29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sari Kentang
Filtrat sari kentang yang diperoleh sebanyak 1,3 L, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari kentang yang berupa
ekstrak kering seberat 69,86 g.
4.2 Pemeriksaan terhadap Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan
Dari percobaan yang dilakukan, pada sediaan tidak diperoleh butiran- butiran kasar, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama
juga dilakukan pada sediaan pembanding yakni blanko dan gliserin 2, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.
4.2.2 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan mengamati kelarutan metilen biru dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Menurut Ditjen POM 1985, penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe ma. Dari hasil uji tipe emulsi yang dilakukan, metilen biru dapat larut dalam
formula losio dengan konsentrasi sari kentang 2, 4, 6, dan 8, gliserin dan blanko. Dengan demikian diketahui bahwa sediaan losio yang dibuat
mempunyai tipe emulsi ma.
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula
Kelarutan Metilen Biru Ya
Tidak
1 Blanko
-
2 SK 2
-
3 SK 4
-
4 SK 6
-
5 SK 8
-
6 SG 2
-
Keterangan : SK
: Sediaan yang mengandung sari kentang SG 2
: Sediaan yang mengandung gliserin 2 pembanding
4.2.3 pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan alat pH meter dan dilakukan 3 kali pengulangan. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel
4.2 dan 4.3. Dari hasil pengukuran pH sediaan losio pada saat selesai dibuat,
diperoleh pH pada sediaan blanko yakni 6,1. Sedangkan pH sediaan losio yang mengandung sari kentang adalah 6,3-7,0 dan pH sediaan losio yang
mengandung gliserin 2 adalah 7,0. Hasil pengukuran pH sediaan losio setelah penyimpanan selama 12 minggu untuk sediaan blanko pH sediaan blanko yakni
6,3, untuk sediaan losio yang mengandung sari kentang terdapat perubahan pH menjadi 6,2-6,3 dan untuk sediaan mengandung gliserin 2 pH yang diperoleh
adalah 6,3. Menurut Balsam dan Sagarin 1972, pH dari krim tangan dan losio tangan adalah 5-8, sehingga sediaan losio tangan dan badan memenuhi syarat
pH.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan losio pada saat selesai dibuat
No. Formula
pH pH rata-rata
pH 1 pH 2
pH 3
1 Blanko
6,2 6,1
6,1 6,1
2 SK 2
6,3 6,3
6,2 6,3
3 SK 4
6,6 6,5
6,4 6,5
4 SK 6
7,0 6,9
6,9 6,9
5 SK 8
7,0 7,0
6,9 7,0
6 SG 2
6,9 7,0
7,0 7,0
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan losio setelah penyimpanan selama
12 minggu
No. Formula
pH pH rata-rata
pH 1 pH 2
pH 3
1 Blanko
6,4 6,3
6,3 6,3
2 SK 2
6,2 6,3
6,3 6,3
3 SK 4
6,2 6,3
6,3 6,3
4 SK 6
6,2 6,2
6,2 6,2
5 SK 8
6,2 6,3
6,3 6,3
6 SG 2
6,4 6,3
6,3 6,3
Keterangan: SK
: Sediaan yang mengandung sari kentang SG 2
: Sediaan yang mengandung gliserin 2 pembanding Perubahan pH sediaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
terjadinya oksidasi pada sediaan, cemaran mikroorganisme, dan interaksi sediaan dengan wadah. Menurut Ansel 2005, pH merupakan suatu penentu
utama dalam kestabilan obat yang cenderung mengalami peruraian seperti oksidasi. Oksidasi dalam sediaan dapat terjadi jika sediaan terpapar sinar
matahari dan terdapat logam-logam yang dapat mengoksidasi bahan dalam sediaan. Penggunaan wadah yang tepat juga penting untuk kestabilan sediaan
sehingga dapat mencegah peruraian sediaan. Disamping itu, preparat cairan
Universitas Sumatera Utara
32 atau setengah padat semisolid juga harus diawetkan dari kontaminasi mikroba
sehingga faktor penting seperti pH sediaan tetap stabil dalam penyimpanan dan penggunaan.
4.2.4 Stabilitas sediaan