sanksi pidana yang berupa pidana penjara dan denda dikenakan kepada siapa saja yang memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana
dimaksud Pasal 40. Sanksi tersebut dikenakan juga kepada Anggota Dewan Komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi yang sengaja memberikan
keterangan yang wajib dirahasiakan menurut ketentuan Pasal 40. Selanjutnya ketentuan Pasal 47 A menentukan bahwa Anggota Dewan komisaris,
direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi laiinya yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi dengan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 7 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
4.000.000.000 empat miliar rupiah dan paling banyak Rp. 15.000.000.000 lima belas miliar rupiah.
Ketentuan Pasal 47 A di atas mengatur mengenaik sanksi yang dikenakan kepada Anggota Dewan Komisaris, direksi, pegawai bak, dan pihak terafiliasi yang telah
mengabaikan kewajibannya untuk memberikan keterangan sebagaiman ditentukan oleh Pasal 42 A dan Pasal 44A.
3. Prinsip Kehati-hatian Prudential Principle
Menurut ketentuan Pasal 2 UU No.10 Tahun 1998 dikemukakan, bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati
dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad
Universitas Sumatera Utara
baik. Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal
2 di atas, kita dapat menemukan pasal lain di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang mempertegaskan kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan
dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam Pasal 29 ayat 2.
52
Pasal 29 ayat 2 :
Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatiaan.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat 3 terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati-hatiaan dalam rangka penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah kepada nasabah debitur. Selengkapnya ketentuan tersebut mengemukakan bahwa : Pasal 29 ayat 3 :
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menepuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yang memercayakan dananya kepada bank.
Ketentuan Pasal 29 ayat 2 dan ayat 3 di atas tentu berhubungan erat dengan ketentuan Pasal 29 ayat 4, karena bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan dan
simpanannya. Adapun ketentuan tersebut menyatakan bahwa : Pasal 29 ayat 4 :
Untuk Kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugiaan sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
4. Prinsip Mengenal Nasabah Know How Costumer Principle