediaan informasi tersebut dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi mengenai bank menjadi lebih terbuka. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa bank benar – benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya.

2. Prinsip kehati-hatian dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009

tentang Penerapan Manajemen Resiko Bank Umum Risiko merupakan bahaya ancaman atau perlindungan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Resiko juga merupakan peluang: resiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. 55 Kata kuncinya adalah “tujuan” dan “dampaksisi yang berlawanan” Penjelasannya adalah sebagai berikut: guna mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu 55 Herman Dermawan, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, Hal. 21. Universitas Sumatera Utara tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan tindakan atau aktivitas. Aktivitas memiliki resiko jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktivitas memberikan peluang untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Acuan dasar penerapan manajemen risiko dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia PBI tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1125PBI2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1323DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Perubahan atas Surat Edaran No. 521DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang dilaksanakan melalui suatu kerangka kerja dan tata kelola manajemen risiko dan mengikuti tahapan proses manajemen risiko yaitu identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pada semua level. Sejalan dengan adanya perlambatan ekonomi global, kenaikan harga BBM, dan perubahan pemerintahan, tahun 2014 Indonesia masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang volatile. Bank Mandiri melakukan pengelolaan risiko secara proaktif dan antisipatif, antara lain melalui stress testing dan penyusunan contingency plan serta tetap mengoperasikan Business Command Center sebagai suatu crisis management center yang terintegrasi. Dalam penerapan manajemen risiko dikenal 8 delapan jenis risiko sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu : 1. Risiko Kredit Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko kredit memiliki dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank” 1125PBI2009. Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di Bank Mandiri dilakukan secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit Risk Management Unit. Dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem yang Universitas Sumatera Utara terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end. 2. Risiko Pasar Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko pasar memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko termasuk risiko perubahan harga option” 1125 PBI2009. Manajemen risiko pasar di Bank Mandiri meliputi trading book, banking book, nilai tukar, dan manajemen pricing 3. Risiko Likuiditasi Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko likuiditas didefinisikan sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank” 1125PBI2009. Kondisi likuiditas dipengaruhi oleh struktur pendanaan, likuiditas aset, kewajiban kepada counterparty, dan komitmen kredit kepada debitur. Bank Mandiri mengukur risiko likuiditas dengan menggunakan 2 dua pendekatan rasio, yaitu nominal stoke based dan flow based. 4. Risiko Operasional. Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko operasional memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank” 1125PBI2009. Manajemen risiko operasional bertujuan untuk menekan kerugian akibat tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya Universitas Sumatera Utara faktor eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Bank melakukan manajemen risiko operasional yang efektif agar dapat menekan kerugian akibat risiko operasional. 5. Risiko Hukum Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko hukum memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis” 1125PBI2009 Risiko hukum dapat terjadi di seluruh aspek transaksi yang ada di Bank Mandiri, temasuk pula dengan kontrak yang dilakukan dengan nasabah maupun pihak lain dan dapat berdampak terhadap risiko-risiko lain antara lain risiko kepatuhan, risiko pasar, risiko reputasi dan risiko likuiditas. 6. Risiko Strategi Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko stratejik memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis” 1125PBI2009 7. Risiko Kepatuhan. Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko kepatuhan memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat Bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan perundang- undangan dan ketentuan yang berlaku” 1125PBI2009 Pada prakteknya aktivitas bisnis Bank terkait dengan banyak peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum KPMM, Kualitas Aktiva Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif PPAP, Batas Universitas Sumatera Utara Maksimum Pemberian Kredit BMPK, risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto PDN, risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan RKAT Bank, dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Mengingat banyaknya ketentuan terkait, maka manajemen risiko kepatuhan dilaksanakan secara berkesinambungan untuk meningkatkan budaya kepatuhan di tiap aktivitas bisnis dan jenjang organisasi bank sekaligus memitigasi munculnya kejadian risiko kepatuhan. 8. Risiko Reputasi Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko reputasi memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stake holder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank” 1125PBI2009 Cakupan risiko reputasi cukup luas dan tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah bank saja, namun dapat memicu risiko lainnya dan mempengaruhi kinerja sektor industri perbankan secara menyeluruh. Risiko dapat menimbulkan kerugian bagi kegiatan operasional bank pun dapat terjadi akibat dari banyak peristiwa. Hal itu dapat terjadi kapan saja, menimpa bank mana saja, dan dimana saja. Peristiwa itu dapat pula berawal dari dalam diri bank sendiri atau dari luar bank. 56 Manajemen risiko di Bank Mandiri ditujukan untuk menjaga modal Bank, mendukung proses pengambilan keputusan, mengoptimalkan profil risk-return, meningkatkan nilai perusahaan, serta melindungi reputasi Bank. Penerapan manajemen risiko di Bank Mandiri menggunakan pendekatan Enterprise Risk Management ERM, yang dibangun oleh 4 56 Masyhud Ali, 2006, Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 5. Universitas Sumatera Utara building block, yaitu Organisasi Sumber daya manusia, Kebijakan Prosedur, Sistem Data, serta Metodologi Model Analytic.

B. Penerapan prinsip kehati-hatian pada PT. Bank Mandiri Area Balai Kota Medan

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 53 81

PENERAPAN PRINSIP KEHATI HATIAN DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN BAGI HASIL MUDHARABAH MENURUT UU No 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN UU No 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DI BANK MUAMALAT SURAKARTA

0 6 155

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK UMUM SYARIAH UNTUK MENCEGAH PEMBIAYAAN PROPERTI FIKTIF DITINJAU DARI PERATURAN PERBANKAN.

0 0 1

PRINSIP KEHATI-HATIAN BANK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN NASABAH PRIMA SEBAGAI PRODUK JASA BANK DENGAN KEISTIMEWAAN TERTENTU BAGI NASABAHNYA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERBANKAN.

0 0 1

IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI AREA SURABAYA 2 JEMUR HANDAYANI.

1 1 115

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN PERBANKAN A. Penjelasan Umum Tentang Perbankan - Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

0 0 10

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK MANDIRI DITINJAU DARI UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 2 9

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN BANK DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA NASABAH DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Pelaksanaan prinsip kehati-hatian bank dalam pemberian kredit kepada nasabah di tinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 Tentang Perbankan (Studi Kasus di Bank Mandiri Pangkalpinang). - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 20