menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Ketentuan rahasia bank ini dapat dikecualikan dalam hal tertentu, yakni untuk
kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank, peradilan pidana, perkara perdata antara bank dan nasabahmya, tukar-menukar informasi antara bank dan nasabahnya, tukar menukar
informasi antara bank atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabahnya, tukar- menukar informasi antara bank atas permintaan, persetujuan atau kuasadari penyimpan dana.
Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Perbankan yang diubah, tidak seluruh aspek yang ditatausahakan bank merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap bank
dalam fungsinya sebagai lembaga kepercayaan masyarakat pengelola dana masyarakat.
45
Keterikatan bank terhadap ketentuan atau kewajiban merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya menunjukkan bahwa hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana
dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karena itu, hubungan antara bank dan nasabah penyimpan adalah hubungan kerahasiaan.
46
3. Prinsip Kehati-hatian
Prudential Principle
Prinsip kehati – hatian atau dikenal juga dengan prudential banking merupakan suatu
prinsip yang penting dalam praktek dunia perbankan di Indonesia sehingga wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Istilah prudent sangat
terkait dengan pengawasan dan manajemen bank. Kata prudent itu sendiri secara harafiah dalam bahasa Indonesia berarti bijaksana, namun dalam dunia perbankan istilah itu
digunakan untuk asas kehati – hatian
47
Prinsip kehati-kehatian adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
45
Ibid., Hal.18.
46
Ibid.
47
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, Hal.21.
Universitas Sumatera Utara
rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan yang Diubah, bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian. Kemudian disebutkan pula dalam Pasal 29 Undang-Undang Perbankan yang Diubah
bahwa bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian ayat 2 dan bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank ayat 3.
48
Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat.
Dimana bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran
lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut maka
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan seluruh pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, para masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia
sebagai pembina dan pengawas bank. Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing-masing pihak perlu mengingatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang
sehat. Oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai :
49
a. Tolok ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan
48
Rzchmadi Usman, Op.Cit., Hal. 18-19.
49
Ibid., Hal. 129.
Universitas Sumatera Utara
ketentuan-ketentuan yang berlaku; b.
Tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.
Dengan kata lain diberlakukannya prinsip kehati-hatian akan menunjang bank yang sehat selalu dalam keadaan likuid dan solvent.
Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu
menyimpan dananya di bank. Prinsip kehati-hatian itu harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan
dengan kewajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut
kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja. Dengan demikian, prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan
usahanya secara baik dan benar dengan memenuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam
keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit dapat memelihara
kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional. Oleh karena itu, penjelasan umum Undang-Undang
Perbankan yang Diubah mengamanatkan prinsip kehati-hatian tersebut dipegang teguh, dan ketentuan mengenai kegiatan usaha bank perlu disempurnakan terutama yang bersangkutan
dengan penyaluran dana. Untuk itulah dalam beberapa ketentuan perbankan dijabarkan rambu-rambu penerapan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan, yang
merupakan suatu kewajiban atau keharusan bagi bank untuk memperhatikan, mengindahkan,
Universitas Sumatera Utara
dan melaksanakannya.
50
Dengan adanya prinsip kehati-hatian, secara tidak langsung perbankan melindungi kepentingan nasabah. Yaitu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan
dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiataan usaha yang dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya dan tindakan
pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan.
4. Prinsip Mengenal Nasabah