17
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang hasilnya akan dituliskan dalam bentuk deksriptif atau penjabaran secara terperinci. Menurut Koentjaraningrat
1976:30 bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik pustaka. Penelitian pustaka library research, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku atau artikel yang ada hubungannya dengan pembahasan penelitian.
Penulis akan membahas mengenai kata kin, dai, chin, hi dan ryou yang terdapat pada:
1. The Nihongo Journal Edisi Mei 1993 dan Edisi Juni 1992
2. Majalah News Ga Wakaru Edisi November 2006
Untuk masing-masing kata kin, hi dan ryou akan dibahas dalam 4 buah contoh kalimat, sedangkan kata dai dan chin akan dibahas dalam 3 buah contoh kalimat.
Kemudian kelima kata yang bermakna biaya ini dianalisis dan hasilnya disusun dalam sebuah laporan.
18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA DAN SINONIM
2.1 Pengertian Makna
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam KBBI 2007: 703
dijelaskan makna adalah 1. arti, 2. maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut
Kridalaksana 2008:132, makna adalah: 1.
Maksud pembicara; 2.
Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa
atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; 4.
Cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti
atau maksud dari suatu tindak tutur.
19
2.2 Jenis-Jenis Makna
Sutedi 2011: 131-134 mengatakan bahwa makna banyak macamnya,
antara lain:
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal.
Makna leksikal jishoteki-imi goiteki-imi adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan
terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya: kata neko dan kata gakkou
memiliki makna leksikal „kucing‟ dan „sekolah‟.
Sedangkan makna gramatikal bunpouteki-imi adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Misalnya: pada kata isogashi-i dan taberu bagian
gokan-nya isogashi dan tabe bermakna leksikal „sibuk‟ dan „memakan‟,
sedangkan gobi-nya, yaitu i dan ru sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikal. Contoh lain ialah, partikel ni secara
leksikal tidak jelas maknanya, tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat seperti: Bandon ni sunde iru
„tinggal di Bandung‟.
2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif meijiteki imi gaien yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan
analisis komponen makna. Makna konotatif anjiteki imi naihou yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.
Misalnya, pada kata chichi dan oyaji kedua-duanya memiliki makna denotatif
20
yang sama yaitu „ayah‟, karena merujuk pada objek atau referent yang sama, tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan lebih halus,
sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab. Contoh lainnya, kata keshou-shitsu dan benjo
merujuk pada hal yang sama, yaitu „kamar kecil‟. Tetapi, kesan dan nilai rasanya berbeda, keshou-shitsu terkesan bersih, sedangkan benjo
terkesan kotor dan bau. 3.
Makna dasar dan Makna Perluasan
Makna dasar kihon-gi merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa
sekarang ini. Makna perluasan ten-gi merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat penggunaan secara kiasan
atau majas hiyu. Perubahan makna suatu kata terjadi karena berbagai faktor, seperti
perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau pengaruh bahasa asing. Beberapa jenis perubahan
makna dalam bahasa Jepang ialah: a.
Dari yang konkret ke abstrak gushou→chuushou Kata atama
„kepala‟ dan ude „lengan‟ yang merupakan benda konkret, berubah menjadi abstrak ketika digunakan pada contoh berikut:
頭 いい
atama ga ii „kepandaian‟
腕 ude ga agaru
„kemampuan‟ b.
Dari ruang ke waktu kuukan→jikan
21
Kata mae „depan‟ dan nagai „panjang‟ yang menyatakan arti „ruang‟,
berubah menjadi „waktu‟ seperti pada contoh berikut: 年前
san-nen-mae „yang lalu‟
長い時間 nagai jikan
„lama‟ c.
Perubahan penggunaan indra kankaku no ikou Kata ookii
„besar‟ semula diamati dengan indra penglihatan „mata‟, berubah ke indra pendengaran „telinga‟, seperti pada frasa ookii koe „suara
keras‟. d.
Dari yang khusus ke umum generalisasi ippanka kakudai Kata kimono yang se
mula berarti „pakaian tradisional Jepang‟ digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum fuku dan sebagainya.
e. Dari yang umum ke khusus spesialisasi tokushuka shukushou
Kata hana bunga secara umum digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam contoh berikut:
花見 hana-mi
„bunga Sakura‟ f.
Perubahan nilai ke arah positif kachi no joushou Misalnya, kata boku
„saya‟ dulu digunakan untuk budak atau pelayan, tetapi sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik. g.
Perubahan nilai ke arah negatif kachi no rakka Misalnya, kata kisama
„kamu‟ dulu sering digunakan untuk menunjukkan kata anata
„anda‟, tetapi sekarang digunakan hanya kepada orang yang dianggap rendah saja. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dari
yang baik menjadi kurang baik.
22
2.3 Relasi Makna