Bahan-bahan dalam sediaan losio tangan dan badan

19

2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan losio tangan dan badan

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar barrier, zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan pelembab, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM, 1985. a. Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol Ditjen POM, 1985. Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol 95; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa Rowe, dkk., 2009. Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol 95 dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi 2- Universitas Sumatera Utara 20 5. Sebagai pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1 Rowe, dkk., 2009. c. Humektan Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap Ditjen POM, 1985. d. Zat pengemulsi Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata homogen, misalnya gliseril monostearat, trietanolamin Wasitaatmadja, 1997. Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. Balsam, 1972. Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20°C-25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5-3, menambah kebasaan, dan sebagai humektan Rowe, dkk., 2009. Universitas Sumatera Utara 21 e. Pengawet dan antioksidan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman yang menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil dan antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat menstabilkan kosmetika Wasitaatmadja, 1997. Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 70°C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3 sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 Rowe, dkk., 2009. Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral, parenteral dan topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0 bv dan pada konsentrasi sekitar 27 bv pada sediaan injeksi intramuskular. Natrium metabisulfit juga memiliki aktivitas antibakteri, yang berperan lebih baik pada pH asam, dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada preparat oral seperti sirup Rowe, dkk., 2009. f. Parfum Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen Lachman, dkk., 1994 . Universitas Sumatera Utara 22

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi proses penyiapan sampel, pembuatan sari, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

3.1 Alat-Alat